Bismillaahi Rohmaani Rohiimi

The Widgipedia gallery requires Adobe Flash Player 7 or higher.
Sang Petualang Sejati
Dalam memulai pembicaraan kisah seorang mujahid yang telah syahid insya Allah, terlebih dahulu kami sampaikan hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam :

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتىَّ لاَيَبْقَى بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّهِ فَيَسْبِقَ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَمُوتُ ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّهَ

“ Sesungguhnya salah seorang diantara kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka itu tinggal satu hasta, kemudian ia beramal dengan amalan penghuni Jannah, lalu Al Kitab ( catatan taqdir ) telah menetapkannya, kemudian ia mati lalu ia masuk ke dalam Jannah “.
Ikhwan kita Abu Dujanah adalah seorang sopir Truk di daerah timur, sementara di daerah timur inilah kejahiliyahannya begitu besar.
Suatu hari ketika ia sedang pergi ke Bahroin untuk mengantar paket, dia seperti orang gila – sedang mabuk -, hingga akhirnya Truk yang dikendarainya oleng dan terplanting di atas jembatan Bahroin. Akan tetapi Allah menyelamatkan dia dengan mobilnya yang tersangkut di jembatan hingga ia tidak terjatuh ke laut, dan ketika itu dia pingsan atas taqdir Allah.
Pada tahun 1413 H. atau pada awal tahun 1414 H. ada dua orang yang hendak pergi ke Bosnia melalui jalan Bahroin. Ketika keduanya sedang melalui Jembatan keduanya melihat Truk yang bagi mereka sudah tidak asing lagi, lalu mereka berhenti dan turun menuju Truk tersebut, keduanya mendapatkan seorang di dalam Truk tersebut yang ternyata ia adalah tetangga salah satu dari dua orang tersebut yaitu Abu Dujanah-, kemudian orang tersebut dikeluarkan dari dalam Truk, kemudian keduanya melanjutkan perjalanannya menuju timur.
Ketika keduanya selesai mandi dan wudhu maka keduanya sholat. Kemudian keduanya memberi nasehat kepada seorang – yang diselamatkan dari dalam Truk tersebut -. Kedua saudara itu berkata kepada orang tersebut : “ Jikalau engkau mati pada saat kecelakaan itu sungguh kamu mati dalam ma’siyat bahkan lebih besar lagi, oleh karena itu pujilah Allah yang telah menyelamatkan kamu dari kematian itu, karena Allah tidak mengakhiri hidupmu dalam kemaksiyatan “. Nasehat kedua saudara ini masuk ke dalam hati lelaki tersebut. Kemudian kedua saudara ini melanjutkan perjalanannya. Lalu lelaki itu – Abu Dujanah – menginstropeksi diri dan meninggalkan teman-temannya yang rusak.
Ketika ada teman yang melihatnya di sebuh terminal Truk, mereka pergi menemuinya dan didapati dia sedang sendirian dengan memegang Mushaf dan sedang membacanya. Teman-temannya tidak percaya melihat pemandangan tersebut dan mereka mengira bahwa dia hanya pura-pura karena takut dari – incaran – pemerintah.
Setelah berlalu beberapa bulan, pulanglah kedua shahabatnya yang habis pergi dari daerah timur. Kamudian ia pergi ke rumah salah satu dari keduanya,
lalu ia ketuk pintunya dan mengucapkan salam dengan suara keras. 
Saudara yang di dalam rumah tidak mengenalinya. – karena – jenggotnya telah tumbuh lebat, pakaiannya diatas mata kaki dan terpancarlah cahaya dari mukanya, kemudian ia mengenalkan dirinya – bahwa dia adalah Abu Dujanah -. Bergembiralah hati saudara ini, tidak ada kebahagiaan selain pemandangan yang bagus ini, kemudian ia dipersilahkan masuk.
Dia bertanya tentang persoalan jihad dan kondisi Bosnia dan keutamaan Syuhada dan para mujahidin dan ribath dan ….. dan….. dan …..
Setelah mendengar jawaban yang ditanyakan lalu ia berkata : “ Kalau begitu jalan yang paling dekat menuju Jannah adalah Jihad fie sabilillah. Sekarang umurku sudah 36 tahun dan dipenuhi dosa dan ma’siyat. Aku meminta kepadamu demi Allah akan menemanimu berjihad !
Saudara tersebut berkata kepadanya : “ Sekarang Bosnia sedang dikepung dari segala penjuru dan tidak mudah untuk masuk kesana, padahal saudara-saudara kita disana sedang menanti ada orang yang bisa membuka jalan masuk.
Adapun kalau ditempuh dari Kroasia dan Slevonia kedua negara ini penuh kema’siyatan, khomer, wanita jalang, dan penuh fitnah yang seseorang tidak mampu menahannya “.
Abu Dujanah berkata : “ Aku akan pergi walaupun aku harus menunggu selama satu tahun “. Dan dia berusaha memuaskan saudaranya itu.
Dan betul ternyata Abu Dujanah pergi ke Kroasia dan tinggal di sebuah kota dekat pantai di Eropa yang penuh dengan fitnah dan gemerlapnya dunia, sementara Abu Dujanah adalah seorang yang baru saja sadar dari kema’siyatan. Ia telah sampai di kota itu yang merupakan perbatasan dengan Bosnia Herzegovina. Ia tinggal di sebuah rumah yang kecil bersama seorang teman yang datang dari Turki sekitar enam bulan lamanya demi mencari jalan masuk ke Bosnia. Seluruh waktunya ia pergunakan sholat dan ibadah dan mempelajari urusan-urusan Dien kepada seorang teman Da’I disana, hingga pada akhirnya ia mendapatkan kabar gembira dibukanya jalan menuju Bosnia. Lalu pergilah ia ke Bosnia dan masuk ke sana yang selama ini ia impikan dan nantikan untuk bisa masuk bergabung dengan para mujahidin. Lalu bergabunglah ia dengan sebuah pasukan mujahidin di daerah Zintisia dan ia tadrib (diklat) disana
dan menyusun kekuatan.
Disana ada ma’rokah (medan perang) yang dekat dengan daerah Syirisya,
lalu beliau masuk ke daerah itu dan daerah itu adalah petama kalinya ma’rokah (medan peperangan) yang ia ikuti dalam perjalanan jihadnya, dan Allah memenangkan mujahidin dalam amaliah – oprasi - tersebut. Dan para mujahidin membuat khondaq (parit) di front tersebut dan mendapatkan kemulian ribat (berjaga) fie sabilillah.
Setelah berlalu dua bulan dari amaliah tersebut terjadilah amaliah yang lebih kuat dan besar dari sebelumnya, yaitu amaliah Visico Qolava yang masih di satu kawasan tersebut. Beliau ikut serta dalam amaliah tersebut dan amaliah tersebut merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau yang tidak dapat beliau gambarkan. 
Beliau adalah seorang pemberani yang tidak mengenal rasa takut, ia selalu berbuat itsar (mementingkan keperluan orang lain) dan mengasihinya, dan orang sama heran bila
berteman dengan beliau.
Setelah amaliah tersebut tepatnya pada tahun 1414 H. beliau pergi bergabung dengan Jam’iyah Ihya’ut Turots Al Islami Al Kuwaity dan bekerja bersama mereka di kota Turovinik dan tinggal disana selama beberapa saat, dan belaiu pun menikah di Bosnia dengan orang asli Dagestan.
Beliau sangat keras dalam menindak kemungkaran di kota tersebut hingga beliau ditakuti oleh orang-orang fasiq di daerah itu. Bahkan sampai ke kawasan Karwat di daerah Fitiza.
Dan tidak ada seorangpun dari orang-orang fasiq yang berani melewati daerah yang ditempati Abu Dujanah. Sepanjang malam dan siang ia gunakan untuk berkhidmat kepada masyarakat Bosnia, khususnya menangani orang dewasa dan anak-anak hingga orang-orang yang berada di kota tersebut sangat cinta kepada ketawadhuan beliau dan ruhiyah beliau yang mulia. Beliau mampu menguasai bahasa Bosnia dengan sangat baik, oleh karena itu beliau dapat bergabung dan pergi bersama mujahidin di Turovinika dan beliau habiskan urusannya disana
dan beribath bersama mereka. 
Teman-temannya menyampaikan habar kepadanya bahwa dalam waktu dekat ini mau ada amaliah, maka beiau pun bersiap-siap. 
Disetiap amaliah (medan perang) beliau selalu kembali pada pertengahan jalan karena tidak dapat melanjutkan perjalanan karena beliau mengalami sakit hinga pada akhir amaliah selesai. Sehingga pada saat terjadi amaliah Falasyij yang kedua di waktu malam Arofah pada tahun 1415 H. beliau berangkat besama seoarang teman dengan berjalan kaki menuju musuh dan pada saat ini beliau tidak seperti biasanya ! beliau kelihatan tenang dan banyak menoleh kesana-kesini seakan-akan beliau melihat sesuatu.
Waktu amaliah dilakukan pada pukul 12.00 malam dan dimulailah pertempuran. beliau maju dengan membawa senjata RPG dan menghadang pasukan Serbia. Beliau bersama seorang teman yang bernama Musthofa Al Busnawy (orang Bosnia) hingga mendekat ke parit + sejarak 10 meter, dan beliau bersiap-siap menyerang Serbia, akan tetapi timah panas telah menembus leher beliau terlebih dahulu hingga beliau jatuh sebagai syuhada. Dan keluarlah dari mulut beliau seperti cahaya. 
Akh Musthofa memeriksa tempat terbunuhnya beliau – untuk menaruh beliau – lalu ia pergi dan meninggalkan beliau dikarenakan dahsyatnya serangan musuh, dan para mujahidin pun withdrawl (mundur). Dan akh Mustofa hampir-hampir tak mampu berjalan karena menangisi saudaranya “ Abu Dujanah “.
Ketika para mujahidin lainnya mendengar kejadian tersebut, maka komandan pasukan memerintahkan untuk meyakinkan keberadaan tempat terbunuhnya Abu Dujanah. Lalu komandan mengutus dua orang singa Allah untuk mengambil mayat Abu Dujanah. Ternyata benar Abu Dujanah telah terbunuh, akan tetapi mayat tersebut telah diserang oleh pasukan Serbia dan mayat tersebut disimpan oleh pasukan Serbia selama lebih dari dua bulan. 
Kemudian Palang Merah menghubungi tentara Bosnia yang menghabarkan akan permintaan Serbia untuk menukar mayat. Dan ternyata diantara mayat-mayat itu ada mayat seorang arab. Lalu tentara Bosnia menghabarkan kepada mujahidin – bahwa diantara mayat tersebut adalah seorang arab -, lalu pergilah komandan dan diikuti oleh beberapa mujahidin.
Komandan tersebut berkata : “ Kami pergi ke tampat penyimpanan mayat dan kami dapatkan mayat-mayat yang baru saja terbunuh kurang lebih baru satu hari. Bau mayat-mayat tersebut sangat busuk. Lalu aku masuk dan berjalan diantara mayat-mayat hingga aku dapatkan peti mayat yang tertutup. Lalu peti itu aku angkat dengan seorang teman dan kami keluarkan mayat tersebut. Ternyata mayat tersebut dibungkus dengan jaitan nilon. Tentara memberi tahu kami bahwasanya mayat-mayat ini diantaranya ada mayat seorang arab yang tidak disimpan di dalam Almari Es untuk mayat, akan tetapi dicampakkan di tanah lapang. Lalu kami dekati saudara kami itu – mayat Abu Dujanah -. Lalu aku buka sendiri penutup itu dari arah kepala. Perasaan khawatir menggelayut di kepalaku dan kepala temanku, bagaimana keadaan mayat tersebut setelah dua bulan lebih ?, apakah telah dimakan ulat ? atau telah berubah kondisinya ? atau …… atau ….. atau ….. ? lalu aku mulai membuka tutup itu, tangan dan tubuhku tiba-tiba gemetar, karena ternyata wajahnya seperti bulan dan jenggotnya berwibawa yang memancarkan putih dan tubuhnya ….ternyata dia ….. dia…. Dan tidak ada perubahan sama sekali. Aromanya seperti aroma pohon Inai. Allah menyaksikan kejadian tersebut kemudian para ikhwah dan semua yang hadir pun menyaksikan hal tersebut.
Mayatnya telah berlalu dua bulan setengah tapi tidak berubah sama sekali
hingga aromanya pun tidak berubah. 
Allah telah mengasihi singa itu dan memberikan kepadanya seorang putri ( bernama Nauroh ), dan memberinya kebaikan dan hidayah. Sekarang ia berumur enam tahun dan tinggal bersama ibunya di Bosnia di kota Tuzela.
Selamat tinggal wahai Abu Dujanah. Semoga Allah memperbanyak bilangan orang-orang sholih dan mujahidin sepertimu.



READ MORE - ABU DUJANAH AS SYARQI ( FAHD AL QOHTONY ) di terusna..
Sang Petualang Sejati
Si-Pemilik Ikalan Rambut Tali Kekang Kuda
( Tauladan Ibu Sholihah )


     
         Di kota Rosulullah shollallhu ‘alaihi wasallam (Madinah Munawwaroh) hiduplah seorang lelaki yang bernama “ ABU QUDAMAH AS SYAAMI “. Allah telah memberikan rasa cinta mendalam kepadanya terhadap Jihad fie sabilillah dan berperang di negeri Romawi.
Suatu hari beliau sedang duduk-duduk sambil bercengkrama di Masjid Rosulullah shollallhu ‘alaihi wasallam (Masjid Nabawi) bersama teman-temannya. Teman-temannya berkata kepada beliau : “ Ceritakanlah kepada kami kejadian yang paling mengagumkan yang pernah engkau lihat di medan jihad ! “. Abu Qudamah berkata : “ Baiklah ”. 
Aku pernah masuk kota RIQQOH untuk membeli onta yang akan saya gunakan membawa senjata.

       Suatu hari ketika aku sedang duduk-duduk datanglah kepadaku seorang perempuan, lalu ia berkata kepadaku : “ Wahai Abu Qudamah ! Aku telah mendengar tentang dirimu bahwa kamu suka bercerita tentang jihad dan senang menghasung (orang) untuk berjihad. Aku telah diberi Allah rambut yang tidak dimiliki oleh wanita selainku. Rambut itu telah aku anyam dan ikal menjadi tali kekang kuda dan aku lumuri ikalan itu dengan debu biar tidak tampak oleh orang (kalau itu ikalan rambut) dan aku sangat senang kalau kamu mau mengambilnya. Maka jika engkau telah sampai di negeri orang kafir dan para pahlawan dan pemanah telah melepaskan anak panahnya, pedang telah dihunus dan tombak telah disiapkan maka Jika kamu membutuhkannya maka ambillah, jika tidak maka berikanlah ini kepada orang lain yang membutuhkannya agar rambutku bisa ikut serta dan terkena debu fie sabilillah. Aku adalah seorang janda. Suamiku dan kerabatku telah terbunuh fie sabilillah (peperangan), seandainya jihad diwajibkan atasku sungguh aku berangkat berjihad dan ikalan rambut ini aku bawa sendiri.
Wanita itu berkata : “ Perlu kamu ketahui wahai Abu Qudamah ! Bahwa ketika suamiku syahid, beliau meninggalkan anak, anak itu termasuk remaja yang baik, ia telah mempelajari Al Qur’an, lihai mengendarai kuda, lihai memanah, ia selalu Qiyamullail di malam hari dan shoum disiang hari sementara umurnya baru 15 tahun. Ia tidak tahu ketika ditinggal syahid ayahnya, semoga ia mendatangimu sebelum engkau berangkat (ke medan perang). Aku persembahkan (anakku) bersamamu sebagai hadiah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Dan aku minta kepadamu dengan kemuliaan Islam, janganlah engkau tolak usahaku untuk mendapatkan pahala”. 
(Kata Abu Qudamah) : “ Maka ikalan rambut itu aku ambil darinya”. Wanita itu berkata : “ Pasangkan (ikalan rambutku itu) pada kendaraanmu biar aku dapat melihatnya dan hatiku menjadi tenang ”. Maka ikalan rambut itu aku pasangkan pada kendaraanku dan aku keluar dari ARRIQQOH. Aku keluar bersama teman-temanku.

     Ketika kami telah sampai di samping benteng Maslamah bin Abdul Malik ( di Paris), tiba-tiba dari belakang ada yang menyeruku : “ Wahai Abu Qudamah ! Berhentilah sebentar untukku – semoga Allah merahmatimu – “. Maka akupun berhenti dan aku katakan kepada teman-temanku : “ Majulah kalian agar aku dapat melihat (orang yang menyeruku). Tiba-tiba ada seorang yang menunggang kuda berada di dekatku “. (Orang yang menyeru tadi) berkata : “ Segala puji bagi Allah yang tidak menghalangiku untuk bergabung denganmu (dan semoga engkau) tidak menolakku (untuk bergabung)”. Aku (Abu Qudamah) berkata kepada anak itu : “ Tengadahkanlah mukamu kepadaku, jika engkau sesuai maka aku ikutkan berangkat berperang, jika tidak sesuai maka aku tolak engkau untuk ikut serta. Maka iapun menengadahkan mukanya, ternyata ia adalah anak yang baik, seakan-akan wajahnya seperti rembulan pada malam Badar dan terpancar dari mukanya pengaruh kenikmatan (bekas sujud).
       Aku katakan kepada anak itu : “ Apakah kamu masih mempunyai ayah ? Tidak (jawab anak itu). Aku ingin keluar bersamamu untuk mencari jejak ayahku, karena beliau telah syahid. Semoga Allah menganugerahkan kepadaku syahadah (mati syahid) sebagaimana yang dianugerahkan kepada ayahku ”. Aku tanyakan lagi kepada anak itu : “ Apakah kamu masih mempunyai ummi (ibu) ? Anak itu menjawab : “ Ya “. Aku katakan kepadanya : “ Kembalilah kepada ummimu, (mintalah izin kepadanya), jika ia mengizinkanmu (maka aku akan menyertakan kamu pada perang ini), dan jika ia tidak mengizinkanmu maka dampingilah ibumu, karena ketaatanmu padanya lebih utama dari pada jihad (ketika fardhu Kifayah), karena Jannah itu berada di bawah kilatan pedang dan Jannah juga berada di bawah telapak kaki ibu”. Anak itu berkata : “ Wahai Abu Qudamah ! Tidakkah kamu mengenalku ? “ Aku jawab : “ Tidak “. Anak itu berkata : “ Aku adalah putra seorang wanita yang telah menitipkan (sesuatu kepadamu). Bukannya aku tergesa-gesa, aku tidak akan melupakan wasiat ummiku si pemilik ikalan rambut itu. Dan aku insya Allah Syahid ibnu Syahid, aku minta kepadamu karena Allah (untuk mengikut sertakan aku dalam jihad ini). Jangan kau larang aku untuk ikut sarta berperang (jihad) bersamamu fie sabilillah. Aku telah hafal Al Qur’an, mengerti sunnah Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, aku ahli menunggang kuda, aku ahli memanah, dan tidak ada remaja sebayaku yang lebih lihai dalam mengendarai kuda dariku, maka janganlah kamu meremehkanku karena aku masih kecil. Karena ibuku telah bersumpah agar aku tidak kembali pulang. Ibuku berkata kepadaku : “ Jikalau kamu bertemu dengan musuh maka janganlah kamu mundur, berikanlah dirimu untuk Allah dan mintalah untuk didekatkan dengan Allah dan didekatkan dengan ayahmu dan didekatkan dengan teman-temanmu yang sholih di dalam Jannah. Jikalau kamu telah diberi syahadah (mati syahid) maka berilah aku syafaat karena syafaatmu akan sampai kepadaku. Dan sesungguhnya orang yang mati syahid itu dapat memberi syafaat 70 keluarganya dan 70 tetangganya “. Kemudian aku didekap oleh ibuku dan ia tengadahkan mukanya ke langit sambil berkata : “ Ya Ilahy, Tuanku, Pelindungku ! Ini adalah anakku, buah hatiku, penyejuk kalbuku, ia telah aku persembahkan untukmu, maka dekatkanlah ia dengan ayahnya”.
(Abu Qudamah berkata) ketika aku mendengar perkataan anak itu aku menangis dengan tangisan keras karena melihat kebaikannya, masa remajanya yang baik, dan karena melihat kasih sayang hati ibunya dan kagum akan kesabaran ibunya.
           Anak itu berkata : “ Wahai paman ! Mengapa engkau menangis ? Jika yang menyebabkan paman menangis itu karena aku masih kecil, maka sesungguhnya Allah akan mengadzab anak yang lebih kecil dariku jika ia durhaka”. Aku (Abu Qudamah) berkata : “ Aku menangis bukanlah karena melihatmu masih kecil, akan tetapi aku menangis karena (melihat) hati ibumu (yang mulia) dan bagaimana (perasaannya) setelah kamu pergi (syahid) nanti”. (Akhirnya) kamipun melanjutkan perjalanan sampai malam hari. 

       Ketika dipagi harinya, kami berjalan kembali dan (kami melihat) anak itu tidak henti-hentinya dari dzikir kepada Allah. Aku amati dia ternyata dia lebih hebat dalam mengendarai kuda dari kami dan jika kami berhenti maka ia selalu melayani kami. Ketika dalam perjalanan ia selalu menguatkan azamnya dan meningkatkan semangatnya dan selalu membersihkan niatnya dan selalu menampakkan tanda senang (tidak manja kepada kami). Kami tidak berhenti sampai kami sampai negri orang-orang musyrik pada waktu tenggelamnya matahari, maka kami semua turun dan anak itu langsung memasakkan makanan untuk kami buat buka puasa karena kami semua shiyam.(Setelah membereskan pekerjaannya) ia merasakan kantuk yang sangat, akhirnya dia tidur lama sekali. Ditengah-tengah tidurnya aku melihat ia sedang tertawa simpul (tertawa terseyum). Lalu aku berkata kepada teman-teman : “ Apakah kalian tidak melihatnya terseyum dalam tidurnya ? ”. Maka ketika ia bangun aku tanyakan kepadanya : “ Wahai anakku ! Aku tadi melihatmu tersenyum ketika kamu sedang tidur ”. Anak itu berkata : “ Aku tadi mimpi dan melihat sesuatu yang mengherankanku sehingga aku tertawa simpul (senyum) “. Aku bertanya kepadanya : “ Apa itu ? “. Anak itu menerangkan : “ Aku merasakan berada di sebuah taman hijau yang indah, ketika aku sedang berjalan aku melihat istana yang terbuat dari perak dan atapnya dari intan dan permata, pintu-pintunya terbuat dari emas dan para bidadari menyibakkan satir dan aku dapat melihat wajahnya bagaikan rembulan. Ketika bidadari itu melihatku mereka berkata : “ Marhaban (selamat datang), maka aku pun ingin memegang tangan salah satu diantara mereka. Mereka berkata kepadaku : “ Jangan tergesa-gesa aku bukanlah untukmu. Aku mendengar sebagian mereka berkata kepada yang lainnya : “ Ini adalah suami Al Mardhiyyah “. Mereka berkata : “ Majulah – Semoga Allah merahmatimu - ! ”. Maka akupun maju ke depan, maka ketika itu aku melihat Istana yang diatasnya ada sebuah kamar yang terbuat dari emas yang berwarna merah, di dalamnya terdapat dipan dari permadani hijau, tiangnya dari perak di atasnya ada seorang bidadari yang mukanya seperti matahari. Jikalau Allah tidak meneguhkan penglihatanku sunguh aku akan buta dan hilanglah akalku (Gila) karena melihat indahnya kamar dan cantiknya wajah bidadari itu. Ketika bidadari itu melihatku ia berkata : “ Marhaban, ahlan wa sahlan (selamat datang) wahai kekasih Allah, engkau adalah untukku (calon suamiku) dan aku adalah untukmu (calon istrimu), maka pada saat itu aku ingin memeluknya ke dadaku. Ia berkata : “ Sebentar lagi, jangan tergesa-gesa (wahai kekasihku), sesungguhnya engkau sangatlah jauh dengan kehinaan, sesungguhnya waktu yang dijanjikan (bertemu) antara aku dan kamu adalah besok setelah sholat dhuhur, maka bergembiralah “. Abu Qudamah berkata : “ Aku katakan pada anak itu : “ Sungguh kamu bermimpi baik dan kebaikan itu akan terjadi “. Maka sepanjang malam kamipun terkagum-kagum dengan mimpi anak itu. 
Ketika pagi hari tiba kami bergegas memacu kuda kami. Maka ada seorang penyeru yang memanggil kami : “ Wahai Kuda Allah melajulah dan dengan Jannah bergembiralah ! Berangkatlah berperang baik dengan perasaan ringan maupun berat dan berjihadlah ! “. Maka dalam waktu sekejap saja ternyata tentara kafir – semoga Allah menghinakannya - telah menghadang kami dan menyebar seperti belalang yang bertebaran. Maka orang yang pertama kali menyerang musuh dari kami adalah anak itu. Ia yang membelah pasukan kafir dan memporak-porandakan barisan mereka dan menceburkan diri ke tengah-tengah pasukan kafir. Iapun telah membunuh banyak tentara musuh dan membunuh pula pahlawan-pahlawannya. Ketika aku melihatnya dalam keadaan seperti itu aku tarik tali kekang kudanya dan aku katakan kepadanya : “ Wahai anakku ! Mundurlah, karena kamu masih kecil dan tidak mengerti tipu daya perang !”. Ia menjawab : “ Wahai pamanku ! Apakah kamu belum pernah mendengar firman Allah (yang artinya) : “ Wahai orang-orang yang beriman ! jikalau kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka janganlah kamu lari ke belakang “. (QS. Al-Anfal : 15) Apakah kamu ingin aku masuk ke dalam neraka ?. Disela-sela anak itu berbicara kepadaku tiba-tiba orang-orang musyrik menyerang kami dengan serempak. Mereka bergerak diantara aku dan anak itu mereka menghalangiku dari anak itu, sementara para (mujahidin) telah sibuk dengan diri masing-masing. (Dalam peperangan) terbunuhlah banyak dari kaum muslimin. Maka ketika semuanya telah berpisah (antara musuh dan mujahidin), ternyata yang terbunuh sangat banyak dan tidak dapat terhitung. Maka aku berjalan meneliti dengan menunggang kudaku, sementara darah mengalir membasahi bumi . Muka (para syuhada) tidak dapat dikenali dikarenakan banyaknya debu yang menempel dan darah yang mengalir (melumuri tubuh mereka). Disela-sela aku berjalan diantara yang terbunuh, ketika itu aku (melihat) anak tersebut berada di bawah tapal kuda yang telah tertumpuki debu dan dia sedang berlumuran darah. Dia berkata : “ Wahai kaum muslimin ! Demi Allah datangkanlah kepadaku paman Abu Qudamah”. Maka aku hampiri dia. Ketika aku mendengar rintihannya aku tidak dapat mengenali wajahnya dikarenakan berlumuran darah dan penuh dengan debu dan terinjak-injak oleh binatang. Aku katakan kepadanya : “ Aku adalah Abu Qudamah “. Ia berkata : “ Wahai paman ! Sungguh benarlah mimpiku, demi Rob Pemilik Ka’bah aku adalah anak pemilik ikalan rambut itu”. Ketika (kejadian itu) aku sangat gelisah dan aku ciumi dia diantara kedua matanya dan aku usap debu dan darah yang menempel di (mukanya) yang tampan. Aku katakan kepadanya : “ Wahai anakku ! Jangan kau lupakan pamanmu Abu Qudamah dalam syafaatmu di Jannah kelak “. Dia menjawab : “ Orang sepertimu tak mungkin akan dapat terlupakan. Janganlah kau usap wajahku dengan pakaianmu, sungguh pakaianku lebih berhak untuk mengusap dari pakaianmu. Biarlah engkau usap dengan pakaianku biar dia berjumpa dengan Allah Ta’ala (dengan debu dan darahku). Wahai pamanku ! Sesunguhnya para bidadari yang telah aku ceritakan kepadamu telah berdiri di atas kepalaku menunggu (keluarnya) ruhku. Dia (bidadari) mengatakan kepadaku : “ Segeralah keluar karena aku sudah sangat rindu ingin berjumpa denganmu”. Wahai pamanku ! Jikalau engkau dapat kembali dengan selamat maka bawalah pakaianku yang bersimbah darah kepada ibuku yang sedang dirundung duka dan kesedihan dan sampaikan salamku kepadanya agar dia tahu bahwa aku tidak menyia-nyiakan wasiatnya dan aku tidak menjadi pengecut ketika bertemu orang-orang musyrik dan sampaikanlah salamku kepadanya. Katakanlah kepadanya bahwa hadiah yang telah ia persembahkan (untuk Allah) telah diterima-Nya. Wahai pamanku ! Aku juga mempunyai seorang adik perempuan yang umurnya baru 10 tahun, setiap aku masuk rumah ia selalu menyambutku dan menyalamiku, ketika aku keluar (pergi) ia menitipkan (pesan) kepadaku , ia berkata : “ Wahai kakakku ! Demi Allah jangan melalaikan kami “. Maka jika engkau berjumpa dengannya sampaikan salamku kepadanya dan katakan kepadanya : “ Kakakmu memesankan kepadamu : “ Allah adalah penggantiku yang menjagamu sampai hari kiamat”, kemudian ia (kakak) tersenyum sambil mengucapkan ASYHADU ANLA ILAHA ILLALLAH (Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah) tiada sekutu bagi-Nya, dan ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WAROSULULLUHU (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya). Ini adalah yang telah Allah dan Rosul-Nya janjikan kepada kita dan benarlah janji Allah dan Rosul-Nya. Lalu keluarlah ruhnya. Maka kami kafani dia dengan pakaiannya – semoga Alloh meridloinya -. 

       Ketika kami pulang dari peperangan dan masuk daerah Ar-Riqqoh, tiada keinginan yang paling kuat dalam benakku kecuali (mendatangi) rumah ibu anak itu. (Aku dapati) seorang perempuan yang mirip mukanya dalam kecantikan dan kebagusannya, ia sedang berdiri di depan pintu rumah, dan ia tanya setiap orang yang lewat di depannya: “ Wahai paman dari manakah engkau ? Dari berperang (jawab orang yang ditanya). Ia bertanya lagi : “ Apakah kakakku pulang bersama kalian ? “. Tidak tau (jawab orang yang ditanya). Ketika aku mendengarnya aku datangi dia dan dia bertanya kepadaku : “ Wahai paman ! Dari manakah engkau ? “. Aku jawab : “ Dari berperang “. Kemudian adik itu menangis dan berkata : “ Aku tak peduli apakah mereka pulang bersama kakakku, sungguh aku telah mendapatkan pelajaran “. Lalu aku berkata kepadanya : “ Wahai anak perempuan ! Katakanlah kepada pemilik rumah ini bahwa Abu Qudamah ada di depan pintu “. Maka keluarlah perempuan (pemilik rumah) ketika mendengar suaraku. Maka berubahlah (roman mukanya). Aku salami dia dan diapun menjawab salamku. Dia berkata : “ Apakah kedatanganmu membawa kabar gembira ataukah kabar sedih ? “. Aku bertanya : “ Terangkanlah kepadaku maksud kabar gembira dan kabar sedih – semoga Allah merahmatimu - ! “ Ia menjawab : “ Jikalau anakkku pulang bersamamu dalam keadaan selamat maka itu kabar menyedihkan bagiku, dan jikalau anakku terbunuh fie sabilillah (Syahid) berarti kamu membawa kabar gembira “. Aku katakan kepadanya : “ Bergembiralah karena hadiahmu telah diterima (Allah) “. Maka ia menangis dan berkata : “ Segala puji bagi Allah yang telah menjadikannya sebagai simpanan besok pada hari kiamat”. Aku tanyakan kepadanya : “ Apa yang dilakukan oleh adiknya itu ? “. Jawab ibu itu: “ Dialah yang telah berbincang-bincang denganmu tadi “. Maka anak itu mendekatiku, dan aku katakan kepadanya: “ Kakakmu menitipkan salam buatmu dan dia mengatakan: “ Allah adalah penggantiku yang menjagamu sampai hari kiamat ”. Maka berteriaklah anak itu dan jatuh pingsan. Lalu ibunya menggerak-gerakkannya setelah sesaat, ternyata anak itu telah meninggal. Sungguh aku sangat kagum sekali (atas kejadian itu). Kemudian aku serahkan pakaian yang dititipkan anak itu kepada ibunya. Lalu aku tinggalkan ibu itu dengan perasaan sedih atas anak (yang telah syahid) dan adiknya (yang ikut meninggal) serta atas kesabaran ibunya.

      Penulis berkata : “ Al ‘Allamah Abu Mudzoffar bin Jauzy menyebutkan bahwa ketika beliau mendengar kisah ini maka beliau segera mengumpulkan rambut yang dimilikinya. Maka terbuatlah darinya 300 ikalan rambut “.
 
Kisah ini diambil dari situs internet :
 “ WWW : ARABFORUM.NET



READ MORE - Si-Pemilik Ikalan Rambut Tali Kekang Kuda ( Tauladan Ibu Sholihah ) di terusna..
Sang Petualang Sejati

      Beliau termasuk orang yang hafal Al Qur’an Al Karim, dan beliau adalah salah satu mahasiswa di Kuliyah Sar’iyyah di Ahsa’ dan termasuk orang yang mempunyai ilmu syar’ie.
Akhlaqnya yang mulia sungguh menakjubkan, sifatnya mulia, ketenangan jiwanya yang mengherankan, dan kewibawaan yang Allah berikan kepadanya. Jikalau engkau melihatnya maka engkau akan melihat pancaran cahaya ketaatan keluar dari wajahnya. Beliau termasuk orang yang ikut serta teman-temannya berjihad di Afgahanistan memerangi Rusia dan Komunis. Beliau berjihad bersama kakaknya, dan kakaknya telah terbunuh disana sebagai syuhada’.
Setelah terbunuhnya sang kakak, beliau pulang kembali ke orang tuanya di kota Al Jabil di daerah timur dan beliau melanjutkan kuliah di Universitasnya sampai ibunya wafat – semoga Allah merahmatinya -.
        Dahulu beliau sering merayu ibunya untuk diijinkan berangkat ke Bosnia, akan tetapi ibunya tidak mengijinkannya. Kemudian beliau meminang seorang perempuan dari keluarga baik-baik, beliau memberikan tenggang waktu untuk melaksanakan akan nikah, akan tetapi Allah menolak rencana itu dan menikahkan beliau dengan Hurun ‘Iin.
Ketika beliau berada pada semester akhir di Universitasnya, beliau sudah tidak sabar lagi ketinggalan jihad dan beliau mengikuti berita-berita para mujahidin disana. Lalu beliau mengemasi kopernya betepatan masuknya bulan Romadhon yang mubarok pada tahun 1415 H. dan beliau ingin menghabiskan bulan yang mulia ini di sana – Bosnia -. Kemudian beliau bertemu dengan salah seorang teman yang menemani beliau ke Ibu Kota Kroasia yaitu Kota Zaghrob. Ketika beliau menginap di sebuah Hotel selama tiga hari, selama menginap disana ada kejadian yang luar biasa yang beliau alami, yaitu bertemu perempuan yang cantik.
Akhirnya beliau memutuskan tinggal di Hotel selama tiga hari bersama temannya. Ternyata disana ada seorang perempuan yang bekerja di Hotel itu. Perempuan tersebut mengagumi kepribadiannya, yaitu ketika ia melihat jenggot beliau yang lebat dan parasnya yang tampan, maka perempuan itu mulai merayu dan menggodanya. Akan tetapi Allah menjaganya dari perbuatan keji perempuan tersebut hingga berlalu selama tiga hari. Kemudian perempuan tersebut datang untuk memamerkan dirinya di ruang tunggu. Perempuan itu berkata kepada lelaki – saudara - tersebut : “ Jikalau aku menginginkanmu sungguh aku akan menggodamu seperti aku telah menggoda sepuluh lelaki lain sepertimu “. Akan tetapi lelaki tersebut pergi dan berlalu begitu saja meninggalkan perempuan itu. Dan melajulah ia dengan mengendarai pesawat terbang menuju Bandara Seblit. Sesampainya di Bandara beliau menyewa Bus untuk masuk ke Bosnia, maka Allah pun memudahkan jalan masuk baginya sampai bumi yang diidam-idamkannya selama ini untuk dimasuki, dan itu bertepatan dengan ketentuan yang Allah tetapkan pada ajalnya pula ( “ Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati “. QS. Luqman : 34). Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau ketika masuk ke Bosnia, hampir-hampir beliau tidak dapat menceritakannya – karena sangat gembira –, apakah benar beliau telah masuk bumi jihad ? apakah benar bahwa beliau akan memerangi musuh-musuh Allah Serbia ? apakah benar beliau akan dapat ribath ? dan …. Dan ….., ya ! semua itu benar.
        Beliau pergi ke daerah Turofnik dan bergabung dengan para mujahidin di sana. Tempat mujahidin berada di dalam sebuah rumah yang sederhana yang terletak di sebuah desa kecil, di desa itu terdapat beberapa Masjid dan desa tersebut berdekatan dengan Serbia.
Beliau memulai kegiatannya seperti halnya hujan, yaitu beliau mengajar anak-anak surat Al Fatihah dan sholat. Beliau juga mengajar yang dewasa. Demikianlah kegiatan beliau jika sedang berada di desa, hingga penduduk desa mencintai beliau. Bahasa tidak menghalangi beliau – untuk berdakwah – cukup dengan niat yang jujur mengajar mereka dengan bahasa isyarat. Dan jika beliau berada di Front maka beliau banyak bergaul dengan orang-orang Bosnia untuk bedakwah kepada Allah dan menyampaikan risalah-Nya kepada mereka sesuai kemampuan yang beliau miliki.
Beliau melakukan kegiatan seperti itu terus-menerus sampai akhir bulan Romadhon yang mubarok, hingga datanglah orang yang memanggil “ Wahai pasukan Allah majulah “. Hingga datang amaliah di Gunung Falasyij As Syahiroh, yaitu di puncak Gunung yang amat tinggi dan strategis yang dikuasai oleh Serbia. Dan berkali-kali mereka menyerang kaum muslimin dengan menggunakan Mortar dari atas puncak Gunung. Maka para mujahidin pun mengadakan persiapan untuk menghadapi peperangan yang sangat menentukan itu.
Para mujahidin menggunakan strategi memasuki daerah Serbia dengan mengambil jarak tiga kilo meter sebagaimana yang diceritakan oleh orang yang mengikuti peperangan pada saat itu. Dari sana mujahidin dapat memutuskan bantuan untuk tentara Serbia dan mujahidin dapat menyerbu pasukan gunung dengan keseluruhan..
        Dua hari sebelum amaliah, Abu Abdullah bercerita pada salah seorang teman. Beliau berkata kepada temannya : “ Aku bermimpi bahwa aku dapat membunuh dua orang Serbia lalu meluncurlah dua peluru kepadaku di sini hingga aku terbunuh “. Maka temanya tersebut memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia akan mendapatkan syahadah secara nyata. Dia mengucapkan Allahul Musta’an kami bukan orang yang layak mendapatkan syahadah. Dan dia menyuruhnya untuk merahasiakan mimpinya itu.
Singa-singa Allah bergerak menuju medan tempur dan merayap hingga tiba waktu fajar. Mereka mendaki Gunung hingga mendekati terbitnya fajar. Dan para mujahidin sama merasakan keletihan berjalan dan tidak dapat memulai perang. Maka komandan memerintahkan kepada semua mujahidin berbuka puasa, maka berbukalah para mujahidin karena takut atas musuh mereka jika mereka tidak berbuka. Lalu mintalah ijin kepada komandan – untuk berbuka - dan komandan pun mengijinkannya.
      Mulailah peperangan yang dahsyat dan hebat itu bersamaan terbitnya fajar, dan saudara kita ini pun bertekad bertempur untuk membunuh musuh di medan perang. Majulah ia bersama dua mejahidin, lalu keluarlah sekelompok tentara Serbia yang ketakutan dan mereka saling berhadap-hadapan. Maka Abu Abdullah menghadapkan senapan mesinnya – LMG – kepada mereka hingga beliau dapat membunuh dua orang dari mereka, dan meluncurlah dua serangan tepat di leher beliau dan terbuktilah mimpi beliau. Dan berjatuhanlah dua temannya yang terluka oleh serangan Serbia, dan para mujahidin lainnya berada di belakang mereka pada jarak beberapa meter saja, akan tetapi mereka tidak dapat menyelamatkan orang-orang yang terluka karena tempat mereka dekat dengan Serbia, maka Serbia pun hendak mengambil mereka untuk dijadikan tawanan, lalu salah seorang teman yang terluka berdo’a kepada Allah “ Ya Allah ….. Ya Allah ….. Ya Allah ….. beberapa detik kemudian turunlah kabut yang sangat tebal hingga para mujahidin bisa mendekat kepada teman-teman tersebut dan menyelamatkan mereka. Dan Serbia pun kabur lari terbirit-birit ketakutan.
Para mujahidin mendapatkan saudara kita Abu Abdullah As Syarqi telah meninggal dalam keadaan shoum tidak berbuka, dan tampaklah di wajahnya senyumnya yang menakjubkan, sungguh ini adalah tanda-tanda – kesyahidannya -. Kemudian ketika teman-temannya membawa turun jasad beliau ke Desa dan mereka menggalikan lubang kuburnya, maka keluarlah dari tubuhnya aroma wangi Misk yang disaksikan semua orang yang menghadiri pemakamannya.
      Sungguh ! Allah telah mengsihi Abu Abdullah As Syarqi, seorang hafidz (hafal) Al Qur’an, orang yang bertaqwa, waro’ dan tawadhu’. Semoga Allah memperbanyak jumlah contoh dari para mujahidin yang sholih pada ummat Islam.


READ MORE - ABU ABDULLAH AS SYARQY ( MUSY’IL AL QOHTHONY ) di terusna..
Sang Petualang Sejati
بسم الله الرحمن الرحيم

SANG PAHLAWAN

Beliau dipenjara selama 3330 hari

Syaikh Sa’id ibnu Mubarok Ali Zu’air dipenjara kurang lebih selama 6 tahun di Penjara Al Haair Riyadl. Beliau dipenjara bukan karena melakukan pelanggaran. 
Habar tentang dipenjarakannya beliau tidak diekspos secara transparan, dan tidak ada artikel yang berani mengkritik penguasa tentang tragedy ini, oleh karena itu beliau dipenjara dalam waktu yang lama. Penguasa Arab Saudi melarang mengeluarkan beliau sehingga beliau tinggal di dalam penjara dalam waktu lama.
Saya kira para pembaca akan mengatakan : “ Sungguh kesabaran beliau akan pudar “. Kalau begitu apa sebab beliau dipenjara ?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, maka selayaknya kami memaparkan kepada pembaca tentang biografi perjalanan hidup beliau yang mulia :
Syaikh dilahirkan pada tahun 1370 H. setelah beliau menyelesaikan kuliah syari’ah beliau kemudian menjadi Dosen dan menjadi mudir (direktur) di sebuah balai pendidikan setingkat Tsanawiyah. Juga sebagai mudir di Ma’had I’dadul Mu’allimin di Khoroj, juga sebagai mudir ta’lim di kabupaten Al Hauthoh dan Al Haroq di selatan Riyadl.
Pada tahun 1399 H. beliau mengikuti kuliah jarak jauh di Fakultas Dakwah sehingga mendapat gelar “ Magester “ kemudian mendapat gelar “ Doktor “ dengan peringkat Comlude pada tahun 1406 H. setelah mendapat gelar Majister dan Doktor beliau diangkat menjadi Dosen pembantu di Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud – bagian I’lam – kemudian beliau menjadi wakil Dekan di Fakultas itu dan diserahi urusan bagian administrasi dan perhubungan Universitas yang berhubungan dengan Universitas-Universitas lainnya dan sebagai delegasi pemerintah di luar kerajaan ….. dan berlalulah perjalanan Doktor Sa’id di dalam kegiatan mengajarnya di Fakultas hingga beliau ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara pada hari Ahad, bertepatan pada tanggal 4/10/1415 H.
Maka dari itu wahai saudara pembaca ! Engkau sekarang bukan lagi berhadapan dengan seorang bisnismen yang curang, bukan pula sedang berhadapan dengan seorang penjahat atau pencuri yang licik, akan tetapi anda sedang berhadapan dengan seorang ustadz yang bijaksana, seorang Murobbi (pendidik) yang kharismatik, dan seorang Presenter yang disegani. Apakah seorang lelaki – mulia – seperti ini layak dijebloskan ke dalam penjara ?
Adapun penyebab beliau dipenjara adalah dikarenakan beliau menentang keputusan sebagian syaikh – seperti – syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz – rohimahullah – yang melegitimasi perdamaian dengan Israil. Hanya kerena sebab inilah beliau dijebloskan ke dalam penjara. Padahal dalam kisah yang mereka sampaikan, beliau tidak pernah sama sekali menentang penguasa walaupun hanya dengan kritikan atau celaan apa saja.
Selama dalam penjara syaikh Sa’id tidak pernah di proses secara hukum ….. akan tetapi para – teman beliau – yang berada di bagian ma’lumat di bagian Da’wah dan I’lamiyah memberikan bantuan kepada beliau. Dan dari sanalah keserikatan beliau cukup besar di dalam muktamar-muktamar umum di dalam kerajaan dan di luarnya, dan keserikatan beliau juga di dalam kegiatan berfatwa pada musim haji pada tahun-tahun yang lalu.
Para penanggung jawab bagian Dakwah dan I’lam sama mengerti bahwa beliau dipenjara bukanlah karena melakukan kesalahan. Akan tetapi Mentri Dalam Negri mengatakan bahwa beliau harus mengakui kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Ini tidak mungkin akan diterima oleh beliau. Beliau berkata : “ Bagaimana saya akan mengakui sesuatu yang tidak pernah saya lakukan ? Dan bagaimana saya akan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi ? !
Beliau melanjutkan : “ Mentri Dalam Negri telah mendlolimiku dan dia harus mengakui perbuatan dlolimnya ini dan dia harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi….. sementara telah berlalu selama enam tahun beliau dipenjara tanpa ada proses persidangan secara hukum. Berlalunya hari-hari menambah beliau semakin keras dan teguh, dan kita tidak mengerti sampai kapan habisnya waktu ujian buat syaikh yang mulia ini. Dan kenapa Menteri Dalam Negri tidak mau mengakui kedlolimannya. Kalaulah ia tidak mau mengakui kedlolimannya itu maka hendaknya ia tidak lemah dalam mengurusi orang-orang yang dlolim dan yang didlolimi.
Yang terakhir – dari penyampaian saya – semua orang yang ada di seluruh benua hendaknya bergerak untuk berusaha membebaskan syaikh yang mulia Sa’id Ali Zu’air, dan melepaskan jerat tali Menteri Dalam Negeri atas para da’i. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selagi hamba-Nya mau menolong saudaranya yang lain.








READ MORE - SYAIKH SA’ID IBNU MUBAROK ALI ZU’AIR di terusna..
Sang Petualang Sejati

Pertolongan dari Allah


Download

Kualitas Terbaik
368.5 MB

http://nasr34.notlong.com/
http://gettyfile.ru/289043/
http://www.badongo.com/vid/1100889
http://www.damfile.com/?d=263AB43B1
http://www.damfile.com/?d=435FC1911
http://www.filebox.com/ocjhx187awxl
http://www.filebox.com/x0ea57wdd3jo
http://usershare.net/gnp494somfnu.htm
http://usershare.net/3z8bsp13p20g.htm
http://usershare.net/5gfevmqvp9g0.htm
http://www.fileflyer.com/view/9MZl6BL
http://upit.to/file:076f417b46/nasr.mpg
http://upit.to/file:41f320bb46/nasr.mpg
http://ezyfile.net/sp8vpc4xs1vl/nasr.mpg.html
http://ezyfile.net/0qi4h46u8rvx/nasr.mpg.html
http://ezyfile.net/zpahm6xuhiqn/nasr.mpg.html
http://ezyfile.net/3wzfo5zizau4/nasr.mpg.html
http://ezyfile.net/1el2hapnjtd5/nasr.mpg.html
http://ezyfile.net/kbx8pisfm3iy/nasr.mpg.html
http://d01.megashares.com/dl/7b21d16/nasr.mpg
http://d01.megashares.com/dl/4723f64/nasr.mpg
http://d01.megashares.com/dl/3da30ef/nasr.mpg
http://d01.megashares.com/dl/ae5b3ac/nasr.mpg
http://www.enterupload.com/oyurgjw0be9m/nasr.mpg.html
http://www.enterupload.com/1ol0pxl9vouz/nasr.mpg.html
http://www.enterupload.com/psx4somp2tuw/nasr.mpg.html
http://share.projectoverseer.biz/9xk.../nasr.mpg.html
http://share.projectoverseer.biz/ozu.../nasr.mpg.html
http://share.projectoverseer.biz/lkk.../nasr.mpg.html
http://www.adrive.com/public/c6aaee2...04d48fefe.html
http://www.adrive.com/public/b2af32c...05dfb654d.html
http://www.adrive.com/public/f7bffbf...ebbbb7181.html


Kualitas Medium
75.59 MB

http://url.file.am/?mVzjr
http://url.file.am/?Wk3YN
http://nasrm.notlong.com
http://www.filebox.com/l2jxqllkpi19
http://www.megashare.com/811201
http://ww2.megashare.com/810436
http://ww3.megashare.com/810587
http://www.megashare.com/810559
http://www.megashare.com/810556
http://file-load.net/vvtab8b36ze7.htm
http://file-load.net/2e814pph68rs.htm
http://usershare.net/pre5jokpr6nx.htm
http://usershare.net/pxgadr70cwxi.htm
http://www.badongo.com/file/14618743
http://www.badongo.com/file/14618116
http://www.badongo.com/file/14618472
http://upit.to/file:b9461f4e12/nasr.rmvb
http://upit.to/file:0a3c824345/nasr.rmvb
http://www.damfile.com/?d=034063F61
http://depositfiles.com/en/files/s0a2i3l4i
http://netload.in/dateijW7wFhMbXx.htm
http://depositfiles.com/en/files/gcw4ri9rd
http://depositfiles.com/en/files/pjic6xb5y
http://www.files.to/get/637488/hf73utjayl
http://www.damfile.com/?d=AFC70EB51
http://www.files.to/get/637482/i5eqj1pub1
http://www.load.to/o4tsXRNMBF/nasr.rmvb
http://www.load.to/rQ3QUqVqqh/nasr.rmvb
http://www.megaupload.com/?d=4P0L37X1
http://www.megaupload.com/?d=746MXM94
http://www.megaupload.com/?d=2JSK2KV0
http://www.megaupload.com/?d=X07LKNWG
http://ezyfile.net/1palvxx3vu6y/nasr.rmvb.html
http://filemoon.com/en/file/2420/nasr-rmvb.html
http://rapidshare.com/files/225294449/nasr.rmvb
http://rapidshare.com/files/225352450/nasr.rmvb
http://rapidshare.com/files/225306907/nasr.rmvb
http://rapidshare.com/files/225302221/nasr.rmvb
http://share-now.net/files/184479-nasr.rmvb.html
http://share-now.net/files/184478-nasr.rmvb.html
http://www6.zippyshare.com/v/13902783/file.html
http://shareator.net/uvsys0uhjqe5/nasr.rmvb.html
http://shareator.net/sadmlaa3rpba/nasr.rmvb.html
http://shareator.net/bdwqidgecex0/nasr.rmvb.html
http://uploaddaily.com/06di1givlp8l/nasr.rmvb.html
http://www15.zippyshare.com/v/90223222/file.html
http://www.easy-share.com/1904731377/nasr.rmvb
http://www.easy-share.com/1904730727/nasr.rmvb
http://www.easy-share.com/1904742764/nasr.rmvb
http://www.easy-share.com/1904734751/nasr.rmvb
http://www.zshare.net/download/59130745dbf0bf41
http://1.bigfilehost.com/en/file/5803/nasr-rmvb.html
http://www.uptir.com/download.php?id=C2071FF11
http://www.uptir.com/download.php?id=808A510E1
http://www.filefactory.com/file/agdg273/n/nasr_rmvb
http://www.filefactory.com/file/agdgdd5/n/nasr_rmvb
http://www.exaty.com/tfzw0x87o3t2/nasr.rmvb.html
http://www.zshare.net/download/59142820299bacb3
http://www.zshare.net/download/59136616b0850b68
http://www.exaty.com/o14sig98wgdz/nasr.rmvb.html
http://uploaddaily.com/xzu7bkaafs8c/nasr.rmvb.html
http://www.maxishare.net/en/file/15328/nasr-rmvb.html
http://www.maxishare.net/en/file/15329/nasr-rmvb.html
http://www.enterupload.com/ncwm3sp5gqam/nasr.rmvb
http://www.2shared.com/file/5487297/3c4db6a/nasr.html
http://www.2shared.com/file/5480496/ed99aff7/nasr.html
http://www.2shared.com/file/5481042/e0efda1a/nasr.html
http://www.egoshare.com/download.php?id=7F5AA8943
http://www.share-online.biz/download.php?id=4FFF4142
http://www.share-online.biz/download.php?id=A35E4A32
http://www.uploadmachine.com/file/17547/nasr-rmvb.html
http://www.uploadmachine.com/file/17546/nasr-rmvb.html
http://www.hugeupload.com/06hdbirp4y22/nasr.rmvb.html
http://www.enterupload.com/ylyzhcx6kiye/nasr.rmvb.html
http://www.enterupload.com/9fykko758x99/nasr.rmvb.html
http://www.speedshare.org/download.php?id=941D600411
http://www.speedshare.org/download.php?id=620786BB13
http://www.egoshare.com/download.php?id=FF3B5CE418
http://www.hugeupload.com/wmwobn1hzsvf/nasr.rmvb.html
http://share.projectoverseer.biz/t7e.../nasr.rmvb.htm
http://share.projectoverseer.biz/a1t.../nasr.rmvb.htm
http://www.simpleupload.net/download...nasr.rmvb.html


Kualitas Mobile
37.39 MB

http://url.file.am/?Kx54M
http://url.file.am/?LZGAz
http://ww2.megashare.com/811280
http://ww3.megashare.com/810904
http://ww2.megashare.com/810439
http://www.megashare.com/810562
http://www.megashare.com/810564
http://file-load.net/s8rw70xmlqjq.htm
http://upit.to/file:f2d76cc145/nasr.3gp
http://file-load.net/s76uqbm95805.htm
http://usershare.net/arxd61shosf5.htm
http://usershare.net/ahrtdo2n53of.htm
http://netload.in/dateiJMith2LANU.htm
http://www.badongo.com/file/14618099
http://www.badongo.com/file/14618313
http://www.filebox.com/2aymjm4y7zad
http://depositfiles.com/en/files/ifmzj43iu
http://depositfiles.com/en/files/b7ypj15ol
http://www.netgull.com/?d=7CC3B9CF1
http://www.netgull.com/?d=4D8A7D2A1
http://www.damfile.com/?d=ABB985341
http://www.files.to/get/637496/3iopfib4nv
http://www.damfile.com/?d=D2FDDA181
http://www.load.to/yMAf3lG3HM/nasr.3gp
http://www.files.to/get/637495/043jodewko
http://www.load.to/JhbtG4AWWO/nasr.3gp
http://www.megaupload.com/?d=4353VTEX
http://www.megaupload.com/?d=AI8ETU5S
http://www.load.to/XVCWnYFM6Q/nasr.3gp
http://www.megaupload.com/?d=649RP5DP
http://www.megaupload.com/?d=Y9S7DL0A
http://ezyfile.net/gkjr5wx6q80z/nasr.3gp.html
http://filemoon.com/en/file/2421/nasr-3gp.html
http://share-now.net/files/184480-nasr.3gp.html
http://share-now.net/files/184481-nasr.3gp.html
http://shareator.net/ffq4w5ec6vvx/nasr.3gp.html
http://shareator.net/p7hfigst4k3h/nasr.3gp.html
http://rapidshare.com/files/225351004/nasr.3gp
http://rapidshare.com/files/225292218/nasr.3gp
http://rapidshare.com/files/225294354/nasr.3gp
http://rapidshare.com/files/225345973/nasr.3gp
http://rapidshare.com/files/225413564/nasr.3gp
http://shareator.net/1sg75fgyo1ai/nasr.3gp.html
http://www5.zippyshare.com/v/87141820/file.html
http://www8.zippyshare.com/v/75503057/file.html
http://www.enterupload.com/a8u7o9yyjijl/nasr.3gp
http://www.exaty.com/vv22fbmyofjg/nasr.3gp.html
http://www.exaty.com/q92qjnbdqtrp/nasr.3gp.html
http://www.easy-share.com/1904730739/nasr.3gp
http://www.easy-share.com/1904731008/nasr.3gp
http://www.easy-share.com/1904732704/nasr.3gp
http://www.easy-share.com/1904735203/nasr.3gp
http://www.filefactory.com/file/agdf519/n/nasr_3gp
http://1.bigfilehost.com/en/file/5804/nasr-3gp.html
http://upload-pro.com/7t2t7jeqg3wa/nasr.3gp.html
http://upload-pro.com/1jb3rmse59of/nasr.3gp.html
http://www.filefactory.com/file/agdgde1/n/nasr_3gp
http://www.filefactory.com/file/agdg517/n/nasr_3gp
http://www.uptir.com/download.php?id=8586248F1
http://uploaddaily.com/sikklqkfwx3m/nasr.3gp.html
http://www.uptir.com/download.php?id=9D7D57B31
http://upload-pro.com/fkmmbox4rpz1/nasr.3gp.html
http://uploaddaily.com/bczw67otlu3w/nasr.3gp.html
http://www.zshare.net/download/59136219f39bb2c1
http://www.zshare.net/download/5913023264117ad4
http://www.zshare.net/download/59144669965c5b1a
http://www.maxishare.net/en/file/15322/nasr-3gp.html
http://www.maxishare.net/en/file/15323/nasr-3gp.html
http://www.easy-share.com/1904732809/nasr.3gp%22
http://www.2shared.com/file/5487346/c0afff86/nasr.html
http://www.enterupload.com/et7wegfq4lr3/nasr.3gp.html
http://www.hugeupload.com/fodke29vlkjs/nasr.3gp.html
http://fastfreefilehosting.com/file/16780/nasr-3gp.html
http://fastfreefilehosting.com/file/16781/nasr-3gp.html
http://www.uploadmachine.com/file/17548/nasr-3gp.html
http://www.uploadmachine.com/file/17549/nasr-3gp.html
http://www.enterupload.com/r0syyy3o96q9/nasr.3gp.html
http://www.hugeupload.com/2b5r7376c9mj/nasr.3gp.html
http://www.2shared.com/file/5480501/a3fdeb2a/nasr.html
http://www.egoshare.com/download.php?id=63307F4E31
http://www.share-online.biz/download.php?id=750DBCCD
http://www.share-online.biz/download.php?id=FFDEA0E2
http://share.projectoverseer.biz/bpy...1/nasr.3gp.htm
http://www.speedshare.org/download.php?id=4D1B252313
http://www.speedshare.org/download.php?id=FC89744413
http://www.egoshare.com/download.php?id=C37AE72D31
http://share.projectoverseer.biz/2h5...c/nasr.3gp.htm
http://www.simpleupload.net/download.../nasr.3gp.html

Preview




Jangan lupa untuk mendoakan kami

Saudara Kalian
Markaz Nidaa-ul Jihad

Sumber: Markaz Media Al-Fajr

READ MORE - Situs Islamy.. di terusna..
Sang Petualang Sejati


KENAPA HARUS JIHAD ?

Allah menciptakan makhluk supaya mengibadahinya “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengibadahi-Ku”.(QS.Addzariyat : 56). Dan manusia dibagi menjadi dua bagian (pertama) orang yang berimatn pada (Allah), (kedua) orang yang kafir pada (Allah). “Segolongan masuk surga dan esgolongan masuk neraka”. (QS.42/7). “Dan Kami jadikan sebagian kalian dengan sebagian yang lain menjadi fitnah, apakah kalian bersabar ?”. (QS………..). Allah Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsy : “Sesungguhnya aku mengutusmu untuk mengujimu dan aku uji denganmu”.(HR. Muslim dari ‘Iyadl bin himar). “Dan Kami benar-benar akan menguji kalian sampai kami mengetahui Mujahidin (orang-orang yang berjihad) dan orang-orang yang berssabar diantara kaian, dan Kami uji perihal kamu”. ?(QS. 47/31).
Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang mukmin untuk mendakwahi orang0orang kafir kepada petunjuk dan kebenaran. Maka barangsiapa menolak dan berpaling maka Allah memerintahkan untuk memeranginya sampai kalimat Allah menjadi tinggi (mulia) dan Agama ini semuanya hanya untuk Allah. (Rosulullah) shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi behwaanya tidak ada Ilah kecuali Allah dan bahwasanya muhammad adalah utusan Allah”. (Muttafaq ‘alaih).. dan beliau bersabda : “Aku diutus menjeleng hari kiamat dengan pedang sehingga Allah diibadahi satu-satunya tidak disekutukan”. (Hadits shohih. HR. Ahmad dari ibnu Umar).
Adapun jihad adalah perintah syar’ie Robbani untuk mewujudkan Dien Allah di muka bumi ini, dan untuk menghilangkan fitnah (syirik)dari muka bumi ini. Dan sampai tidak tersisa penguasa yang ada di alam ini kecuali penguasa dari Allah”. Perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah dan Dien ini semuanya untuk Allah”.(QS……….)
Dan jihad adalah hobi seorang muslim dalam exsistensinya. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Jihad adalah puncaknya Islam”. Dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam hadits qudsy, berbicara kepada nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya aku mengutusmu untuk aku uji kamu danaku uji denganmu”. Sampai firman-Nya : “keluarkanlah/usirlah mereka sebagaimana mereka mengusirmu, dan perangilah merkea maka kami (Allah) berperang bersamamu, dan neri infaklah maka Kami beri infak kepadamu, dan utuslah pasukan (untuk berperang) maka aku utus lima pasukan (lagi) seperti itu, dan berperanglah bersama orang yang mentaatimu dari orang yang mendurhakimu”.(HR. Muslim, dari hadits ‘iyadl bin Himar).
Dengan jihad manusia akan terpilih menjadi beberapa shof, satu shof ahli iman dan tauhid, satu shof orang kafir dan pengikutnya, satu shof para mukhodzil dan munafik. Allah Ta’ala berfirman : “Dan apa yang menimpa kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua pasukan itu adalah dengan izin Allah, dan agar Allah menguji siapa orang (yang benar-benar) beriman. Dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu). Mereka berkata : Sekiranya kami mengetahui (bagaimana ara) berperang, tentulah kami mengikuti kami. Merka pada hari itu lebih dekat kepada kekafirandari keimanan. Mereka menyatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahuo apa yang mereka sembunyikan”. (QS.3/166-167).



READ MORE - Kenapa JIHAD ??? di terusna..
Sang Petualang Sejati
MENUNTUT ILMU BAGI MUJAHID

 Dalam masalah ini kita akan membahas tiga pembahasan, sebagai berikut:
 Pertama: Pembagian Ilmu Syar'i ditinjau dari kewajibannya.
 Kedua: Bantahan terhadap syubhat yang mengatakan bahwa tidak ada jihad kecuali setelah menuntut ilmu.
 Ketiga: Ilmu yang wajib dikuasai oleh thoifah mujahidah (kelompok jihad).
 Sebagian orang mengatakan bahwa seorang muslim itu sebelum berjihad harus menuntut ilmu din. Atas dasar ini, sejumlah kelompok dan jama'ah beralasan untuk tidak berjihad dengan berbagai alasan yang di antaranya adalah, mereka harus menuntut ilmu terlebih dahulu. Perkataan ini mengandung unsur kebenaran dan kebatilan, dan penjelasannya adalah sebagai berikut:

 I. Pembagian Ilmu Syar'i Ditinjau Dari Kewajibannya.
 
 Ilmu itu ada dua macam, ada yang fardlu 'ain dan ada yang fardlu kifayah yang merupakan kewajiban umat Islam sebagai sebuah kesatuan. Adapun ilmu yang fardlu 'ain adalah; ilmu yang wajib diketahui oleh setiap muslim, dan ini juga ada dua macam: 
 Ada yang bersifat umum atau kolektif, yang mana seluruh orang Islam wajib mengetahuinya. Seperti rukun Islam, perkara-perkara yang diharamkan secara qoth'i dan lain-lain. 
 Dan ada juga yang bersifat khusus, yaitu ilmu mengenai perincian hukum Islam bagi orang yang wajib untuk mengerjakannya. Sehingga orang yang tidak mampu untuk membayar zakat atau melaksanakan haji tidak wajib untuk mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan kedua kewajiban tersebut secara terperinci, tidak sebagaimana orang yang mampu untuk melaksanakan keduanya. Dalam hal ini pensyarah buku Al 'Aqidah Ath Thohawiyah mengatakan: "Umpamanya ada orang yang terkena kewajiban untuk membayar zakat atau melaksanakan haji, ia wajib untuk mengetahui kewajiban apa yang diperintahkan kepadanya, dan ia harus mengimani bahwa Alloh telah mewajibkan suatu kewajiban yang mana orang lain tidak wajib untuk mengimaninya kecuali secara global, sedangkan dirinya wajib mengimani secara terperinci. Begitu pula orang yang pertama kali masuk Islam, kewajibannya yang pertama adalah mengikrarkan keyakinan secara global, kemudian ketika datang waktu sholat dia wajib mengimani wajibnya sholat dan melaksanakannya. Dengan demikian manusia itu tidaklah sama iman yang diperintahkan untuk mereka imani." 
 Apabila hal ini kita praktekkan pada seorang mujahid, maka dapat kita katakan bahwa ilmu yang wajib dia kuasai (al 'aini) adalah ilmu yang bersifat umum dan ilmu yang bersifat khusus. Seorang mujahid wajib untuk menguasai hukum-hukum dalam jihad secara khusus dan apa-apa yang menjadi hak Alloh ta'ala atas dirinya, kemudian hak pemimpin atas dirinya. Ini akan kami jelaskan pada bab lima insya Alloh ta'ala. Seorang mujahid juga harus mengetahui mana-mana musuh yang boleh dibunuh. Adapun hukum-hukum tentang ghonimah (rampasan perang), tawanan dan gencatan senjata tidak semua personal wajib memahaminya, karena permasalah ini diserahkan kepada pemimpin.
 Adapun ilmu yang fardlu kifayah, adalah ilmu yang wajib dikuasai umat Islam sebagai sebuah kesatuan, sehingga jika sebagiannya telah melaksanakan kewajiban ini, mereka mendapatkan pahala dan gugurlah dosa dari seluruh umat Islam. Namun jika belum ada orang yang melaksanakannya secara mencukupi, semuanya berdosa.
 Dalam hal ini Imam Asy Syafi'i mengatakan: "Ilmu itu ada dua macam, yaitu; ilmu yang bersifat umum yang mana tidak ada alasan bagi orang yang telah baligh dan berakal sehat untuk tidak mengetahuinya … seperti sholat lima waktu, dan bahwasanya manusia mempunyai kewajiban kepada Alloh untuk melaksanakan puasa romadlon dan haji jika mereka mampu, dan membayarkan zakat dari harta mereka, dan bahwasanya mereka diharamkan melakukan zina, membunuh, mencuri dan minum khomer. Dan termasuk dalam hal ini adalah segala sesuatu yang diwajibkan kepada manusia agar mereka memahami, mengetahui dan memberikan dari diri dan harta mereka, dan yang tidak boleh mereka lakukan, yaitu segala sesuatu yang Alloh haramkan --- kemudian beliau mengatakan tentang ilmu yang fardlu kifayah --- ini adalah tingkatan ilmu yang tidak dapat dicapai oleh orang awam namun juga tidak dibebankan kepada semua orang khusus, dan jika ada orang khusus yang dapat mencapainya tidak diperkenankan semua orang khusus meninggalkannya. Maka jika ada orang khusus yang melaksanakan kewajiban ini dalam jumlah yang mencukupi, insya Alloh yang lain tidak berdosa jika meninggalkannya. Namun orang yang melaksanakannya lebih utama daripada orang yang meninggalkannya." 
 Dan Abu Umar bin Abdul Barr mengatakan: "Para ulama' berijma' bahwasanya ilmu itu ada yang fardlu 'ain yang wajib diketahui oleh setiap orang secara indifidu, dan ada yang fardlu kifayah yang apabila ada yang telah melaksanakannya maka gugurlah kewajiban tersebut atas orang yang berada diwilayah tersebut …" Ibnu Abdil Barr juga menukil perkataan para imam salaf dalam masalah ini, seperti Al Hasan Al Bashri, Malik, Abdulloh bin Al Mubarok, Sufyan bin 'Uyainah dan Is-haq bin Rohawaih. 
 Saya katakan: Dengan demikian, pembagian ilmu kepada ilmu yang fardlu 'ain dan ilmu yang fardlu kifayah adalah hal yang tidak diperselisihkan lagi. Dalilnya dari Al Qur'an adalah firman Alloh ta'ala: 
وَمَاكَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَآفَةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِنهُمْ طَآئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.  
 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Dan memuntut ilmu itu hukumnya adalah fardlu kifayah kecuali pada masalah-masalah yang fardlu 'ain, seperti setiap orang wajib mempelajari segala sesuatu yang diperintahkan dan dilarang oleh Alloh kepadanya. Sesungguhnya ini semua hukumnya adalah fardlu 'ain, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim, bahwasanya Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
من يُرِد الله به خيرا يفقهه في الدين
Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Alloh niscaya Alloh menjadikannya faham terhadap agama.
Maka barangsiapa dikehendaki baik oleh Alloh pasti Alloh menjadikannya faham terhadap din. Maka barangsiapa yang tidak dipahamkan oleh Alloh terhadap din berarti Alloh tidak menghedaki kebaikan pada dirinya. Sedangkan din itu adalah ajaran yang Alloh sampaikan melalui utusan-Nya, dan inilah yang wajib diyakini dan diamalkan oleh semua orang. Setipa orang wajib untuk mempercayai segala sesuatu yang diberitakan oleh Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam dan wajib mentaati perintahnya, percaya secara umum dan taat secara umum. Kemudian apabila dia telah mendengat sebuah khabar dari beliau secara meyakinkan maka ia wajib mempercayainya secara terperinci, dan apabila perintah itu berupa perintah mu'ayyan maka ia wajib mentaatinya secara terperinci." 
 Beliau rohimahulloh juga menuturkan, mengenai ilmu yang fardlu kaifayah: "Demikianpula para ahlul ilmi yang menghafal Al Qur'an dan Sunnah untuk umat ini, baik secara tekstual maupun secara makna. Padahal menghafal semua itu merupakan kewajiban umat Islam secara umum yang bersifat fardlu kifayah. Namun di antaranya adalah yang fardlu 'ain bagi setiap indifidu mereka, yaitu yang disebut dengan ilmu al 'ain, yang wajib untuk diketahui oleh setiap pribadi muslim. Akan tetapi semua itu baik yang fardlu 'ain maupun yang fardlu kifayah, bagi para ulama' yang mengepalai di bidang ini dan dibiayai untuk kepentingan ini, bagi mereka kewajibannya lebih besar daripada yang lainnya, karena hal ini hukumnya wajib secara umum berdasarkan syar'i. dan terkadang hal ini wajib bagi mereka karena mereka mempunyai kemampuan sedang yang lain tidak. Termasuk dalam kategori kemampuan adalah mempunyai kesiapan otak, lebih dahulu dalam menuntut ilmu dan mengetahui sarana-sarana pengetahuan seperti buku-buku karangan, para ulama' pendahulu dan berbagai dalil yang bermacam-macam, serta kemampuannya untuk berkonsentrasi belajar yang tidak dapat dilakukan yang lain." 
 Kemampuan untuk menuntut ilmu al kifa-i yang berupa kesiapan otak dan konsentrasi yang disebutkan oleh Ibnu Taimiyah rohimahulloh di atas akan kami berikan beberapa contoh dari generasi sahabat.
 Untuk kesiapan otak, kami berikan contoh dengan apa yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abi Aufa rodliyallohu 'anhu, ia berkata: Ada seseorang yang datang kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam lalu ia mengatakan: ”Sesungguhnya aku tidak dapat mengambil sesuatupun dari Al Qur’an, maka tolong ajarkanlah kepadaku amalan yang cukup untukku.” Maka Rosululloh pun bersabda: 
قل: سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله
Katakanlah: ”Maha Suci Alloh, segala puji bagi Alloh, tidak ada ilah (sesembahan yang hakiki) selain Alloh, Maha Besar Alloh dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Alloh. 
Sahabat ini tidak dapat menghafal sedikitpun dari Al Qur'an, meskipun hanya sekedar surat Al Fatihah yang mana sholat itu tidak sah kecuali dengan membacanya. Maka Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam menunjukkan kepadanya apa yang harus ia baca dalam sholat sebagai pengganti surat Al Fatihah. Dan Alloh ta'ala berfirman:
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا
Alloh tidak membebani seseorang kecuali yang ia mampu.
 Adapun konsentrasi, kami berikan contoh dengan apa yang disebutkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhori dari Ibnu 'Abbas rodloyallohu 'anhu, ia mengatakan: "Dahulu Aku mengajarkan Al Qur'an kepada beberapa orang Muhajirin di antaranya adalah Abdur Rohman bin 'Auf …” Ibnu Hajar berkata: ”(Ibnu 'Abbas rodliyallohu 'anhu berkata:) Dahulu Aku sering mendatangi 'Abdur Rohman bin 'Auf ketika kami di Mina bersama 'Umar bin Al Khothob. Aku mengajarkan Al Qur'an kepada 'Abdur Rohman bin 'Auf.” Sedangkan Ibnu ’Abbas adalah orang yang cerdasa dan sangat mudah menghafal, sedangkan banyak dari kalangan sahabat yang sibuk dengan jihad sehingga mereka tidak dapat menghafal Al Qur'an secara keseluruhan. Lalu orang yang masih dapat bertemu dengannya setelah Nabi meninggal dan mereka berdomisili di Madinah, mereka mendatangi anak-anak yang cerdas lalu mereka mendektekan Al Qur'an untuk dihafal.” Saya katakan: Kisah yang disebutkan di dalam hadits ini terjadi beberapa minggu sebelum wafatnya ’Umar bin Al Khothob. Sementara itu ’Abdur Rohman bin ’Auf, yang merupakan salah satu dari sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan masuk jannah dan salah satu dari enam orang anggota majlis syuro, ia dicalonkan menjadi kholifah setelah Umar. Sementara itu ia masih dalam penyelesaian menghafal Al Qur'an lantaran ia tersibukkan dengan jihad dan mengurusi kepentingan kaum muslimin. Namun demikian tidak ada halangan baginya untuk dicalonkan menjadi kholifah. Maka perhatikanlah ini.
 Juga silahkan merujuk kepada bab Bantahan terhadap orang yang berpendapat bahwa seluruh hukum Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam itu telah tersebar, dan tidaklah sebagian mereka tidak menghadiri berbagai peristiwa yang hadapi Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dan berbagai perkara Islam, pada kitab Al I'tishom dalam Shohih Al Bukhori. 

 II. Bantahan Terhadap Syubhat Yang Mengatakan: Tidak Ada Jihad Kecuali Setelah Menuntut Ilmu.

 Jika orang yang mengucapkan perkataan seperti ini --- yaitu wajib menuntut ilmu sebelum berjihad --- yang ia maksud adalah ilmu syar'i yang fardlu 'ain, maka kami katakan: Hal ini dapat dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, dan seseorang tidak wajib untuk memahaminya seluruh dalil-dalil syar'inya secara terperinci. Hal ini berdasarkan perkataan Al Qurthubi yang dinukil oleh Ibnu Hajar, ia mengatakan: "Inilah pendapat para imam fatwa dan imam salaf sebelum mereka. Sementara itu sebagian mereka beralasan dengan pendapat tentang prinsip-prinsip fithroh yang telah disebutkan dimuka, dan berdasarkan riwayat yang mutawatir dari Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam kemudian dari para sahabat, bahwasanya mereka menggap bahwa orang-orang Arab Badui yang masuk Islam yang sebelumnya mereka adalah para penyembah berhala, itu adalah orang-orang Islam. Nabi dan para sahabat menerima mereka sebagai orang Islam dengan mengikrarkan dua kalimat syahadat dan tunduk kepada hukum Islam, tanpa mengharuskan mereka mempelajari dalil-dalil." Namun jika yang ia maksud adalah ilmu-ilmu syar'i yang fardlu kifayah, sehingga seorang muslim tidak boleh berjihad sampai ia menguasai kadar tertentu ilmu syar'i, maka ia telah salah dari dua sisi:
 Sisi pertama: Berarti ia telah menganggap yang fardlu kifayah itu sebagai fardlu 'ain.
 Dan hal ini akan mengakibatkan tertelantarkannya kemaslahatan kaum muslimin lantaran mereka semua tidak berjihad dengan alasan menuntut ilmu. Padahal Alloh ta'ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya yang berbunyi: 
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Dan tidaklah sepatutnya orang-orang beriman itu berangkat semua (ke medan perang), kemapa tidak berangkat beberapa orang dari setiap kelompok untuk mendalami persoalan din, dan untuk memeberikan peringatan kepada kaum mereka jika mereka telah kembali supaya mereka waspada. 
Sebagaimana anda lihat sendiri, dalam ayat ini Alloh ta'ala membagi manusia menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendalami ilmu din dan kelompok yang tidak mendalami ilmu din. Hal ini sama persis dengan yang difirmankan Alloh ta'ala dalam firman-Nya yang berbunyi:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Maka, bertanyalah kalian kepada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengerti. 
Sementara itu seorang ulama' yang mendalami ilmu din diperintahkan untuk menganjari manusia, baik dengan cara menjawab pertanyaan mereka jika mereka bertanya kepadanya, atau ia yang mulai untuk menerangkan kebenaran kepada mereka apabila mereka tidak bertanya, sebagai mana yang diterangkan dalam firman Alloh ta'ala:
وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ
Dan untuk mengingatkan kaumnya jika mereka kembali. 
Dan dalam firman Alloh ta'ala: 
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ
Katakanlah: Kemarilah kalian, aku akan bacakan kepada kalian apa-apa yang diharamkan robb kalian kepada kalian. 
Demikian pula seorang awam yang tidak menguasai ilmu din, ia diperintahkan untuk bertanya kepada ulama' mengenai apa-apa yang tidak ia mengerti dalam urusan din, sebagaimana yang diterangkan dalam firman Alloh ta'ala yang terdapat di dalam surat An Nahl di atas. Kemudian jika seorang ulama' melihat orang awam tersebut berbuat tidak berdasarkan ilmu dan juga tidak bertanya, maka ulama' tersebut harus segera menasehatinya dan mengajarinya, hal ini berdasarkan firman Alloh ta'ala yang berbunyi:
وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ
Dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka kembali.
Dan juga berdasarkan firman Alloh ta'ala yang berbunyi:
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ
Katakanlah: Kemarilah kalian, aku bacakan kepada kalian apa-apa yang diharamkan Robb kalian kepada kalian.
 Sisi yang kedua: Berarti dia telah menjadikan sesuatu yang bukan merupakan syarat jihad menjadi syarat jihad.
 Maka kepada orang yang mewajibkan orang lain agar menuntut ilmu sebelum berjihad kami tanyakan: Apa dalil anda dari Al Qur'an dan Sunnah? Adapun kami, kami akan menjawab: Tidak ada dalil mengenai hal itu, padahal Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
Barangsiapa membuat ajaran yang tidak termasuk dalam ajaran kami maka amalannya tertolak. 
Maka pendapatnya itu merupakan ajaran baru dalam Islam sehingga tertolak dan tidak diterima.
 Kemudian juga kami tanyakan kepadanya, apa dalil anda dari siroh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam atau dari siroh salafus sholih dari kalangan sahabat dan orang-orang setelah mereka. Apakah mereka mewajibkan setiap orang Islam untuk menuntut ilmu sebelum berjihad? Dan apakah mereka juga menguji pasukan dengan hal semacam ini?
 Dahulu pada perang Hudaibiyah yang terjadi pada tahun keenam Hijriyah, sahabat yang bersama Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam berjumlah 1400 orang, sedangkan pada perang Fat-hu Makkah sahabat yang bersama beliau berjumlah 12 ribu orang, yang 10 ribu orang memasuki kota Mekah bersama beliau sedangkan yang dua ribu adalah orang-orang yang masuk Islam ketika penaklukan kota Mekah. Lalu kapan mereka menuntut ilmu. Padahal mereka semua ikut bersama beliau menuju perang Hunain sementara mereka masuk Islam belum ada sebulan? Lalu apakah Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam mengatakan kepada mereka, Kalian ini baru masuk Islam, maka kalian tidak boleh ikut berperang sampai kalian menuntut ilmu terlebih dahulu!? Bahkan justru Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam membersilahkan mereka untuk ikut berjihad bersama beliau, namun bersamaan dengan itu mereka belajar dan beliau memberikan penjelasan kepada mereka apa-apa yang mereka perlukan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Waqid Al Laits, ia berkata: Dahulu kami keluar bersama Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam menuju Hunain sedangkan kami baru meninggalkan kekafiran. Sementara itu orang-orang musyrik memiliki sidroh (pohon bidara) yang mana mereka berdiam diri pada pohon itu dan menggantungkan persenjataan mereka pada pohon tersebut. Pohon itu disebut dengan dzatu anwath. Maka tatkala kami melewati sidroh (pohon bidara) kami katakan kepada: "Wahai Rosululloh, buatkanlah kami dzatu anwath sebagaimana mereka juga mempunyai dzatu anwath. Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
الله أكبر إنها السنن، قلتم والذي نفسي بيده كما قالت بنو إسرائيل لموسى {اجْعَل لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ}، لَتَرْكُبُنَّ سَنَنَ من كان قبلكم
Maha besar Alloh, sesungguhnya ini adalah tradisi. Sungguh kalian telah mengatakan apa yang dikatakan oleh Bani Israel kepada Musa: Buatkanlah ilah (sesembahan) untuk kami sebagaimana mereka juga memiliki sesembahan. Musa berkata: Sungguh kalian adalah orang-orang yang tidak mengetahui. Kalian benar-benar akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian. 
 Dari uraian di atas anda dapat pahami bahwasanya ilmu itu bukanlah syarat jihad, sehingga jika ada seseorang yang melalaikan kewajiban menuntut ilmu yang fardlu 'ain baginya, hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk menghalanginya berjihad.
 Adapun syarat-syarat jihad itu adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Qudamah: ”Dan jihad itu untuk menjadi wajib ada tujuh syarat, yaitu: Islam, baligh, berakal, merdeka, laki-laki, tidak cacat dan memiliki biaya.” Saya katakan: Selain itu ditambah lagi dengan ijin kedua orang tua dan ijin kepada orang menghutangi bagi orang yang memiliki hutang, ini juga disebutkan oleh Ibnu Qudamah. Inilah sembilan syarat jihad menjadi fardlju kifayah. Adapun jika jihad itu fardlu 'ain, maka beberapa syarat tidak berlaku lagi sehingga pada jihad yang fardlu 'ain syaratnya tinggal lima, yaitu: Islam, baligh, berakal, laki-laki --- tidak sebagaimana orang yang menggugurkan syarat ini --- dan tidak cacat. Dan jika musuh menduduki sebuah wilayah atau jaraknya tidak sampai jarak qoshor, menurut suatu pendapat tidak disyaratkan lagi adanya biaya.
 Dengan demikian, setiap orang yang mencari kebenaran dan tidak sombong akan melihat bahwasanya ilmu syar'i itu tidak termasuk syarat-syarat jihad sebagaimana tersebut di atas. Dan ini bukan hanya perkataan Ibnu Qudamah saka akan tetapi saya belum mendapatkan seorangpun yang menyaratkannya dalam bukum fikih manapun yang telah saya baca.
 Dan dalam hal ini cukup bagi anda sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhori dari Al Barro' rodliyallohu 'anhu, ia berkata: 
أَتَى النبيَّ صلى الله عليه وسلم رجلٌ مقنع بالحديد فقال يا رسول الله أُقاتل أو أُسلم؟ قال: أَسلِم ثم قَاتِل، فأسلم ثم قاتَل فقُتل، فقال صلى الله عليه وسلم: عَمِلَ قليلا وأُجِرَ كثيرا
Ada seseorang yang mengenakan topi besi datang kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam. Lalu ia berkata: Wahai Rosululloh, Aku berperang atau aku masuk Islam? Rosululloh bersabda: Masuklah Islam kemudian berperanglah. Maka orang itupun masuk Islam kemudian berperang dan terbunuh. Maka Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ia beramal sedikit tapi diberi pahala banyak."  
Hal ini senada dengan hadits yang berbunyi:
ارجع فلن أستعين بمشرك
Kembalilah, karena kami sekali-kali tidak akan meminta bantuan dengan orang musyrik.
Di dalam hadits tersebut dikisahkan bahwa orang musyrik itu akhirnya masuk Islam kemudian ia berperang, dan itu terjadi pada perang Badar. 
 Anda lihat sendiri, di sini Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam tidak memerintahkannya seorangpun pada dua hadits tersebut untuk pergi menuntut ilmu din sebelum memberi ijin berperang, akan tetapi cukup dengan iman secara global. Seandainya ilmu itu merupakan syarat diwajibkannya hihad tentu Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam tidak mengijinkan orang tersebut untuk ikut berperang bersama beliau sebelum ia menuntut ilmu. Dengan begitu dapat dipahami bahwasanya ilmu itu bukanlah syarat diwajibkannya jihad. Padahal Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: 
من اشترط شرطا ليس في كتاب الله فهو باطل وإن كان مائة شرط
Barangsiapa menetapkan sebuah syarat yang tidak disebutkan dalam kitab Alloh, maka syarat itu adalah syarat batil, meskipun sampai seratus syarat. 
Dengan demikian dapat kita pahami, bahwasanya pendapat tersebut --- wajib menuntut ilmu sebelum berjihad --- adalah pendapat yang batil dan akan mengakibatkan terabaikannya jihad, yang mana menurut kami jihad pada zaman sekarang ini hukumnya fardlu 'ain bagi mayoritas orang Islam. Dan aku berharap supaya pendapat yang batil ini tidak dijadikan alasan untuk tidak berangkat berjihad.

 III. Ilmu Yang Wajib Dimiliki Oleh Thoifah Mujahidah

 Menurut pendapatku --- wallohu a'lam bish showab --- jihad itu hukumnya adalah fardlu 'ain bagi sebagian besar kaum muslimin yang tidak memiliki udzur syar'i, dan bagi jama'ah Islam harus melaksanakan jihad, dan bagi thoifah mujahidah (kelompok jihad) harus memenuhi dua macam ilmu, yaitu: Ilmu yang bersifat 'aini (fardlu 'ain) dan ilmu yang bersifat kifa-i (fardlu kifayah).
 1- Adapun ilmu yang bersifat 'aini bagi setiap mujahid itu ada dua macam, yaitu: yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.
 A. Yang bersifat umum. Dalam hal ini seluruh kaum muslimin memiliki kewajiban yang sama, di antaranya adalah; ilmu tauhid dan pembatal-pembatalnya, rukun Islam, perkara-perkara yang diharamkan dan lain-lain. Ilmu mengenai ini semua dapat diusahakan beriringan dengan pelaksaan jihad, karena ilmu semacam ini bukan termasuk syarat diwajibkannya jihad, sebagaimana yang telah lalu. Dan dahulupun Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam juga mengajari para sahabat beliau disela-sela kesibukan mereka berjihad, sebagaimana yang disebutkan kisahnya dalam hadits dzatu anwath di muka, yang mana kasusnya berkaitan dengan tauhid yang merupakan dasar Islam. Dalam mempelajari ilmu 'aini --- secara global --- saya nasehatkan kepada setiap muslim agar memperhatikan dua perkara: 
 Pertama: Janganlah melakukan sesuatu sampai ia mengetahui hukum syar'inya, sebagaimana yang telah diterangkan di dalam Ushulul I'tishom Bil Kitab Was Sunnah, mengenai firman Alloh ta'ala yang berbunyi:
لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
"Janganlah kalian mendahului Alloh dan Rosul-Nya."  
Kedua: Hendaknya bertanya kepada orang yang dapat menunjuk hukum syar'inya kepadanya. Hal ini berdasarkan firman Alloh ta'ala yang berbunyi: 
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
"Maka bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kalian tidak mengetahui."  
 B. Yang bersifat Khusus. Yaitu ilmu tentang disyareatkannya jihad, dan mengetahui bendera yang diusung dalam jihad yang dilakukannya. Yang dimaksud dengan ilmu tentang disyareatkannya jihad adalah: apakah jihad yang hendak dia laksanakan itu disyaretkan atau tidak? Dan dari sisi mana disyareatkannya? Ilmu semacam ini wajib diketahui, sehingga seorang muslim tidak boleh ikut dalam sebuah jihad kecuali dia mengetahui bahwa jihad yang akan ia ikuti tersebut disyareatkan, karena jihad itu akan mengorbankan nyawa dan harta. Yang menjadi dalil dalam masalah ini adalah dialog yang terjadi antara Abu Bakar dan Umar rodliyallohu 'anhuma, ketika Abu Bakar bertekad untuk memerangi orang-orang murtad sepeninggal Rosululloh SAW. Sedangkan Umar tidak memahami dari sisi mana disyareatkannya memerangi orang-orang murtad tersebut, maka Abu Bakarpun menjelaskannya kepada Umar. Diriwayatkan dari Abu Huroiroh rodliyallohu 'anhu, bahwasanya ia mengatakan: Tatkala Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam wafat dan Abu Bakar menggantikan beliau, orang-orang Arab pada kafir. Umar mengatakan: Wahai Abu Bakar, bagaimana engkau memerangi mereka, padahal Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله، فمن قال لا إله إلا الله عصم منى ماله ونفسه إلا بحقه وحسابه على الله
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan laa ilaaha illalloh, maka barangsiapa mengucapkannya telah terjaga harta dan nyawanya dariku kecuali atas haknya, sedangkan hisabnya terserah Alloh.
Abu Bakar berkata: Demi Alloh, aku akan memerangi siapa saja yang memisahkan antara sholat dan zakat. Karena zakat itu adalah haknya harta. Seandainya mereka menahan zakat onta dan kambing yang dahulu mereka bayarkan kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, pasti mereka akan aku perangi mereka. Umar berkata: Maka demi Alloh, setelah itu Alloh membukakan dadaku sebagai mana Alloh telah membukakan dada Abu Bakar untuk berperang. Maka akupun tahu bahwa ini adalah benar. 
 Adapun mengetahui tentang bendera yang ia perjuangkan dalam jihadnya itu hukumnya juga wajib, beradasarkan sabda Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam:
مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَدْعُو عَصَبِيَّةً أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
Barangsiapa terbunuh di bawah bendera kesukuan, ia menyeru dan membela golongannya, maka ia terbunuh dalam keadaan jahiliyah. 
Dan Alloh berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Alloh, sedangkan orang-orang kafir berperang di jalan thoghut. 
Maka bagi seorang mujahid tidak cukup hanya mengetahui disyareatkannya jihad saja --- artinya apakah memerangi musuh ini hukumnya wajib atau tidak? --- akan tetapi selain itu dia juga harus mengetahui bendera yang akan ia bela dalam peperangan tersebut. Masalah ini telah diterangkan di dalam pembahasan Ma'alim Asasiyah Fil Jihad.
 2- Adapun Ilmu yang kifa-i, orang yang menjadi pemimpin kelompok harus memilih di antara anggotanya untuk mempelajari ilmu syar'i secara detail, untuk memenuhi kebutuhan dakwah, ta'lim dan qodlo' (pengadilan) untuk periode sebelum dan sesudah menang, dan hendaknya orang yang dipilih untuk konsentrasi belajar itu adalah orang-orang yang mempunyai potensi untuk belajar. Dan hendaknya thoifah mujahidah tersebut menanggung orang-orang yang berkonsentrasi belajar tersebut dari sisi keuangan . Dan saya nasehatkan kepada thoifah mujahidah agar memenuhi kebutuhannya dalam bidang ilmu syar'i dan fatwa melalui para anggotanya, dengan cara menyibukkan mereka untuk mempelajari perkara-perkara yang paling penting kemudian seterusnya secara berurutan, dan hendaknya pada setiap bidang ilmu mereka mencukupkan diri pada masalah yang paling penting saja. Ibnu Kholdun berkata: "Sesungguhnya banyaknya buku yang membahas berbagai bidang ilmu itu menjadi penghalang untuk mendapatkan ilmu. Dan ia mengatakan: Sesungguhnya umur seorang penuntut ilmu itu tidak akan mencukupi untuk mempelajari buku tentang satu industri saja, jika ia mengkonsentrasikan diri padanya. Dan dia mengatakan: Sesungguhnya jika seorang pelajar itu menghabiskan umurnya untuk semua ini, maka umurnya tersebut tidak akan mencukupi untuk sekedar menguasai tata bahasa Arab saja misalnya, padahal ini adalah ilmu alat …" Maka camkanlah ini. Asy Syathibi juga mengatakan semacam ini: "Kata pengantar ke sembilan: Ilmu itu ada yang merupakan inti dan ada yang hanya garamnya ilmu dan bukan intinya. Di antaranya ada juga yang tidak termasuk intinya dan juga tidak termasuk garamnya. Maka ilmu itu ada tiga macam." Lalu Asy Syathibi menyebutkan bahwa yang termasuk dari garamnya ilmu itu adalah mendalami takhrij hadits dari berbagai jalurnya yang banyak yang tidak bertujuan untuk mengetahui kemutawatirannya. Ilmu yang semacam ini dimasukkan oleh Ibnul Jauzi kedalam tipu daya Iblis terhadap para ahli hadits, apabila tujuannya dalam memperbanyak jalur hadits tersebut bukan tujuan yang syar'i dan benar. Dan Ibnu 'Abdil Barr mengisyaratkan bahwa hal ini bisa masuk ke dalam firman Alloh yang berbunyi:
أَلْهَاكُمْ التَّكَاثُرُ
Berbanyak-banyakkan telah melalaikan kalian. 
Saya katakan: Tidak diragukan bahwa mengumpulkan berbagai riwayat dan sanad hadits itu ada manfaat yang dibenarkan, seperti: memperbuat hadits dengan cara mutaba'at dan syawahid, dan untuk mengetahui ziyadatuts tsiqot, menafsirkan kalimat-kalimat ghorib (asing), untuk mengetahui hadits mushohhaf , mubham dan mudroj, untuk mengetahui sebab keluarnya hadits dan lain-lain yang telah dipahami oleh orang yang memahami bidang ini.
 Intinya, hendaknya seorang penuntut ilmu itu menyibukkan diri dengan ilmu yang paling penting kemudian baru yang di bawahnya dan seterusnya. Terutama ilmu yang diperlukan dalam aksi jihad, yaitu ilmu berbagai tahapan jihad.
Kesimpulan: Tadi saya katakan bahwasanya thoifah mujahidah itu harus menguasai dua macam ilmu, yaitu al 'ilmul 'aini yang berlaku untuk seluruh anggotanya, dan al 'ilmul kifa-i yang cukup dilaksanakan oleh beberapa orang dari kelompok tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan dari berbagai macam bidang ilmu. Selain itu, ada lagi beberapa ilmu yang wajib dikuasai oleh para pemimpin jihad, yang tidak wajib dikuasai oleh seluruh anggota kelompok. Ilmu ini wajib bagi para pemimpin untuk mengatur program sesuai dengan tuntutan syareat dan untuk menjaga perjalanan jihad agar tidak membelok dari tujuan syar'inya. Di dalam bab ke tiga disebutkan bahwasanya di antara syarat umum menjadi pemimpin itu adalah memiliki ilmu syar'i. Dan inilah yang dapat dipahami dari sabda Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam yang berbunyi:
إِنَّ اللَّهَ لا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْنَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Sesungguhnya Alloh itu tidak mencabut ilmu dari manusia dengan semerta-merta, akan tetapi Alloh mencabut ilmu dengan mencabut nyawa para ulama', sehingga apabila sudah tidak ada lagi ulama' manusia mengangkat pemimpin yang bodoh, maka mereka ditanya dan menjawab tanpa berdasarkan ilmu, lalu mereka sesat dan menyesatkan.” 
Inilah pendapat saya tentang ilmu yang harus dikuasai oleh thoifah mujahidah. Wallohu a'lam bish showab.



READ MORE - ILmu Bagi Sang Mujahid di terusna..

Perhatian !!!

Dipersilahkan kepada siapa saja untuk memperbanyak atau menukil isi tulisan ini baik sebagian maupun secara keseluruhan dengan cara apapun, tanpa merobah isinya. Semoga Alloh memberi balasan kepada siapa saja yang membantu tersebarnya ilmu dien yang hanif ini. Jazakumulloh....