Bismillaahi Rohmaani Rohiimi

The Widgipedia gallery requires Adobe Flash Player 7 or higher.
Sang Petualang Sejati
KADO UNTUK PARA MUJAHIDAH
Pendahuluan :
   
       Segala puji bagi Allah Rob semesta alam. Sholawat serta salam untuk Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para pengikut yang setia.
       Para pembaca yang budiman…….
Sengaja kami sajikan kepada para pembaca terkhusus kami hadiahkan kepada para istri mujahid yang hari ini sedang teruji, diantara mereka ada yang suaminya syahid, ada yang di penjara dan ada yang masih dikejar-kejar oleh thoghut – la’natullah ‘alaihim -.
     
     Sungguh isinya bagaikan air embun yang menyejukkan kalbu, bagaikan hujan yang membasahi hati setelah lama kering.
Banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil dengan membaca buku ini terutama untuk menggugah para wanita untuk kembali kepada agama dan memberikan andil mereka di dalam membela dan menegakkan agama islam serta kesetiaan mereka di dalam membantu bapak, suami dan saudara-saudara mereka yang sedang berjihad fi sabilillah.
     
      Kami harapkan buku ini bermanfaat bagi kita semua, baik bagi para istri mujahid yang sedang teruji ataupun para muslimah yang masih lajang yang siap menjadi pendamping mujahid dalam membina Bahtera keluarga.
Semoga Allah mencatat ini semua sebagai amal sholih. Amien ……….
 

                  Penyusun            
Jazakumulloh Khoiron



Hukum jihad bagi wanita

      Ada beberapa pendapat para ulama' tentang hukum para wanita turut berjihad di medan perang. Berikut beberapa pendapat tersebut dan kesimpulannya yang kami ambil dari kitab Al Umdah Fi I'dadil Uddah karangan Syaikh Abdul Qodir bin Abdul Aziz dan Ittihaful Ibaad fi Fadhoo-ilil Jihad karangan Syaikh Abdulloh Azzam.
       Saya katakan: "Dan apa yang telah disebutkan oleh para tokoh Fuqoha' (Ahli Fiqh) tentang kewajiban jihad fardhu ain bagi seorang wanita, di dalamnya perlu ada yang dikaji. Sebagian orang mengira bahwa masalah ini telah disepakati oleh para ulama' atau itu adalah pendapat jumhur (kebanyakan) para fuqoha', padahal permasalahannya tidak seperti itu.
      Orang-orang yang berpendapat akan wajibnya jihad bagi seorang perempuan pada kondisi-kondisi jihad yang fardhu ain. Mereka mengambil pendapat ini dari al qoidah al fiqhiyah al qodhiyah (kaedah fiqh qodhiy) bahwa kewajiban-kewajiban yang bersifat fardhu ain adalah wajib bagi setiap muslim yang mukallaf (mendapat beban syareat) yaitu (aqil baligh) tanpa membedakan antara laki-laki dan wanita. Sebagaimana dinukil dari Al Kasaaniy dari kalangan Ahnaf (Hanafiyah), dan Ar Romaliy dari kalangan Asy Syafi'iyyah. Namun nash-nash syar'iy yang khusus menyebutkan tentang jihad wanita berbeda dengan kaidah ini dan wajib mengambil nash-nash tersebut. Secara detailnya sebagai berikut:
      Diriwayatkan oleh Al Bukhoriy di dalam kitab Al Jihad dari shohihnya (Bab Jihadun Nisaa') dari Aisyah, aku meminta izin kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam di dalam berjihad, lalu Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:


جهادكن الحج
”Jihad kalian adalah menunaikan haji".

      Ibnu Hajar berkata: "Dan berkata Ibnu Bathol: Hadits Aisyah menunjukkan bahwa jihad itu tidak wajib bagi para wanita, akan tetapi bukan berarti sabda beliau "Jihad kalian adalah menunaikan haji" bahwa mereka tidak mereka tidak dapat melaksanakan sunah jihad" (Fat-hul Baari VI/75-76).
     Dan di dalam riwayat Ahmad bin Hanbal dari Aisyah dia berkata, aku berkata: Ya Rosululloh, apakah bagi wanita juga berjihad? Beliau menjawab: 

جهاد لا قتال فيه: الحج والعمرة
"Jihad yang tidak ada peperangan di dalamnya, menunaikan haji dan umroh". (dishohihkan oleh Al Albani, Irwaa-ul Gholil V/1185).
 
      Hadits ini menerangkan bahwa seorang wanita tidak mendapatkan perintah jihad tanpa membedakan apakah itu jihad fardhu kifayah atau fardhu ain. Begitu juga para pensyarah (orang yang memberikan penjelasan hadits ini) yaitu (Ibnu Hajar dan Ibnu Bathol) tidak menerangkan antara dua kewajiban itu bagi wanita.
     Kadang-kadang banyak terjadi jihad menjadi fardhu ain pada masa nabi shollallohu 'alaihi wa sallam namun tidak ada satu riwayat pun yang sampai kepada kami walaupun yang dhoif sekalipun bahwa nabi shollallohu 'alaihi wa sallam memerintahkan para wanita untuk berperang sehingga kami menganggap bahwa nash ini di khususkan hanya untuk hadits Aisyah diatas.
    Keadaan-keadaan yang di dalamnya jihad menjadi fardhu ain adalah jika ada mobilisasi umun dari Imam kepada suatu kaum maka wajib bagi mereka untuk berangkat, di antaranya adalah perang Tabuk. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam tidak memobilisasi kepada suatu kaum tanpa mobilisasai kepada kaum yang lain, akan tetapi mobilisasi itu secara umum dengan dalil firman Alloh SWT tentang permasalahan perang:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمْ انفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأَرْضِ
" Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu :"Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu meresa berat dan ingin tinggal ditempatmu " (At Taubah : 38).
 
       Dan sudah diketahui bahwa perintah dengan ayat:
" Hai orang-orang yang beriman", itu mencangkup lelaki dan wanita. Namun wanita tidak keluar pada peperangan ini dengan dalil perkataan Ali bin Abi Tholib – ketika Nabi mewakilkan kepadanya terhadap kota Madiah pada peperangan ini – Ali berkata: "Apakah engkau tinggalkan aku bersama kaum wanita dan anak-anak". (HR. Al Bukhori no. 4416). Ini menunjukkan bahwa mobilisasi umum tidak termasuk di dalamnya wanita, dan selanjutnya tinggal hadits Aisyah diatas yang menunjukkan secara umum tanpa ada pengkhususan.
      Dan juga kondisi-kondisi jihad menjadi fardhu ain, jika musuh menguasai sebuah negeri maka memerangi musuh dan mempertahankannya menjadi fardhu ain bagi penduduk tersebut, dan ini terjadi pada masa Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam ketika terjadi perang khondaq. Alloh SWT berfirman:

إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ
" (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu" (QS. Al Ahzaab : 10).
 Dan para wanita tidak keluar untuk berperang pada peperangan ini bahkan mereka ditempatkan di rumah-rumah dan benteng-benteng. (Siroh Ibnu Hisyam, cet. Shobih 1391, hal. 705-711).

    Perkataan Ibnu Qudamah Al Hambali merujuk kepada perkataan ini: "Masalah dan wajib bagi manusia jika musuh datang hendaknya mereka pergi berperang baik sedikit maupun banyak, dan mereka tidak keluar kepada musuh kecuali dengan izin Amir, kecuali jika musuh menyerang secara tiba-tiba dan banyak musuhnya serta tidak mungkin mereka untuk meminta izin".                 Perkataannya "Baik sedikit maupun banyak" adalah – wallahu a'lam – orang kaya dan orang miskin. Yaitu orang yang sedikit dan banyak hartanya. Dan artinya berangkat berperang itu bagi seluruh manusia dari orang-orang yang ahli berperang ketika dibutuhkan untuk memberangkatkan mereka disebabkan kedatangan musuh kepada mereka. Dan tidak boleh bagi seorangpun untuk tinggal kecuali orang yang dibutuhkan untuk tinggal, untuk menjaga tempat tinggal, keluarga dan harta". (Al Mughni wa Syarhul Kabir X/389). Maka perkataan Ibnu Qudamah "untuk menjaga tempat tinggal dan keluarga" menunjukkan bahwa tidak diwajibkan bagi wanita untuk keluar jika musuh menyerbu negeri.
      Dan begitu juga Ibnu Taimiyyah berkata: "Dan yang sama dengannya: Jika musuh menyerang negeri kaum muslimin, dan personil perangnya kurang dari setengahnya, jika mereka telah pergi maka orang-orang kafir akan menguasai wanita. Ini dan yang semisalnya adalah perang defensif bukan perang ofensif, tidak boleh pergi meninggalkan medan perang dalam segala keadaan. Dan perang salah satu dari permasalahan ini". (Al Ikhtiyaarot Al Fiqhiyyah 311, cet. Darul Ma'rifah).
      Perkataan beliau "kurang dari setengah" artinya tentara kaum muslimin kurang dari tentara musuh. Dan perkataan beliau "dan jika kaum muslimin telah pergi maka musuh akan menguasai para wanita" menunjukkan bahwa tidak ada pendapat keluarnya kaum wanita untuk berperang pada kondisi seperti ini dari berbagai macam kondisi jihad yang fardhu ain.
      Oleh karena itu saya berpendapat bahwa jihad tidak wajib bagi wanita pada setiap kondisi jihad yang fardhu ain, dan kadang wajib pada satu kondisi saja yaitu jika musuh tiba-tiba menyerang suatu negeri dan telah sampai ke rumah-rumah dan para wanita maka bagi wanita tersebut hendaknya berperang untuk mempertahankan dirinya dan orang-orang yang bersama dengannya. Telah diriwayatkan oleh Muslim dari Anas dia berkata, "Bahwa ketika perang Hunain Ummu Sulaim membawa sebilah Khonjar (semacam pisau) dan selalu bersamanya, lalu Abu Tholhah melihatnya maka dia berkata kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam "Ya Rosululloh, ini Ummu Sulaim membawa sebilah pisau", maka berkata Rosululloh kepada Ummu Sulaim, "Untuk apa engkau membawa pisau itu hai Ummu Sulaim?", dia menjawab "Aku membawanya jika ada salah satu musuh yang mendekat kepadaku dari kaum musyrikin maka aku akan merobek perutnya". Maka kemudian Rosululloh tertawa". Al hadits. Dan juga termasuk dari permasalahan ini adalah apa yang telah dilakukan oleh Shofiyyah binti Abdul Muthollib pada waktu perang Khondaq sebagaimana yang telah diriwayatkan dalam sejarah – jika riwayatnya benar - . (Siroh Ibnu Hisyam II/711, cet. Shobih 1391 H).
 
      Walaupun ada yang berpendapat akan ketidak wajiban jihad bagi seorang wanita kecuali dalam keadaan tertentu, namun boleh baginya untuk keluar sebagai bentuk ibadah tathowwu' (sunnah) di dalam perang dengan adanya izin dari amir (pemimpin). Dan Muslim meriwayatkan dari Anas dia berkata: "Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berangkat berperang bersama Ummu Sulaim dan beberapa wanita Anshor jika beliau berperang, mereka itu memberikan air minum, dan mengobati orang yang terluka". Ini juga diriwayatkan seperti itu dari Ibnu Abbas. Para fuqoha' membatasi hanya para wanita yang sudah tua dan melarang bagi yang masih remaja dan cantik. Ibnu Qudamah berkata: "Al Khoroqiy berkata: Tidak para wanita tidak boleh bergabung dengan kaum muslimin menuju negeri musuh kecuali jika sudah tua umurnya untuk memberi air minum dan mengobati orang yang luka sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam ". (Al Mughni ma'asy Syarkhil Kabir X/391). 
       
       Kesimpulannya adalah bahwa jika jihad bagi wanita itu diwajibkan pada kondisi tertentu maka dia diwajibkan untuk melakukan I'dad (persiapan) dengan melakukan tadrib (latihan) di dalam menggunakan senjata, dan ini cukuplah sekedar macam senjata yang digunakan untuk membela diri, sedangkan yang melatihnya adalah suaminya atau mahromnya atau mudarib wanita. Memang benar tidak ada nash yang sampai kepada kita dalam hal itu, akan tetapi kita mengambil kesimpulan dari ketetapan Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam kepada Ummu Sulaim untuk menggunakan Khonjar (pisau) di dalam memerangi musuh. Jika kita harus memiliki apa yang digunakan oleh wanita sebagai senjata maka wajib untuk melatih dalam menggunakan senjata kepadanya, artinya sesuatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu menjadi wajib. Wallohu a'lam bish showab.

Dinukil dari kitab Al Umdah fi I'daadil Uddah hal. 27-30.

Lanjutan...... Klik
 Keutamaan wanita yang pernah ikut berjihad.
(1)

 



READ MORE - Kado untukmu Mujahidah di terusna..
Sang Petualang Sejati
KEUTAMAAN WANITA yang PERNAH IKUT BERJIHAD

 
         Dari Umar rodhiyallohu 'anha bahwasannya beliau membagi pakaian bulu kepada para wanita Madinah, maka tinggalah sebuah pakaian bulu yang bagus. Maka berkatalah orang yang berada di sisi beliau: "Wahai Amirul Mukminin! Berikanlah pakaian bulu ini kepada putri Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam yang ada padamu – yang mereka maksudkan adalah Ummu Kultsum binti Ali –". Maka Umar berkata: "Ummu Salith lebih berhak dengan pakaian bulu ini! – dia adalah salah seorang wanita Anshor yang berbaiat kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam – Umar melanjutkan: "Sesungguhnya napasnya pernah tersenggal-senggal karena membawakan Qirbah (kantong air) bagi kami di hari perang Uhud." (HR. Al Bukhori).

- al marth: pakaian dari linen atau sutera.
- Ummu Salith adalah salah satu dari wanita yang berbaiat kepada nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dan mengikuti perang Khoibar dan Hunain.

        Di dalam kitab Al Mughni hal (7440): Tidak boleh masuk bersama barisan kaum muslimin dari kalangan wanita ke dalam negeri musuh kecuali wanita yang sudah tua umurnya untuk membawakan air minum, merawat pasukan sebagaimana yang sudah dilaksanakan nabi shollallohu 'alaihi wa sallam.
       Ditanyakan kepada Al Auza'iy: "Apakah mereka berperang bersama para wanita di dalam barisan tentara?" Dia menjawab: "Tidak, kecuali para budak wanita."

 Keterlibatan wanita muslimah dan tugas mereka di medan jihad

عن الربيع بنت معوذ رضي الله عنها قالت: كنا نغزو مع النبي صلى الله عليه وسلم نسقي القوم ونخدمهم ونرد الجرحى والقتلى إلى المدينة.رواه البخاري
"Dari Rubayyi' binti Mu'awwidz rodhiyallohu 'anha berkata: "adalah kami berperang bersama Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam (kami) memberikan minum bagi pasukan, melayani mereka dan mengembalikan orang yang terluka dan terbunuh ke Madinah." (HR. Al Bukhori)
  1. Rubayyi' binti Mu'awwidz bin Afro': bapaknya bersekutu di dalam pembunuhan Abu Jahal.
    Rubayyi' masih kecil berdasar dalil dari hadits yang diriwayatkan Ats Tsalatsah (Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa-i) bahwasannya pamannya Mu'adz bin Afro' mengutusnya dengan membawa sepinggan buah kurma ruthb lalu Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam menghadiahkannya kepada penduduk Bahrain. Pemberian hadiah dari penduduk Bahrain atau selainnya sesungguhnya tiada lain itu terjadi surat sesudah surat-menyurat (Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam) dengan para raja-raja pada tahun 7 M. dengan demmikian maka sungguh pmannya telah mengutusnya dengan kurma ruthb, yakni karena dia masih kecil, karena kalau dia sudah besar, pamannya tidak akan mengutusnya begitu saja sesudah turunnya ayat hijab pada tahun 6 M. 
             Dan pada hadits itu diperbolehkan sentuhan wanita bukan mahram kepada orang yang terluka dalam rangka mengobatinya. Karena tidak ada kelezatan di dalamnya, bahkan ada siksaan (hati) bagi yang menyentuh dan disentuh.
     Keterlibatan wanita di dalan jihad adalah adalah perkara yang diperintahkan syariat. Akan tetapi harus ada penjagaan terhadap persyarakatan syar'iy, seperti; adanya mahram, tidak terjadi ikhtilat (percampuran antara laki-laki dan perempuan), aman dari fitnah, bukan wanita lagi cantik; menutup wajah dihadapan laki-laki atau pada urusan darurat yang tidak bisa ditangani laki-laki.
            Dan sungguh telah didapati keterlibatan wanita (dalam jihad) pada masa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam akan tetapi pada keadaan tertentu dan pada umumnya adalah wanita yang sudah tua – ya Alloh – kecuali Aisyah maka dia adalah keadaan yang khusus bagi Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, maka memungkinkan bagi para wanita untuk terjun digaris belakang melaksanakan tugas dapur umum, merawat orang luka dan pekerjaan-pekerjaan wanita lainnya. adapun tugas sebagai pembuka pintu (dalam front) pada persoalan ini merupakan mafsadah (kerusakan) yang besar.

  2. Al Bukhori meriwayatkan dari Asma' binti Abi Bakar, dia berkata: Aku mempersiapkan bekal bagi Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam di rumah Abu Bakar (bapakku) ketika Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berkenan untuk hijroh ke Madinah. Dia (Asma') berkata: kami tidak mendapati pengikat bekal dan tempat minuman beliau, maka aku berkata kepada Abu Bakar: "Aku tidak mendapati sesuatu untuk mengikatnya kecual sabukku." Dia menjawab: "Sobeklah menjadi dua lalu ikatlah dengan yang satu itu untuk tempat minum dan yang lain untuk mengikat bekal." Maka aku kerjakan hal itu. Oleh karena itulah aku dinamai dengan "Dzatun nithoqoin". (HR. AL Bukhori).

  3. Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik: Bahwasannya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam pernah menemui Ummu Haram binti Milhan, lalu Ummu Haram menjamunya. Ummu Haram adalah istri Ubadah bin Shomit. Pada suatu hari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam datang lagi menemuinya lalu Ummu Haram menjamunya. Kemudian dia duduk sembari mencari kutu di kepala beliau, sementara itu Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam tertidur. Kemudian beliau terjaga sambil tertawa. Dia (Ummu Haram) berkata: aku bertanya: "apa yang menyebabkan engkau tertawa ya Rosululloh?" Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam menjawab: "Sekelompok orang dari umatku – diperlihatkan kepadaku – mereka berperang di jalan Alloh melintasi tengah lautan sebagai raja-raja di atas singgasana atau seperti raja-raja di atas singgasana – dia ragu-ragu perkataan mana diantara keduanya – Ummu haram berkata: "Ya Rosululloh! Doakan kepada Alloh supaya menjadikan aku termasuk bagian dari mereka", lalu Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam mendoakannya. Kemudian beliau menyandarkan kepalanya dan tertidur lalu terbangun seraya tertawa. Ummu Haram berkata: " apa yang menyebabkan engkau tertawa ya Rosululloh?" Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sekelompok orang dari umatku – diperlihatkan kepadaku – mereka berperang dijalan Alloh", - sebagaimana sabda beliau diawal -. Ummu Haram berkata: Aku berkata: "Ya Rosululloh! Doakan kepada Alloh supaya menjadikan aku termasuk bagian dari mereka". Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Engkau termasuk kelompok yang pertama." Maka Ummu Haram binti Milhan berlayar mengarungi lautan di zaman Muawiyah, lalu dia dilemparkan oleh tunggangannya ketika hendak keluar dari kapal laut kemudian mati. (HR. Muslim).
    - ”di zaman Mu'awiyah"yakni: ketika Mu'awiyah menjadi panglima Angkatan laut di masa Kholifah Utsman bin Affan ra. dan dia (Ummu Haram) menemui syahadah pada tahun 28 H di Qubrush.
            Ummu Haram binti Milhan adalah saudara perempuan dari Ummu Sulaim (ibu dari Anas bin Malik). Dia adalah istri dari Ubadah bin Shomit sedangkan Ummu Sulaim istri dari Abu Tholhah, maka Ummu Haram adalah bibi dari Anas.
     Berkata An Nawawi di dalam Syarh Shohih Muslim: "Ulama sepakat bahwa Ummu Haram dan Ummu Sulaim termasuk mahram Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam.
    Berkata Wahab: "Ummu Haram adalah salah seorang bibi Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dari susuan".
           Berkata Abu Umar; "Raja-raja diatas tahta", yaitu beliau melihat bahwasannya pasukan yang berperang di lautan itu (duduk) diatas singgasana di surga. Dan mimpi para nabi adalah wahyu."
           Muhammad bin Hassan berkata di dalam "As Sair" hal. 239: " Dan tidak sepantasnya bagi gadis-gadis muda juga keluar untuk berjihad di dalam barisan pasukan dan semisalnya. Adapun bagi wanita-wanita tua, tidak mengapa keluar bersama barisan untuk merawat orang yang terluka. Dan aku tidak suka jika mereka terlibat langsung dalam peperangan, karena para lelaki tidak membutuhkan peperangan yang dilakukan oleh para wanita. Maka janganlah mereka menyibukkan diri dengan hal itu diluar keadaan darurat, dan ketika terjadi keadaan yang darurat dengan adanya mobilisasi umum, maka tidak mengapa bagi wanita untuk turut berperang tanpa seizin orang tua (wali) atau suaminya".

  4. Muslim meriwayatkan, dari Ummu Athiyah rodhiyallohu 'anha dia berkata; "Aku berperang bersama Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dalam tujuh peperangan. Aku mengurus kendaraan mereka lalu membuat makanan untuk mereka, dan aku merawat yang luka serta menjaga yang sakit". (HR. Muslim).
     Menurut hadits tersebut: boleh bagi wanita Ajnabiyah (bukan mahram) untuk mengobati laki-laki ajnabi karena keadaan darurat.
           Dan Imam Al Bukhori telah menulis satu bab (dalam kitab shohihnya) : "Bolehkan seorang laki-laki merawat wanita dan bolehkah seorang wanita merawat laki-laki?". "Sebagaimana yang telah diketahui bahwasannya para wanita itu tidak berperang dengan menggunakan anak panah akan tetapi mereka hanya diberi tugas tanpa menggunakan anak panah yang tajam. Dan makna "yurdhohu" : yaitu dibagikan kepada mereka suatu tugas, sebagaimana Ibnu Abbas menulis surat kepada kaum Khowarij Nejd: "Sungguh para wanita mengikuti peperangan bersama Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam tetapi mereka tidak ikut berperang dengan anak panah, dan mereka diberikan suatu tugas kepada mereka."

  5. Asma' binti Yazid Al Anshoriyyah telah mengikuti peperangan Yarmuk bersama pasukan, maka dia telah membunuh tujuh orang Romawi dengan menggunakan tongkat tenda perlindungan. (HR. Sa'id bin Manshur di dalam Sunnahnya juz II no. 2787).

  6. Bahwasannya Abdulloh bin Qurth Al Azdiy menceritakan kepadanya (Sa'id), dia berkata: "Aku berperang melawan pasukan Romawi bersama Kholid bin Walid. Lalu aku lihat istri Kholid bin Walid dan istri para sahabatnya menyingsingkan kain untuk membawa air bagi muhajirin dengan bergerak secara pelan-pelan." (HR. Sa'id bin Manshur dalam Sunnahnya juz II no. 2788).
           Berkata Ibnu Qudamah: "Dan dimakruhkan masuknya para wanita-wanita muda ke dalam negeri musuh, karena sesungguhnya mereka bukanlah dari ahli perang dan sedikit manfaat dengan keberadaan mereka di dalamnya, karena memberi peluang kepada orang yang lemah mental dan pengecut untuk menguasai mereka dan tidak memberikan rasa aman dari apa yang didapatkan musuh terhadap mereka lalu musuh menghalalkan apa yang diharamkan oleh Alloh terhadap para wanita itu." (Al Mughniy VIII/315).

Perhatian penting:
 Para fuqoha' menetapkan bahwa: "Boleh seorang panglima meminta untuk ditemani oleh istrinya bersama dia untuk kebutuhannya, dimana kebolehan membawa istri ini tidak diberikan kepada seluruh pasukan." (Kasyful Qona' III/62)
 Dan kami berpendapat – wallohu a'lam – sebagaimana kami merasakannya di Afghonistan – bahwa tidak hadirnya komandan di front pertempuran tidak sama dengan tidak hadirnya seorang mujahid (pasukan) di sana.

  • 7.  Dari Ummu Katsir – istri Hammam bin Al Harits an Nakhoiy – dia berkata: "Kami mengikuti perang Qodisiyyah dibawah pimpinan Sa'ad bersama suami-suami kami. Maka tatkala mereka mendatangi kami – sesudah selesai berurusan dengan orang banyak – kami mengikat kain-kain kami dan mengambil tongkat kemudian kami mendatangi orang-orang yang terbunuh (terluka). Terhadap orang-orang islam (yang terluka) kami memberikannya minum dan mengangkatnya. Adapun terhadap orang-orang musyrikin kami membunuhnya. Dan kami juga membawa anak-anak kecil, maka kami memalingkan mereka dari hal itu – yakni mengambil rampasan mereka – supaya mereka tidak menyingkap (melihat) aurot laki-laki."


READ MORE - Keutamaan wanita yang pernah ikut berjihad. di terusna..
Sang Petualang Sejati

Sepucuk Surat 
Buat Seorang Istr
i
Asy Syahid 
“ Ibrahim Ar Royyisi “ rohimahullah
Oleh : Khonsa'

Saudariku …..

        Apa kiranya yang layak untuk mengawali surat yang aku untaikan untukmu ? apakah aku akan memberimu madu ? apakah aku akan menghiburmu ? Tidak ….. sekali-kali tidak ….. aku tak akan mempersembahkan hiburan dan juga madu kepadamu …..Akan tetapi aku ingin mengungkapkan kata : “ Berbahagialah engkau ….. kemudian berbahagialah engkau …..benar, engkau adalah seorang istri mujahid sang pahlawan, yang telah mengangkat kemulianya pada hari dimana para lelaki menjadi hina. Beliau telah sampai ke medan jihad, pada hari batok kepala mereka diinjak-injak dipenjuru dunia. Maka berbahagialah engkau karena engkau akan mendapatkan syafaat dari as syahid – insya Allah -, karena ia dapat memberi syafaat tujuh puluh kerabatnya “.

        Sementara engkau sendiri wahai saudariku ….. engkau seorang sosok wanita penyabar, yang telah setia mendampingi sang suami dalam menghadapi berbagai macam ujian dengan sabar sampai akhir hidupnya. Engkau selalu ridho kepada Robmu dan ridho kepada suamimu. Maka selamat berbahagia wahai saudariku dengan datangnya nikmat ini….. engkaulah yang telah dipilih oleh Allah diantara keluargamu, bahkan diantara kaum wanita sedunia untuk menjadi ranjang bagi seorang pemuda Islam yang telah menjual dunianya dengan akhirat, dan Allah memilihmu dengan diberi ujian ini. Yang semuanya jika tidak datang kepadamu dari suamimu maka itu semua cukup membuatmu dengan ujian itu menjadi suatu kebanggaan, dan menjadi pahala yang paling besar. Semoga Allah menetapkan bagimu kedudukan yang agung di dalam Jannah, yang tidak akan engkau dapatkan kecuali dengan amalmu dalam menghadapi besarnya musibah yang menimpamu. Maka pebaikilah selalu kesabaranmu dan pasrahkanlah dirimu hanya kepada Allah…..

       Sesungguhnya orang-orang menyaksikan dirimu dengan pandangan marah ….. karena engkau adalah seorang istri yang mengusik pembaringan mereka, sementara mereka takut dengan perbuatan yang mereka lakukan. Mereka takut kalau sekiranya engkau menuntut balas akan perbuatan yang mereka lakukan terhadap suamimu, atau engkau didik anak-anakmu diwaktu kecil sepeninggal suamimu menjadi seperti bapaknya yang mulia dan gagah berani. Sungguh ! engkau telah membuat ketakutan mereka – musuh-musuh Allah -.
Angkatlah kepalamu tingi-tinggi dan katakanlah dengan lantang ….. “ Sesungguhnya aku adalah istri seorang mujahid yang suamiku selalu dituntut dan dikejar-kejar oleh orang-orang kafir budak Yahudi, mereka ingin membeli suamiku dengan menggadaikan budak-budak mereka, akan tetapi suamiku menolak untuk menjadi begundal mereka. Suamiku adalah seorang yang taat dalam beragama, selalu merendah diri. Hidup berdamping dengannya aku rasakan ketenangan dan kebahaiaan, hidup berdamping dengannya bisa menjadi seperti layaknya orang banyak, akan tetapi ia tinggalkan kemewahan itu sampai ia dewasa lalu ia nikah dan punya anak kemudian meninggal. Ia selesaikan keperluannya sepanjang masa, akan tetapi ia tidak tertipu dengan dunia yang hina itu. Beliau adalah orang yang bercita-cita tinggi, beliau angkat kemuliaan ummatnya , akan tetapi ia tidak pernah menampakkan namanya. Kehidupan beserta isinya semua tidak beliau hiraukan….. dan sungguh beliau telah menuju kepada kehidupan yang lain – yaitu akhirat -. Dikarenakan kenikmatan akhirat tidak akan pernah habis…… “.
Ya Allah ! rahmatilah beliau dan kumpulkanlah beliau dengan istrinya di dalam Jannah kelak…..

Saudariku ….. 

      Semoga kesedihan yang telah menyetrika hatimu dengan berpisah dengan suamimu akan dimuliakan dan ditinggikan derajatnya disisi Allah. Semoga engkau menjadi contoh yang baik bagi kebanyakan orang, dan mudah-mudahan banyak akhwat yang mencontoh dirimu karena Allah. Kami berharap akan muncul para pemberani di negeri ini yang berbuat dengan anak-anak kami seperti yang telah dilakukan oleh suamimu. Berapa banyak para ibu yang patah hatinya, berapa banyak anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, bahkan berapa banyak ibu yang dicegah untuk melihat anak-anaknya yang dipenjara dalam masa yang lama. Mereka tidak menginginkannya dapat melihat, karena pada saat itu anak-anaknya sedang dicambuk….. semuanya ini mereka lakukan dalam rangka mencari keridhoan musuh-musuh Allah dari orang Yahudi dan Salibis….. 
Maka katakanlah dengan lantang wahai saudariku ….. “ Cukup Allah pelindung kami atas kalian wahai negara dzolim dan melampaui batas “.
Angkatlah kedua telapak tanganmu tinggi-tinggi dengan selalu berdoa tidak putus-putus, karena do’a orang yang terdzolimi itu tidak ada pembatas antara dia dengan Allah. Dan janganlah kamu merasa putus asa dengan rahmat Allah dan jangan putus asa khawatir tidak dikabulkan permintaan.
       Sebelum saya akhiri risalah ini, aku ingin membisikkan di kedua telingamu kabar gembira yang agung ….. “ Bergembiralah wahai saudariku, sesungguhnya suamimu telah menyibakkan kegelapan dunia, dan menjadikan malam menjadi terang benderang….. sebantar lagi engkau akan menghapus derita kami, dan derita ummat kami yang terluka. Dan sebentar lagi kita akan dapat mengusir orang-orang kafir dari bumi kita dan kita bunuh mereka dengan pembunuhan yang menghinakan mereka. Dan sebentar lagi kita akan dapat menunaikan sholat di Masjidil Aqsho – insya Allah – “.
Disadur dari majalah Shoutul Jihad, 
edisi ke-tujuh, Dzul Hijjah 1424 H.


READ MORE - Sepucuk Surat Buat Seorang Istri Asy Syahid di terusna..
Sang Petualang Sejati
Ummu Hamzah
(Khonsya Abad Ini) 

         Segala puji bagi Alloh robb semesta alam, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi dan rosul yang paling mulia. Amma ba’du:
        Adapun menjawab pertanyaan tentang Ummu Hamzah [semoga Alloh memberikan rahmat yang luas kepadanya, menempatkannya di dalam syurgaNya yang luas, dan semoga Alloh mengumpulkan saya bersamanya di syurga ‘Adn di sisi Allah Raja Yang Maha Kuasa] Sungguh menjadikan air mata akan berlinang dan hati akan pilu atas kepergian orang-orang yang dicintai. Dan sungguh kami rela menerima ketentuan Alloh baik yang pahit maupun yang manis. 
Kata-kata ini kutuliskan untuk mengkisahkan sejarah seorang wanita yang agung, supaya dapat menjadi tauladan bagi kaum wanita pada zaman ini. Kutuliskan sejarahnya supaya musuh-musuh Alloh tahu bahwasanya ada wanita yang tegar di atas jalan kebenaran, yang tidak terpengaruh oleh tipudaya musuh. Saya tulis sejarah ini supaya kaum laki-laki betul-betul mengetahui bahwa ada wanita yang tidak bersikap pengecut dan tidak enggan untuk beramal dengan sungguh-sungguh.

 Ummu Hamzah dan harta

        Ummu Hamzah menginfaqkan semua apa yang dia miliki berupa emas dan harta pada pintu-pintu kebaikan, dalam rangka membela kaum muslimin yang tertindas. 
Ketika Ummu Hamzah mengetahui ada sebuah program yang baik yaitu pertemuan mingguan di sebuah Villa yang diadakan oleh seorang da’i atau seorang santri dia sampaikan ceramah di villa tersebut, Ummu Hamzah tahu bahwa villa tersebut membutuhkan mesin pembangkit listrik, maka Ummu Hamzah pun menjual emas yang dia miliki untuk membeli mesin pembangkit listrik supaya Alloh menyebut namanya di dalam majlis itu. Dan ketika Ummu Hamzah mengetahui bahwa mujahidin membutuhkan harta, ia serahkan semua hartanya untuk membela mujahidin dan dia mengumpulkan sumbangan dari wanita-wanita kerabatnya dan wanita-wanita yang baik. 
       Ya Alloh, alangkah baiknya engkau wahai Ummu Hamzah. Sungguh ia wafat sedangkan dia tidak memiliki emas kecuali dua cincin, setahu saya.

 Ummu Hamzah dan pembelaannya terhadap mujahidin

       Ummu Hamzah telah memberikan tempat tinggal kepada mujahidin, ketika kaum laki-laki ketakutan dan mereka enggan menolong saudara-saudara mereka. Dia telah menyediakan tempat untuk mujahidin di rumahnya bersama suaminya, dan dia memasakkan dan mencucikan dan dia tidak pernah merasa malas, akan tetapi dia sabar dan mengharapkan pahala disisi Alloh dalam melakukan itu semua. Ya Alloh alangkah baiknya engkau wahai Ummu Hamzah.


 Ummu Hamzah dan hijroh

      Ketika Ummu Hamzah mulai memahami benar bahwa penguasa Nejd dan Hijaz (Saudi) adalah thoghut yang murtad dari agama Islam, ia mengkafirkan penguasa tersebut, berbaro’ dari mereka dan membenci mereka, dan meminta kepadaku untuk berhijroh ke Afghanistan, yang disana terdapat pemerintah Islam Tholiban namun aku menolaknya karena aku belum jelas betul tentang keadaan Tholiban yang ketika itu tahun 1420 H.
 
 Keadaannya di rumahnya.

     Dia adalah wanita yang taat kepada suaminya. Pernah satu tahun dia tidak pernah meminta sesuatu pun dari pasar. Dia sangat jarang keluar rumah. Dia tidak mengunjungi keluarganya kecuali sebulan sekali. Dia selalu mengulang-ulang ayat:
 
وَ قَرْنَ فِيْ بُيُوتِكُنَّ
 

“Dan tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian.” (QS. Al Ahzab : 33).

        Dia mengatakan: “Sesungguhnya wanita itu jika dia banyak keluar rumah berarti dia tidak melaksanakan ayat tersebut “. Dia tidak pergi mengikuti pertemuan-pertemuan umum dan pesta-pesta karena pada tempat-tempat tersebut banyak terjadi kemaksiyatan dan banyak wanita berhias.
Wahai Ummu Hamzah, sungguh sangat sedikit wanita yang sepertimu. Dia kadang pergi mengikuti dauroh (training) wanita untuk ikut mendengarkan ceramah.

 Ummu Hamzah dan kelantangannya dalam menyampaikan kebenaran.

        Ummu Hamzah dengan lantang menyampaikan ajaran agama dan kebenaran ketika para ulama’ diam. Dia menyebarkan buku-buku agama ketika kaum laki-laki mulai pengecut. Dan di antara buku-buku yang dia sebarkan adalah buku Syaikh kita Abu Muhammad Al-Maqdisi yang berjudul Al-Kawasyif Al-Jaliyah (Buku yang menyingkap kekafiran negara Saudi), Millah Ibrohim dan Imta’un Nadz-ri Fii Kasyfi Murji’atil ‘Ash-ri.

 Ummu Hamzah dan mati syahid fii sabiilillah

        Dia sangat bahagia ketika mendengar sebuah amaliyah istisyhadiyah yang dilakukan oleh seorang wanita, baik di Palestina maupun di Cechnya. Dan demi Alloh dia menangis dan ingin untuk melakukan amaliyah istisyhadiyah melawan kaum salibis di Jazirah Arab. 
Ya Alloh alangkan baiknya engkau wahai Ummu Hamzah

 Ummu Hamzah pada saat-saat menjelang kematiannya.
        Kira-kira sepuluh hari sebelum meninggalnya dia menulis ayat-ayat Al-Qur’an pada sebuah pisau, seolah-olah dia mengatakan: “Pisau… pisau…”
Dia menulisnya pada secarik kertas dan diletakkannya di dekat kepalanya, dan saya tidak memperhatikan ayat-ayat tersebut kecuali setelah kematiannya.
Dia melihat ke atas dan mengatakan kepada keluarganya sebelum kematiannya: “Sungguh aku melihat (Surga) ‘Illiyyiin.” Dan dia juga mengatakan sedangkan dia melihat ke langit dan tersenyum: “Saya melihat tempat tinggalku di Firdaus yang paling tinggi.” Dan dia mengatakan kepada ibunya: “Jangan bersedih, saya akan melihatmu di syurga.” Dan di antara yang terakhir dia katakan adalah: “Bejihadlah kalian melawan orang-orang kafir.” Lalu dia mengucapkan syahadat kemudian keluarkah ruhnya menuju penciptanya dalam keadaan tersenyum cemerlang. 
        Semoga Alloh merahmatimu dan mengampunimu wahai Ummu Hamzah. Alangkah baiknya kehidupanmu dan alangkah baiknya kematianmu. Ya Alloh sungguh aku ridlo kepadanya maka ridloilah dia wahai Yang Maha Penyayang.”
Ayat-ayat yang ditulis oleh Ummu Hamzah dalam kertas sebelum meninggal :

 
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ ءَايَةَ مُلْكِهِ أَن يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِّمَّا تَرَكَ ءَالُ مُوسَى وَءَالُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلاَئِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ 

“ Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketengan dari Rabbmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman “. (QS. Al-Baqoroh:248)

ثُمَّ أَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنزَلَ جُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَآءُ الْكَافِرِينَ 

 “ Kemudian Allah memberi ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada oang-orang yang beriman, dan Allah telah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikian pembalasan kepada orang-orang yang kafir “. (QS. At-Taubah:26)


فَأَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ 

“Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita". Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “. (QS. At-Taubah:40)

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا 

“ Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana “, (QS. Al-FAth:4)

لَّقَدْ رَضِىَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَافِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَة عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا 

“ Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya) “. (QS. Al-Fath:18)



READ MORE - Khonsya Abad Ini di terusna..
Sang Petualang Sejati
Masyitoh
         Ahmad meriwayatkan di dalam Musnad nya I/310 dari Ibnu ‘Abbaas, ia mengatakan:
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: 
         Pada malam di mana aku di isro’ kan, aku mencium sebuah bau yang wangi, maka aku bertanya: Wahai Jibril, bau wangi apa ini? Maka Jibril menjawab: Ini adalah Maasyithoh (tukang sisir perempuan) bagi anak perempuan Fir’aun dan anak-anaknya. Rosululloh bersabda: Aku bertanya: Apa yang terjadi dengannya? Jibril menjawab: Tatkala pada suatu hari ia menyisir anak perempuan Fir’aun, sisirnya jatuh dari tangannya, maka ia mengatakan: Bismillaah (Atas nama Alloh aku mengambil sisir ini). Maka anak perempuan Fir’aun tersebutpun bertanya: (Apakah yang kamu maksud adalah) bapakku? Ia menjawab: Bukan, tapi Ia adalah Robb (tuhan) ku dan Robb (tuhan) bapakmu, yaitu Alloh. Anak perempuan itu berkata: Bolehkan aku beritahukan hal itu kepada bapakku? Ia menjawab: Ya. Maka anak perempuan Fir’aun itupun memberitahukan hal tersebut kepada Fir’aun, maka Fir’aunpun memanggilnya, lalu ia berkata: Wahai Fulanah, apakah engkau mempunyai Robb (tuhan) selain aku? Ia menjawab: Ya, Robb ku dan Robb mu, yaitu Alloh. Maka Fir’aunpun memerintahkan untuk memanaskan sebuah periuk dari tembaga yang besar, kemudian ia memerintahkan untuk melemparkan tukang sisir tersebut dengan anak-anaknya ke dalam periuk tersebut. Perempuan tukang sisir itupun mengatakan: Sesungguhnya aku mempunyai permintaan kepadamu? Ia mengatakan: Apa permintaanmu? Ia menjawab: Aku menginginkan agar engkau mengumpulkan tulang belulangku dengan tulang belulang anakku dalam sebuah kain lalu engkau kuburkan kami. Fir’aun mengatakan: Itu adalah permintaanmu yang pasti kami laksankan. Jibril berkata: Lalu Fir’aun memerintahkan untuk melemparkan anak-anaknya satu persatu di hadapannya sampai yang terakhir adalah bayi yang masih ia susui, dan seolah-olah ia ragu-ragu pada anak tersebut. Anak itu mengatakan: Wahai ibu, masuklah, karena sesungguhnya siksa dunia itu lebih ringan dari pada siksa akherat, maka iapun masuk ..”
        Hadits ini rijaalnya tsiqoot kecuali Abu ‘Umar. Adz Dzahabiy dan Abu Haatim mengatakan tentang dirinya: Dia adalah Shoduuq. Namun Ibnu Hibbaan menyatakan bahwa dia adalah tsiqqoh.
         Hadits ini menceritakan bahwasanya Alloh menjadikan anak kecil tersebut bisa berbicara untuk memerintahkan ibunya agar dia masuk ke dalam api, dan ini seperti bayi yang terdapat dalam kisah ash-haabul ukhduud (orang-orang yang dilemparkan ke dalam lobang yang panjang yang dinyalakan api padanya). Dan seandainya membunuh diri sendiri untuk kepentingan diin (agama) itu dilarang tentu Syaari’ (Sang Pembuat syariat, yaitu Alloh) tidak akan memuji perbuatan tersebut, dan Alloh menjadikan anak itu dapat berbicara tidak lain hanyalah untuk menerangkan keutamaan perbuatan tersebut.



READ MORE - Masyitoh di terusna..
Sang Petualang Sejati
Kepada setiap wanita yang diuji
Dengan kepergian suaminya
Oleh : Ummu Da'da

 Dia kembali dari rumahnya ke rumah keluarganya dengan menangis dan penuh pengaduan.
 Belum genap dua tahun bersama suaminya kemudian tiba-tiba dia kembali, dia kembali bersama anaknya yang masih kecil dan membawa pulang seluruh apa yang dia miliki.
 Apakah kamu melihat dimana suaminya? Kenapa dia meninggalkannya? Atau dia menceraikannya?.
 Ketika ditanya dia berkata: "Sesungguhnya dia telah mengucapkan perpisahan kepada kami selama-lamanya, dia telah pergi keluar untuk berjihad fi sabilillah seperti yang dia katakan!"
 seandainya dia berpergian ke negeri yang jauh, tapi dia akan berjihad di sini! Di negeri kita ini!!
 Keluarga dan para kerabatnya terguncang: Dia itu memang gila! Bodoh! Ceroboh! Dan lain-lain.
 Bagaimana dia bisa pergi dan meninggalkan keluarganya begitu saja? Jika dia belum menikah itu pasti baik baginya, tapi bagaimana dia rela istrinya menjadi janda dan anaknya menjadi yatim? Bagaimana dia meninggalkan pekerjaannya? Padahal dia berusaha untuk bekerja dengan tekun. Dia bisa duduk sambil beramal di bidang dakwah untuk membela agama Alloh jika dia jujur, maka dia bisa ikut di dalam bidang yang masih sedikit
orang yang menekuninya, beramal dengan pena itukan juga jihad!

 Teman wanitanya berkata: "Aku tahu apa faktor yang menyebabkan dia meninggalkanmu, karena kamu tidak berbuat baik kepadanya dan tidak suka bersolek dihadapannya!!! Jika kamu rajin dan tekun dalam hal itu tentu dia tidak akan pergi meningggalkanmu".
 Saudaranya berkata kepadanya: "Aku sudah memperingatkanmu dari menikah dengan pemuda, sesungguhnya mereka itu tidak mampu bertanggung jawab,
dan tidak dapat menjaga semangatnya".
 Saudariku: Jangan kau hiraukan orang-orang itu. Tetap teguhlah, sungguh kamu berada di atas kebenaran. Suamimu telah keluar untuk berjihad, bukan karena tidak suka denganmu, akan tetapi untuk menegakkan kewajiban Alloh dan kecintaannya pada pahala yang kamu akan ikut mendapatkannya jika kamu bersabar dan tabah. Janganlah kamu tertipu dengan sedikitnya orang-orang yang menempuh jalan ini, sesungguhnya itu merupakan keteransingan yang telah disebutkan oleh Rosululloh SAW:

طوبى للغرباء

"Maka berbahagialah orang-orang yang asing".
 Apa yang telah kamu dengarkan itu hanya sedikit saja dari rasa sakit yang pernah dialami oleh Rosululloh SAW sebaik-baik manusia dan istri-istrinya serta anak-anaknya. Nabi telah berhijroh dan meninggalkan anak-anaknya di Makkah, begitu juga Abu Bakar Ash Shiddiq, sesungguhnya itu bagian dari agama yang kita tidak diciptakan kecuali untuk itu, dan segala sesuatu itu remeh selain agama.
 Janganlah engkau tertipu dengan syaikh yang memakai pakaian jubah dan nampak di layar televisi dan berkata: "Jihad itu fitnah". Sebenarnya fitnah itu adalah keikut sertaanmu wahai corong-corong penguasa dengan penguasa kalian, bahkan janganlah kamu memuji dengan banyaknya para syaikh tersebut. Alloh SWT berfirman:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ

" Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya, mereka itu hanya mengikuti persangkaan-persangkaan belaka" (QS. Al An'am : 116).
 Apakah engkau melihat dia mengatakan apa-apa yang menjadi agama Alloh? Ataukah engkau melihat mereka bersikap toleran dengan para penguasa?
 Jika engkau mengatakan: "Dia akan meninggalkanku selamanya". Ini adalah tidak benar. Tidak! Dia tidak pergi untuk selamanya, di sana ada hari dimana engkau akan bertemu dengannya di jannah jika engkau tidak berubah pendirian.
 Dan tidak samar lagi bagimu bahwa setiap manusia harus meninggalkan keluarganya, hanya saja perpisahanmu dengan suamimu telah dipercepat oleh Alloh. Dan pada beberapa manusia telah ditakdirkan untuk sedikit bersenang-senang dengan orang-orang yang dicintainya kemudian berkesudahan dengan perpisahan. Maka teman kamu pasti akan berpisah dengan suaminya yang dia kira bahwa suaminya tidak akan meninggalkannya karena dia mencintainya. Dia pasti akan pergi walaupun dia membenci kepergian itu. Ya! Dia akan mati, atau istrinya yang akan mati dahulu dan dia kemudian menikah lagi dan melupakannya.

 Inilah sunnah kehidupan, pasti akan fana, sedangkan diakherat maka disana kehidupan yang kekal, kekal abadi dan tidak akan fana, maka pejamkanlah matamu dari finah dunia ini dan dari kesusahannya dan kemiskinan dan beramallah, bersungguh-sungguhlah dalam beramal sampai kamu bertemu dengan Robbmu dan Dia dalam keadaan ridho denganmu, untuk mempersiapkan pertemuanmu dengan orang-orang yang engkau cintai: bapakmu, suamimu dan saudara-saudaramu. 


READ MORE - Kepada setiap wanita yang diuji Dengan kepergian suaminya di terusna..
Sang Petualang Sejati
Kafilah syuhada' wanita
Di bumi Kandahar yang agung
Oleh : Saiful Adl Al Mishriy

Penanggung jawab Militer Tandzim Al Qoeda

 Pada malam ahad, dihari ke tiga pada bulan Romadhon yang berbarokah dan setelah jam menunjukkan pukul 01.00 malam, aku terbangun dan merasa terguncang, aku merasa bahwa ada suatu bahaya berada di dekatku, maka aku segera membangunkan ikhwah yang tidur bersamaku, mereka adalah Abu Muhammad Al Abyadh, Abdurrohman Al Mishriy dan Abu Usamah Al Falistiniy, dan pada hari itu juga ada ikhwah yang bermalam bersama kami yaitu Akh Abu Husain Al Mishriy dan Faruq As Suuriy, karena disana kami diwaktu siang hari bekerja pada beberapa tempat dan diwaktu malam hari kami tidur di rumah pamanku, aku bangunkan semuanya dan kuberitahukan kepada mereka tentang kegoncanganku, dan kukatakan kepada mereka: "Sekarang kita memasuki waktu sahur, dan Alloh maha tahu apa yang akan terjadi, tapi jika kalian mendengar suara bom maka ketahuilah bahwa hal itu tidak akan mengenai kita. Jarak waktu setiap bom dengan bom yang lain jika tidak dijatuhkan secara bersamaan sekitar lima sampai tujuh menit, pada m
asa tenggang waktu itulah kami mengumpulkan diri kami dan perbekalan kami lalu kami keluar. Tiba-tiba kami mendengar suara ledakan yang sangat besar dari jauh, maka kutanyakan kepada ikhwah di bagian pengintai, lalu aku ketahui bahwa rumah kedua milik Yayasan Al Wafa' Al Khoiriyyah tepat terkena sasaran dan juga terkena bom Cluster, gara-garanya ada seorang pemuda yang membuka satelit di dalam rumah tersebut, yang akhirnya bom itu membuat Akh Abdul Wahid menemui kesyahidan. Lalu para pemuda terheran dengan keguncanganku tadi dan kami menyiapkan makan sahur dan kami duduk makan bersama, sebelum kami menghabiskannya kami mendengar suara rudal lewat diatas kepala kami secara langsung, dan meledak pada jarak sekitar seratus meter dari rumah, dengan segera kami keluar dari rumah khawatir jika kami yang dijadikan sebagai target sasaran bom tersebut, dan memang benar-benar kami menjadi targetnya, kami keluar dari rumah dan bekas-bekas asap masih ada di pinggiran jalan sedangkan pesawat-pesawat mengitari di atas langit!!!
 Pada titik yang terkena rudal ada dua rumah yang salah satunya adalah keluarga orang-orang Arab, akan tetapi rumah itu sudah kosong dan yang lainnya (pos penjagaan) milik Tholiban. Saya kira mereka pos tersebut sebagai sasaran, lalu kami terus mengikuti arah pesawat dan ternyata menembakkan rudal kedua setelah lima menit, maka kami bersembunyi darinya, lalu rudal itu jatuh ditengah-tengah jalan, lalu kami bersama ikhwah semua pindah ke depan ke tempat yang lebih dekat lagi, ketika ditengah jalan kami diberitahukan oleh petugas ronda Tholiban tentang rumah yang ditempati oleh para wanita
Arab, ada sebagian yang telah syahid dan ada yang terluka, mereka memindahkannya ke rumah sakit. Sedangkan para wanita telah keluar semuanya dan pergi ke desa-desa. Maka aku bergerak menuju rumah sakit untuk mengetahui secara rinci siapa saja para ikhwah yang terluka, dan ketika aku telah sampai di rumah sakit aku meminta supaya dapat melihat yang mati syahid, ternyata beliau adalah Akh Ashim Al Yamani, pelatih di kamp Al Faruq, dan aku menuju ke tempat orang yang terluka ternyata dia adalah Abu Abdurrohman Al Libbiy (Akh senior), namun lukanya tidak mematikan akan tetapi akan mengakibatkan cacat. Lalu aku tanyakan bagaimana kejadiannya, dia menjawab : "Kami tinggal di dekat rumah Yayasan Al Wafa', ketika bom Cluster jatuh dan ketika kami sudah selesai mengangkat para pemuda dan mengeluarkan Akh Abdul Wahid dari rumah tersebut, para ikhwah bermusyawarah di rumah tersebut, namun mereka masih khawatir juga jika terlihat, maka kami mengeluarkan para wanita dari rumah dan kami bergerak menuju rumah disampingnya, dan Akh Marwan, sopir mobil Pick Up masih membantu untuk mengeluarkan para pemuda yang mereka berada di rumah Yayasan Al Wafa' ke tempat yang lain, kemudian dia kembali lagi pada malam harinya dan belum sampai dia masuk, hingga kami mendengar suara rudal mengenai mobil Marwan, dengan jelas mereka mengincar gerakan mobil dan selalu mengikutinya, maka dengan segera kami mengeluarkan lagi para wanita dari rumah tersebut dan kami kirim mereka ke desa-desa, kami memiliki dua mobil dan tinggallah saya dan Abu Ashim Al Yamani yang berada di dekat rumah tersebut, kami berusaha mengangkat beberapa harta benda, dan ketika sedang mengerjakan itu, tiba-tiba rudal ditembakkan yang kedua kalinya, aku melihat rudal itu menuju ke arah kami, maka aku segera tiarap, ternyata rudal itu jatuh di dekat Akh Ashim dan setelah itu aku tidak tahu lagi bagaimana kejadiannya ". Lalu aku menenangkan Ashim dan dirinya dan aku menanyakan dokter tentang keadaannya, maka dia memberi surat rujukan untuk pergi ke Pakistan untuk kesempurnaan penyembuhannya, lalu aku sampaikan kepada ikhwah untuk membayar biaya dalam hal itu di pagi harinya. Lalu aku kembali ke tempat kejadian yang baru, yang sebelumnya ikhwan-ikhwan saya tinggalkan disitu, belum sempat aku memasukinya sampai aku mendengar suara rentetan tembakan dari jauh di ujung barat, dan tembakan itu dari helikopter dan C130 yang dilengkapi dengan syalka, tembakan terus berlangsung selama kira-kira setengah jam, dan markas Shoqr memberitahukan kepadaku bahwa serangan mengarah ke desa Banjawa, maka aku langsung khawatir akan nasib keluarga yang sedang bergerak di jalan menuju ke sana, lalu aku diam berpikir, tapi suara Abu Ali As Suuriy membuyarkan diamku dan dia memanggil dengan penuh fanatisme "Wahai Abdul Ahad, anjing-anjing telah menembaki kami dan membunuh para wanita" lalu aku bertanya kepadanya: "Dimana?" dia menjawab: "Di tengah jalan menuju Banjawa". Maka kukatakan padanya: "Aku akan menuju ke jalan kalian", para ikhwah semuanya juga mendengarkan kabar tersebut, maka mereka bergerak menuju ke sana, dan waktu itu fajar sudah masuk, maka cepat-cepat aku sholat subuh, aku bersama Abu Abdurrohman Al Mishriy bergerak menuju ke desa tersebut. Di tengah jalan kami dapati sebuah tragedi yang melahirkan cerita ini, dan pelajaran yang sangat menakjubkan, ketika Alloh mentakdirkan sesuatu maka tidak akan ada yang dapat menolak takdir tersebut. Dan ketika beberapa ikhwah merasa di desa Banjawa mendapatkan banyak serangan di ujung kota, juga banyaknya pesawat yang berada di wilayah Kandahar dan korbannya, maka mereka khawatir terhadap anak-anak mereka. Di dalam satu rumah ada enam keluarga dari ikhwan-ikhwan Arab yang mereka semua menikah dengan orang dari arab Maghribiy, akhirnya laki-lakinya memutuskan untuk keluar dengan membawa istri-istrinya dengan empat mobil, dan mereka itu tidur di kamar kosong, pada waktu yang bersamaan disana ada dua mobil datang dengan membawa para wanita yang baru saja rumahnya terkena bom, lalu mereka melihat sebuah mobil asing berhenti di sekitar seratus meter di sisi jalan. Lalu mereka bertemu di jalan dan mereka dapati ternyata dia Akh Suroqoh Al Yamani bersama Akh Abu Hamzah As Suuriy. Mobil itu berhenti mengikuti pesawat, kemudian ikhwan-ikhwan ngobrol sebentar kemudian mereka pergi menuju ke desa, belum sampai kedua mobil tersebut pada jarak kira-kira 1,5 km, tiba-tiba muncul helikopter dengan terus menembaki mereka, dan sampai-sampai C130 ikut menyerang para wanita. Mobil pertama yang di dalamnya ada Abu Ali Al Yafi'iy dan istrinya serta empat orang wanita dan dua anak kecil terkena serangan, begitu juga mobil kedua yang di dalamnya terdapat Suroqoh Al Yamani dan Hamzah As Suuriy, sedangkan mobil ketiga yang di dalamnya ada Abu Ali Al Malikiy dan keluarganya ketika melihat bom telah mengenai kedua mobil tersebut maka dia cepat-cepat melajukannya ke arah gunung berusaha untuk lari dari kejaran pesawat, maka dia mematikan cahaya lampu, lalu melajukan mobilnya seakan terbang di atas tanah yang tidak rata (semua mobilnya menggunakan Corolla Citizen) sampai tersembunyi dari pesawat. Pada waktu serangan pertama memang tidak mematikan, hanya saja mobilnya tidak dapat digunakan sehingga para wanita cepat-cepat lari dari mobil tersebut di tengah padang pasir menuju ke gunung, mereka bersama tiga orang laki-laki, anak kecil berumur 3 tahun dan saudarinya yang masih di susui digendong oleh ibunya. Para wanitanya pada waktu itu menggunakan cadar ala orang-orang Afghon dan mereka itu jelas-jelas nampak wanita, namun karena kedengkian tanpa pandang bulu dari para komandan pesawat helikopter penjahat itu tetap tidak membedakan antara perempuan dengan laki-laki dan anak-anak, sehingga mereka tetap menembakkan rudalnya dan menembaki dengan pelurunya sampai mereka terjatuh diatas tanah menemui kesyahidan. Para penjahat tersebut masih terus menembaki tubuh-tubuh mereka yang suci dan bersih sampai-sampai tubuh mereka tercabik-cabik dan terpotong menjadi kecil-kecil, dan tubuh bayi yang masih disusui itu juga tercabik-cabik, begitu juga tubuh anak kecil itu terpotong berserakan, dan tidak ada yang tersisa selain wajah mereka yang bersinar dan kepasrahan ruh mereka kepada Robb mereka di kafilah kedua dari para wanita yang menemui kesyahidan. Sedangkan laki-lakinya, badan mereka baik dan selamat. Disisi lain mobil asing itu terkena bom diwaktu mereka mendengar tembakan, mereka segera bergerak. Diantara mereka ada yang terkena tembakan yaitu Abdul Wahhab Al Mishriy dan Abu Ali As Suuri, dan wanita dari Arab Maghribiy yang pertama kali mati syahid setelah badannya yang suci terkena lebih dari dua puluh tembakan.
 Orang Arab maupun ajam berkumpul dari setiap tempat ke TKP. Pemandangannya sungguh sangat mengerikan, namun orang arab itu lebih banyak kesabarannya dari pada orang Afghon yang telah runtuh disebabkan rasa takut dengan apa yang telah mereka lihat. Maka para pemuda mulai mengumpulkan potongan-potongan daging, disini ada tangan anak kecil, disitu ada kulit kepala dengan rambutnya, ini ada potongan daging dan disini ada kulit yang kami tidak tahu milik siapa. Aku menyuruh para ikhwah untuk segera meninggalkan diri khawatir pesawat akan datang lagi. Lalu aku kirimkan beberapa orang ke desa untuk menggali kuburan, dan sebagian lagi aku perintahkan untuk mengumpulkan potongan-potongan daging tersebut, lalu mereka mengumpulkan sisa-sisa anggota tubuh dari lima orang wanita dan dua anak kecil disatu mobil dan aku mengangkat tubuh ikhwan-ikhwan dan kami kuburkan semuanya di desa Banjawa selain ukhti dari Maghribiy, dia dikubur di Kandahar yang disana ada Syaikh Abu Hafs dan saudara-saudaranya.
 Jadi pada malam kemarin jumlah para syuhada' dari laki-laki adalah (Abu Ashim, Abu Ali Al Yaafiy yang sedang berjaga-jaga di waktu ada ledakan di rumah Syaikh Abu Hafs dan dia selamat dari bom pada waktu itu, Suroqoh Al Yamani, Abu Hamzah As Suuriy yang kami keluarkan sebelum dua hari dari bawah reruntuhan bangunan bersama Abu Hafs) sedangkan dari para wanita semuanya dari Yaman kecuali satu saja, mereka adalah (Istri Abu Ali Al Yaafiy, istri Usamah Al Kiiniy, istri Royyan At Ta'ziy, istri Abu Usamah At Ta'ziy dan anaknya yang masih kecil, istri Az Zubair Adh Dholi'iy yang sedang menunggu suaminya untuk menjemputnya, istri Abul Barro' Al Hijaaziy , yang dia dari Arab Maghribiy). Lalu aku bergerak ke desa untuk mengikuti acara penguburan dan di dalam dadaku berulang-ulang membaca firman Alloh SWT:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Katakanlah:"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS. Al Jumu'ah : 8).
 "Katakanlah:"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu" Ya! Akan menemuimu! Akan menemuimu!"
Subhanalloh! Sungguh kata-kata itu sangat dalam artinya dan persis sesuai dengan kejadian itu, para ikhwah telah bergerak bersama para wanita dari ujung kota Kandahar ke tengah-tengahnya khawatir akan mati, kemudian mereka bergerak kedua kalinya dari tengah-tengah kota Kandahar ke desa untuk memenuhi perjanjian dengan kesyahidan di dataran bumi yang terbatas dan tepat pada waktunya, tidak bertambah dan juga tidak berkurang. Aku bertemu dengan para ikhwan dan Alloh telah memberikan rizki dengan beberapa kalimat yang aku berbicara dengan mereka untuk
meneguhkan mereka dan menguatkan bahwa semua ini adalah karunia dari Alloh terhadap para hambanya yang dinampakkan dan diperlihatkan kepada mereka. Wahai orang-orang yang Alloh perlihatkan kepada mereka untuk supaya dipilih para lelaki, wanita dan anak-anak termasuk dari orang yang bergabung dengan kafilah syuhada'. Aku menekankan bahwa istri-istri kita dan anak-anak kia mereka adalah amanah dari Alloh dan ketika Alloh ingin mengambil amanah tersebut maka kita tidak memiliki kekuatan melainkan berserah diri kepadaNya dan bersabar atas apa yang Alloh inginkan. Aku juga mengingatkan kepada Akh Abu Usamah At Ta'ziy bahwa kedua anaknya akan mengambilnya menuju surga pada hari kiamat nanti insyaAlloh. Kemudian aku pergi untuk menemui keluargaku yang aku belum melihatnya sejak aku bergerak ke Kabul, untuk ingin mengerti reaksi dia atas kejadian yang menimpa para wanita tersebut, maka keluargaku menyambutku dengan senyuman yang penuh dengan keceriaan dan mengucapkan kata-kata selamat "Dan Alloh sebagai saksi atas apa yang aku katakan", dia berkata: "Apakah kamu mendengar apa yang telah terjadi, sungguh saudari Ummu Ali Al Yaafiy dan suaminya telah mati syahid, sekarang ini aku memohon kepada Alloh supaya memberikan rezeki kesyahidan kepadaku dan kepadamu serta anak-anak bersama-sama seperti mereka berdua". Ini bukan suatu hal yang mengherankan keluar kata-kata darinya, karena saudaranya mati syahid pada tahun 1988, bapaknya Syaikh mujahid Abu Walid orang yang pertama kali datang untuk berjihad dari kalangan arab pada tahun 1979 dan juga komandan amaliyat penutupan bandara Khost pada tahun 1990. Maka aku langsung bergembira dengan jawabannya dan aku mengucapkan salam kepada lima anakku, lalu aku berangkat ke Kandahar ketika mendekati waktu dhuhur".

Disadur dari :
Majalah Shoutul Jihad edisi II Sya'ban 1424 H.





READ MORE - Kafilah syuhada' wanita di terusna..
Sang Petualang Sejati
Bismillahirrohmanirrohim

         Segala puji bagi Alloh, robb semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan shahabat-shahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti jejak dan sunnah-nya hingga hari kiamat. 
Amma ba‘d…

Inilah risalah yang kutujukan kepada saudaraku, penuntut ilmu: Assalamualaikum wa rohmatulloh wa barokatuh…
  •  Wahai penuntut ilmu, inilah kalimat-kalimat dan wasiyat-wasiyat, aku menulisnya sebagai peringatan dan nasehat untukmu, serta sebagai pembebasan tanggunganku nanti. Aku memohon kepada Alloh ta'ala semoga risalah ini sampai kepadamu ketika engkau dalam kondisi mendapatkan nikmat, kesejahteraan dan kesehatan paling sempurna.
  • Wahai penuntut ilmu, hati-hati, janganlah engkau mencari ilmu demi meraih jabatan atau tujuan duniawi. Sebab terdapat sebuah hadits shohih dari Nabi shollallohu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, 
تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيْكَ فَلاَ انْتَقَشَ
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba pakaian, celakalah hamba busana, celaka dan amat buruklah ia, dan bila tertusuk duri tidak bisa tercabut lagi…dst hingga akhir hadits.”
Alloh ta'ala berfirman: 
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ اْلحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيْهاَ وَهُمْ فِيْهاَ لاَ يُبْخَسُوْنَ
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami penuhi baginya amal usaha mereka di dalamnya dan mereka tidak dirugikan sama sekali.” (QS. Hud: 15)
         Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab telah meletakkan sebuah bab dalam Kitab Tauhid beliau kaitannya dengan ayat ini: Bab Termasuk Syirik; Ketika Seseorang Beramal Karena Menginginkan Dunia.
         
           Kemudian, Syaikh Abdurrohman bin Hasan menjelaskan bab ini buku Syarah Kitab Tauhidnya yang berjudul Qurrotu ‘Uyuni `l-Muwahhidin, beliau rohimahulloh berkata, “Contoh dari ini adalah imam-imam masjid, para pengajar, dan mujahidin, yang bekerja dalam rangka memperoleh imbalan dari jihad yang ia lakukan.”
       
             Maka, berhati-hatilah dari ini, semoga Alloh memberi aku dan engkau anugerah berupa keikhlasan.
Wahai pencari ilmu, ketika engkau mencari ilmu, niatkanlah itu untuk menghilangkan kebodohan dari dalam dirimu, sehingga engkau beribadah kepada Alloh atas dasar ilmu yang terang. Selanjutnya, niatkan untuk menghilangkan kebodohan dari umat ini, supaya nantinya engkau ajarkan kepada mereka agama Alloh ta'ala.
  • Wahai penuntut ilmu, ketahuilah, menghafal Al-Quran memang berpahala dan merupakan satu keutamaan. Akan tetapi, mengamalkannya adalah kewajiban yang harus engkau laksanakan. Sesungguhnya kami melihat beberapa kaum di zaman sekarang, yang menganggap menghafal Al-Quran adalah kewajiban, sementara mengamalkannya adalah keutamaan. Maka, hindarilah sikap seperti ini. Sesungguhnya orang-orang seperti ini telah menihilkan banyak sekali nash-nash syar‘i.

  • Aku ingatkan engkau dengan perkataan seorang shahabat rodloyallohu 'anhu yangmengatakan: “Kami belajar 10 ayat dari Al-Quran, kami tidak melewatinya sebelum kami memahami dan mengamalkannya.”
    Sungguh, beruntunglah para shahabat.
    • Wahai penuntut ilmu: Hindarilah, sekali lagi hindarilah, hindari betul sikap taklid. Sebab taklid adalah penyakit yang mematikan. Berpeganglah kepada Al-Quran dan sunnah serta pemahaman salafus sholeh, meskipun manusia tidak menerimamu.
    Imam Syafi‘i rohimahulloh berkata, 

  • أَجْمَعَ اْلعُلَمَاءُ سَلَفاً وَخَلَفاً أَنَّ مَنِ اسْتَبَانَتْ لَهُ سُنَّةُ رَسُوْلِ اللهِ لاَ يَجُوْزُ أَنْ يَتْرُكَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ 

  • “Para ulama, baik salaf maupun kholaf, sepakat bahwa siapa yang telah mengetahui dengan jelas sebuah sunnah Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, maka ia tidak boleh meninggalkannya lantaran perkataan seseorang.”
  • Wahai penuntut ilmu, hindarilah sifat mengkultuskan para tokoh atau mengagung-agungkan mereka. Hendaknya pengagungan terhadap Kitab Alloh dan sunnah Rosul-Nya lebih engkau dahulukan daripada orang lain, siapapun dia. Jangan terlalu terpaku dengan nama dan sebutan-sebutan. 
  • Wahai penuntut ilmu, jauhilah sifat ‘ujub terhadap diri sendiri dan ghurur (besar hati). Sebab itu adalah biang kebinasaan orang-orang sholeh.
    • Wahai penuntut ilmu, ketahuilah, tugas paling penting dan kewajiban paling besar adalah tauhid. Maka konsentrasikanlah sebagian besar perhatianmu kepada urusan ini. Pelajari tauhid, baik secara ilmu, amal, dan dakwah. Sebab sebagian besar dakwah panutanmu –Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam— adalah untuk urusan tauhid.
  • Wahai penuntut ilmu, bersikap jujurlah kepada saudara-saudaramu sesama pencari ilmu. Sesungguhnya aku telah menyaksikan ada beberapa orang penuntut ilmu yang sudah terbiasa berdusta dan terkenal suka menipu. Kami melihat mereka menghadapi suatu kaum dengan satu wajah, kemudian menghadapi kaum lain dengan wajah yang lain. Mereka mengatakan suatu perkataan kepadamu, lalu mengatakan kepada saudara-saudaramu yang lain dengan perkataan yang berbeda. Di sini ia mendukung, di sana ia mengingkari. Maka, hindarilah mereka, jangan bermajelis dengan mereka, sebab teman duduk itu akan berpengaruh terhadap dirimu.
  • Wahai penuntut ilmu, sesungguhnya medan-medan jihad kehilangan orang sepertimu, kamp-kamp tadrib mencari-cari orang macam dirimu. Lantas, di manakah engkau? Kenapa tidak membela orang-orang tertindas?
    • Wahai penuntut ilmu, sesungguhnya orang-orang di sekelilingmu melihatmu sebagai tauladan. Maka jangan sampai sikap dudukmu menjadi penghambat mereka untuk berangkat berjihad.
  •  Wahai penuntut ilmu, hati-hati, janganlah engkau mengemukakan berbagai alasan untuk tidak berjihad yang itu tidak diterima, di mana kalaulah alasan itu diajukan oleh shahabat Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam juga tidak diterima. Bersikap jujurlah engkau, sesungguhnya Alloh senantiasa mengawasimu dan mengetahui hal-hal yang tersembunyi.
  •  Wahai penuntut ilmu, di manakah engkau dari firman Alloh ta'ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا مَا لَكُمْ إِذَا قِيْلَ لَكُمُ انْفِرُوْا فيِ سَبِيْلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلىَ اْلأَرْضِ أَرَضِِيْتُمْ بِاْلحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ اْلآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ اْلحَيَاةِ الدُّنْيَا فيِ اْلآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيْلٌ إِلاَّ تَنْفِرُوْا يُعَذِّبْكُمْ عَذَاباً أَلِيْماً وَيَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ وَلاَ تَضُرُّوْهُ شَيْئاً وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, mengapakah apabila dikatakan kepada kalian: Berangkatlah berperang di jalan Alloh, kalian malah merasa berat dan condong ke bumi? Apakah engkau lebih suka kehidupan dunia daripada akhirat? Tidaklah kehidupan dunia dibandingkan akhirat itu kecuali sedikit saja. Jika kalian tidak keluar berperang, Alloh akan mengazab kalian dengan azab yang pedih serta mengganti kalian dengan kaum yang lain, dan kalian sama sekali tidak bisa membahayakan mereka. Dan Alloh Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taubah: 38, 39)

Dan firman Alloh ta'ala:


انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ذَالِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ


“Keluarlah berperang, baik dalam keadaan ringan ataupun berat, dan berjihadlah di jalan Alloh dengan harta dan nyawa kalian. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41)


• Wahai penuntut ilmu, ketahuilah bahwa keberanian memiliki andil yang besar ketika itu adalah pada diri orang yang berilmu. Maka, jadilah orang yang berani menyatakan kebenaran apa adanya, jangan berkompromi dengan siapapun.
Ketahuilah –semoga Alloh ta'ala senantiasa menjagamu dari apa saja yang tidak menyenangkan—bahwa sekedar menyembunyikan kebenaran dan diam tidak menyampaikannya merupakan perbuatan yang pelakunya mendapat ancaman di sisi Alloh. Bahkan ia divonis mendapatkan laknat, La Haula wa La quwwata illaa bil-Lah. Lantas, bagaimanakah dengan orang yang mengucapkan kebatilan?


Dan aku ingatkan engkau dengan firman Alloh ta'ala:


وَإِذْ أَخَذَ اللهُ مِيْثاَقَ الَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكتِاَبَ لَتُبيِنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلاَ تَكْتُمُوْنَهُ فَنَبَذُوْهُ وَرَاءَ ظُهُوْرِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَناً قَلِيْلاً فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ


“Dan ingatlah ketika Alloh mengambil janji dari orang-orang yang diberi kitab: Hendaklah kalian menyampaikannya kepada manusia dan jangan menyembunyikannya. Lantas mereka membuang janji tersebut dan menukarnya dengan harga yang sedikit. Sungguh, teramat buruklah apa yang mereka beli itu.” (QS. Ali Imron: 187)


Kami telah menyaksikan sendiri, orang-orang yang Alloh anugerahi ilmu dan hafalan, dan terkenal di kalangan manusia, tetapi mereka terjangkiti sifat pengecut, lemah nyali, dan penakut. Lantas, apa gunanya ilmu jika tidak diamalkan, padahal banyak sekali orang telah tersesat? Sungguh benarlah apa yang disabdakan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam: 


أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ اَلأَئِمَّةُ اْلمُضِلِّيْنَ

 
“Sesuatu yang paling kukhawatirkan menimpa kalian adalah, imam-imam yang menyesatkan.”
• Wahai penuntut ilmu, janganlah engkau masuk ke tempat para penguasa. Sebab terdapat hadits shohih dari Nabi kita shollallohu alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, 

مَنْ دَخَلَ عَلَى السُّلْطَانِ فَقَدِ افْتُتِنَ


“Barangsiapa masuk ke penguasa, maka ia telah tertimpa fitnah.”
Menurutmu, wahai penuntut ilmu, bagaimana kalau penguasa itu adalah thoghut yang bengis dan mengendalikan manusia dengan kekuatan, menjauhi syariat Alloh, dan membantu orang-orang Kristen dalam memerangi kaum muslimin di mana-mana? Mereka juga menjadikan undang-undang buatan manusia sebagai hukum yang berlaku pada leher-leher manusia serta menghapuskan hukum hudud…dan masih banyak lagi perbuatan murtad dan zindiq lain yang mereka lakukan. 

Maka, waspadailah mereka. Waspadailah orang yang duduk dengan mereka, baik dari kalangan ulama dan para pejabat-pejabat penguasa, yang telah menajisi ilmunya dengan duduk bersama musuh-musuh Alloh. Bahkan ikut serta dengan mereka dalam mengkaburkan berbagai fakta, menyesatkan rakyat dan menghias-hias kebatilan.


• Wahai penuntut ilmu, jangan jadi orang-orang yang memperhatikan urusan para pemuda dalam halaqoh-halaqoh, acara-acara liburan, mukhoyyam (camping), atau dauroh-dauroh, tetapi kemudian meracuni pemikiran mereka sehingga mereka tidak mau pergi berjihad di jalan Alloh, atau mengakibatkan mereka tidak mau mengatakan kebenaran lantaran suatu alasan atau alasan lain, atau mengakibatkan mereka tidak menyebut orang dzalim:

“Hai Dzalim,” atau orang kafir: “Hai kafir.”


Aku nasehati engkau, jika engkau termasuk ketua sekelompok pemuda, kobarkanlah semangat mereka untuk berperang. Baik di sini atau di mana saja. Terangkanlah Islam apa adanya, lalu jelaskan mengapa bisa begitu. Kalau engkau tidak mampu seperti ini, berikan kesempatan orang lain untuk menempati posisimu dan jangan menjadi orang-orang mukhodzil (pelemah semangat) tanpa engkau sadari. Demi Alloh, engkau mati dengan mempertanggung jawabkan dirimu sendiri, itu lebih baik daripada engkau mati tetapi akan dimintai pertanggung jawaban tentang para pemuda Islam di hadapan Alloh kelak. Baik karena mengkaburkan kebenaran kepada mereka, atau menghalangi mereka dari berjihad. Wa la haula wa la quwwata illa billah.
Aku ingatkan engkau dengan sikap dari suri tauladanmu, Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam, ketika beliau bertawaf di Ka‘bah sendirian, ketika beliau masih dalam kondisi lemah, ketika kaum musyrikin mengejek dan mengolok-olok beliau, beliau mengatakan: 


ياَ مَعْشَرَ قُرَيْشٍ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِالذَّبْحِ


“Wahai orang-orang Quraisy, sungguh aku datang kepada kalian dengan sembelih,”
Kisah ini ada dalam Musnad Imam Ahmad.
• Wahai penuntut ilmu, secara ringkas saya tegaskan kepadamu: Jika engkau benar-benar meneladani Nabimu, Muhammad n, dalam setiap hal, engkau terus terang di dalam melakukan dan menerangkannya, maka pasti engkau akan diuji dengan bala’. Bala’ itu turun sesuai dengan kadar keimanan sebagaimana hal itu diberitakan oleh Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam Alloh ta'ala berfirman, 


أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوْا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُوْنَ

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami beriman, sementara mereka tidak diuji.” (QS. Al-Ankabut: 2)


Ketahuilah, suatu saat nanti engkau akan dijauhi oleh para penuntut ilmu yang lain, oleh para ulama dan tokoh-tokoh penguasa. Engkau akan dikucilkan, dicaci dan dicela. Engkau akan dikatakan sebagai Khowarij, dan kata-kata semisal yang hari ini dituduhkan kepada para dai tauhid yang tertindas. Kalau engkau mengalaminya, bersabarlah. Sesungguhnya dalam kesusahan ada kemudahan, sesungguhnya dalam kesusahan ada kemudahan.
Wahai penuntut ilmu, waspadailah dai-dai yang hidup sejalan bersama orang-orang kafir. Waspadailah mereka-mereka yang jadi mukhodzil (pelemah semangat) dan kalah di hadapan musuh-musuh Alloh. Hati-hatilah dengan mereka. Jangan terpedaya dengan kata-kata manis bercampur racun mematikan yang mereka lontarkan, jangan terpedaya dengan materi-materi pelajaran yang mereka sampaikan, jangan terpedaya dengan orang-orang yang hadir dalam majelis mereka. Hati-hatilah terhadap mereka, sebab minimla kita harus sikapi mereka sebagaimana kita bersikap terhadap ahli bid‘ah. Para salafus sholeh kita telah mengingatkan kita agar menjauhi ahli bid‘ah. Sebagai contoh, bacalah kitab Al-Bida‘ tulisan Ibnu Widhoh.


• Wahai penuntut ilmu, camkan selalu pandanganmu kepada kitab robb kita dan terhadap sunnah Nabi kita shollallohu alaihi wa sallam, renungkanlah dengan baik. Sebab dalam keduanya terdapat banyak kebaikan.

• Wahai penuntut ilmu, berusahalah sebisa mungkin untuk mendialogkan berbagai permasalahan dengan ikhwan-ikhwanmu yang lain. Sebab sesungguhnya kemantaban dalam menguasai berbagai persoalan adalah dengan berdialog.

• Wahai penuntut ilmu, tetapkanlah waktu yang engkau khususkan untuk menyendiri dengan robbmu, yang di sana engkau membaca kalam-Nya, bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Karena doa termasuk ibadah terbesar, sebagaimana terdapat dalam sebuah riwayat shohih dari Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, 


اَلدُّعَاءُ هُوَ اْلعِبَادَةُ


“Doa adalah ibadah itu sendiri.”
• Wahai penuntut ilmu, berhati-hatilah dengan ulama suu’ (ulama jahat), jangan bermajelis atau berhalaqoh bersama mereka. Karena mereka adalah orang-orang jahat dan sesat. Mereka mengkaburkan agama Islam di hadapan kaum muslimin, menyesatkan rakyat, dan ikut serta bersama para penguasa dalam menjual tanah dan tempat suci kaum muslimin.
Lihatlah Al-Quds (Masjid Al-Aqsa), sejak 50 tahun lebih berada dalam cengkraman yahudi, apakah yang telah diperbuat para ulama penguasa tersebut?
Lihat Hai’atu Kibaril Ulama atau Al-Lajnah Ad-Daimah, siapakah yang memprakarsainya, siapa yang memilih dan mengangkat anggotanya? Mereka adalah para penguasa yang khianat.

• Wahai penuntut ilmu, para ulama yang banyak dijadikan rujukan oleh para pemuda itu, ada yang mengatakan bahwasanya tidak ada permusuhan antara kaum muslimin dengan umat lain. Ada juga yang pindah ke negeri orang-orang nashrani untuk mempersatukan anggota parlemen dan di sana disambut oleh wanita-wanita pelacur Eropa, seolah tak terjadi apa-apa. Ada yang bersumpah atas nama Alloh, bahwa siapa yang terbunuh di Afghanistan, tapi ia ke sana tanpa seizin penguasa –padahal penguasanya membolehkan beredarnya khomer sekalipun—, maka ia bukan syahid. Pemimpin dan pembesar mereka bahkan mengatakan, Amerika adalah orang-orang yang tak berdosa. Yang lain mengatakan, mendonor darah kepada orang-orang Amerika adalah boleh hukumnya. Dan yang lain, dan yang lain, dst.

Ulama lain, ada yang berlomba-lomba berpose bersama para thoghut setiap pekan.
Sungguh, kami telah datangi mereka dan rekan-rekan mereka yang juga ulama besar, kami nasehati mereka, kami ajak dialog dan kami berbincang-bincang dengan mereka. Akan tetapi, la haula wa la quwwata illa billah, tidak ada faedahnya.

Oleh karena itu, wahai penuntut ilmu, aku bertanya kepadamu atas nama Alloh, beginikah sebenarnya keadaan yang mesti dijalan ulama Islam, ataukah ini adalah kondisi para pembantu thoghut dan penjilat penguasa?

Terakhir kalinya, aku memohon kepada Alloh ta'ala agar menjadikan kalimat-kalimat ini tadi bermanfaat bagi pembacanya, serta menjadikannya diterima di bumi.
Aku juga memohon kepada Alloh ta'ala, agar menganugerahi dirimu ilmu yang terang dan kemampuan untuk mengamalkannya, semoga engkau diberkahi selalu di manapun engkau berada dan Alloh menjadikanmu termasuk orang yang mengatakan kebenaran.


Sebagai penutup, aku memohon agar Alloh memberiku kesyahidan, yang dengan itu Dia akan ridho dan tertawa kepada kita. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa, Maha Pemurah dan Maha Dermawan. Dan doa terakhir kami, Anil hamdulillahi robbil ‘Alamin, segala puji hanya milik Alloh robb seru sekalian alam.


Abu Abdurrohman Al-Atsari.
Selesai pada malam Jum‘at, 28/ 7/ 1424 H

Alih Bahasa:
Harokatus Syabaab
Publikasi:
Maktab Nidaa;ul Jihad




READ MORE - Untukmu para pencari Ilmu di terusna..
Sang Petualang Sejati
Surat Umi Khalid Al Islambuly
 
________________________________________
 
Setelah sembilan tahun hidup bersama Muhajirin dan Mujahidin
Umi syahid Khalid Al Islambuly kendati telah sepuh masih menyempatkan diri menulis surat khusus kepada situs ‘alemarh’ sesaat sebelum kembali ke negaranya. 
(Khalid Islambuly adalah pahlawan Islam yang telah berhasil membunuh fir’aun modern, Anwar Sadat presiden Mesir saat parade militer) 
  
________________________________________ 

          Segala puji bagi Allah.
Shalawat dan salam atas Rasulullah dan siapa saja yang mengikutinya. 
Anak-anakku tercinta: Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. 
  
          Saya tulis surat ini sesaat sebelum kepulanganku ke negara Mesir. Dan Allah lebih mengetahui sejauh mana kerinduan dan kecintaan yang ada dalam hatiku kepada kalian semua. Demi Allah, sungguh terasa sangat berat bagiku berpisah dengan kalian. Namun saya masih sedikit terhibur di mana saya meninggalkan kalian dalam lindungan dan pemeliharaan Allah. Saya tidak akan melupakan selamanya penghormatan yang telah kalian berikan pada saya, perhatian kalian yang lebih dan selalu menanyakan kondisi saya. Kendati saya belum pamitan kepada kalian semua sebelum saya pergi namun saya doakan kalian semua semoga tetap dijaga dan dipelihara oleh Allah. 
  
           Nasehat saya pada kalian hendaknya saling bahu membahu di atas satu hati dan janganlah kalian berpecah belah. Hendaknya persoalan kalian diselesaikan dengan cara syura antara kalian. Tidak ada yang besar dan kecil di antara kalian karena kalian semua satu sama lain bagaikan bangunan kokoh “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan bershaf rapi bagaikan bangunan kokoh”. Ketahuilah wahai anak-anakku, sesungguhnya memerangi hawa nafsu pada era ujian yang tengah kalian jalani ini merupakan sesuatu yang besar lagi agung. Kalian tengah berada pada limpahan karunia Allah. Untuk itu pergunakanlah sebaik-baiknya dan berpeganglah dengan karunia dan hidayah Allah atas kalian. Kalian berada dalam kebenaran dan Allah bersama kalian. Dia akan memperkuat kalian, menjaga kalian dan menunjukkan kalian pada kebaikan hamba-Nya. 
  
           Anak-anakku; berapa lama lagi saya mendambakan bisa menyertai kalian dalam memerangi musuh-musuh Allah namun ini sudah merupakan kehendak Allah. Saya memohon kepada Allah semoga menjadikanku dapat selalu berkhidmat terhadap Mujahidin. Saya akan tetap mendoakan buat kalian hingga saya berjumpa Robbku. Dan saya memohon kepada Allah semoga menghimpunku di surga Firdaus A’la bersama semua orang yang saya cintai yang telah lebih dahulu mati syahid. Pada detik-detik terakhir sebelum safarku ini saya gunakan kesempatan untuk mendoakan seorang lelaki sholeh, Amirul Mukminin ( Mulla Omar ) yang telah berkorban dengan kerajaan dan kekhilafahannya demi berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang benar. Saya memohon kepada Allah kiranya mengembalikan lagi kepemimpinan dan kekhilafahannya dan memuliakannya di dunia sebelum di akhirat. 
  
            Saya sampaikan salam penghormatan dan doa tulusku untuk seluruh Mujahidin. Terkhusus putraku tersayang dan terhormat, sang Mujahid Abu Abdillah Usamah bin Ladin. Saya memohon kepada Allah semoga menjaga saudara-saudara dan anak-anaknya dari segala keburukan dan menghindarkannya dari makar musuh. 
  
Salamku buat semua ikhwah di setiap tempat yang pernah saya temui, mereka mengenal saya dan saya kenal mereka. Saya titipkan kalian kepada Allah yang tidak akan tersia-siakan titipan-Nya. Saya tinggalkan kalian pada pemeliharaan dan penjagaan Allah. 
  
               
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

  
 
Ibu kalian semua, Umi Khalid Al Islambuly 
Rabu 25 Shafar 1423 H/8 Mei 2002 



READ MORE - Surat Umi Khalid Al Islambuly di terusna..

Perhatian !!!

Dipersilahkan kepada siapa saja untuk memperbanyak atau menukil isi tulisan ini baik sebagian maupun secara keseluruhan dengan cara apapun, tanpa merobah isinya. Semoga Alloh memberi balasan kepada siapa saja yang membantu tersebarnya ilmu dien yang hanif ini. Jazakumulloh....