Kematian adalah terlepas dan terpisahnya ruh dari jasad, serta berpindahnya makhluk dari satu alam ke alam yang lain. Dengan kematian akan keringlah catatan amal dan tertutupnya pintu taubat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ ))
Artinya, “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hamba sebelum nyawanya sampai ketenggorokan.”
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(( وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ ))
Artinya, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS. Qaaf (50): 19)
Sesungguhnya kematian akan datang tanpa diragukan lagi, maka sipakah yang dapat menolak kematian itu?, siapakah yang akan menolak kejadian didalam kubur?, dan siapa pulakah yang dapat mendahulukan atau mengundur kematiannya barang sejengkalpun?, tetapi mengapa manusia mengingkarinya atau bahkan ia menjadi takabbur dengan apa yang telah ia usahakan di dunia yang fana ini?, padahal nanti mereka akan dimakan oleh cacing-cacing tanah yang menjijikkan, kelabang, rayap dan ular, kenapa mereka membangkang padahal mereka akan kembali menjadi tanah dan mengapa juga mereka merasa ragu, berpura-pura dan lalai padahal mereka semua tahu bahwa kematian akan datang dengan tiba-tiba.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(( كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ ))
Artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran (3): 185)
(( كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ {*} وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ ))
Artinya, “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman (55): 26-27)
(( كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ))
Artinya, “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qhashash (28): 88)
Hakekat Kematian
Sungguh merupakan kesalahan yang besar bila seseorang menyangka mati hanyalah kejadian alami tanpa ada kelanjutannya atau hanya sekedar kejadian biasa tanpa ada perhitungan, pengumpulan kembali di padang mahsyar tanpa surga atau neraka. Kalaulah demikian adanya, maka sunggguh tidak ada hikmah dibalik penciptaan makhluk hidup ini dan tidak ada perbedaan antara manusia setelah kematian mereka lalu mereka semua beristirahat. Kemudian menyamakan antara seorang muslim dan kafir, seorang yang membunuh dengan yang terbunuh, seorang yang mendzolimi dengan yang didzoliminya,orang yang menjalankan keta’atan dengan orang yang bermaksiyat, orang yang berzina dengan orang yang menegakkan sholat, orang yang jelek dengan orang yang baik. Sungguh hal ini adalah pendapat orang-orang atheis yaitu orang yang tidak memiliki agama dan aturan hidup, menyamakan satu hal dengan yang lainnya. Sungguh mereka lebih keji dari binatang, orang yang mencampakkan perasaan malunya dan menjadikan diri mereka sendiri menjadi orang yang bodoh dan gila. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
(( زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن لَّن يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ ))
Artinya: “Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah:"Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. at Taghabun (64): 7)
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(( وَضَرَبَ لَنَا مَثَلاً وَنَسِىَ خَلْقَهُ قَالَ مَن يُحْىِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمُُ {*} قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنشَأَهَآأَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ ))
Artinya, “Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata:"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang hancur telah luluh?" Katakanlah:"Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama.Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,” (QS. Yaasin (36): 78-79).
Kematian adalah lepas dan berpisahnya ruh dengan jasad, berpindahnya makhluk dari satu alam ke alam yang lain, yang akan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang telah dilaksanakannya didunia. Dengan kematian, maka tertutuplah segala pintu taubat, tidak ada lagi kesempatan meminta dan bermohon kepada Allah untuk kembali kealam dunia. Hidup hanya sekali, maka gunakanlah hidup yang sekali ini pada jalan yang benar, jalan yang dapat dipertanggungjawabkan dan mempunyai hujjah dan alasan yang jelas dihadapan persidangan yang Maha Agung, di persidangan yang dinampakkan semua kesalahan sekecil apapun di hadapan semua manusia.
Pada hari itu tidak ada lagi permohonan maaf atas setiap kesalahan yang dilakukan. Pada hari itu tidak ada hubungan antara manusia sedekat apapun ia ketika hidup di dunia, anak yang akan berpisah jauh dari orang tuanya, isteri dari suaminya, guru dengan muridnya, keluarga dengan kerabatnya dan dengan manusia lainnya yang pernah ia kenal ketika ia hidup di dunia. Semuanya lari dari yang lain, sibuk dengan urusan masing-masing, yang ada hanyalah ketakutan, was-was, khawatir dan harapan apakah ia akan mendapat kenikmatan ataukah sebaliknya.
Kematian Adalah Seberat-berat Ujian
Kematian merupakan seberat-berat ujian dan cobaan. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan kematian sebagai satu bentuk musibah (yang pasti akan akan dialami oleh setiap makhluk yang bernyawa) sebagaimana dalam firman-Nya:
(( فَأَصَابَتْكُم مُّصِيبَةُ الْمَوْتِ ))
“Lalu kamu ditimpa bahaya kematian”. (QS. al Ma’idah (5): 106)
Jika ia seorang hamba yang taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian menemui kematian (dalam keta’atannya), maka ia bersedih karena tidak dapat lagi untuk menambah ketaatannya kepada Allah. Namun jika ia seorang yang jahat dan jelek, ia menyesal dengan seluruh kelalaian dan kemaksiatannya selama didunia, dan berangan-angan agar dapat kembali kealam dunia, sehingga ia bisa bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan akan melakukan amal shalih sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, tidak mungkin...dan sekali lagi tidak mungkin....!!. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
(( فَإِن يَصْبِرُوا فَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ وَإِنْ يَسْتَعْتِبُوا فَمَاهُم مِّنَ الْمُعْتَبِينَ ))
Artinya, “Dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya.” (QS. Fushshilat (41): 24)
Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata:
(( رَبِّ ارْجِعُونِ {*} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ ))
Artinya, "Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitan.” (QS. al Mukminun (23): 99-100)
Telah berlalu umur dan tak akan kembali
Wahai! Orang-orang yang lalai
Persiapkanlah bekal dan bersegeralah
Untuk mencarinya sebelum datangnya kematian
Karena berapa banyak manusia yang pura-pura buta
Terhadap hal-hal yang pasti akan kedatangannya
Dan untuk keberapa kalikah kamu tenggelam
Didalam lembah kegelapan
Belumkah hatimu puas
Dengan kejahatan dan kemaksiatan
Tidakkah kamu perhatikan ketika seseorang ditanya
Tentang saudaranya (dimanakah ia)?, maka dikatakan ia telah meniggal
Orang-orang pun membawa jenazahnya
Dengan berjalan cepat untuk melepaskannya
Manakah mereka yang dulu bangga
Dengan kudanya yang lari dengan cepat
Dan ia mempunyai harta yang banyak
Bagaikan gunung yang kokoh
Kemudian ia terhina
Didalam kubur yang sepi
Untuk berapalamakah ia akan tinggal didalamnya?
Ditengah-tengah tulang belulang yang busuk
Maka gunakanlah umur dan bersegeralah
Untuk meraih ketakwaan sebelum kematian
Dan mintalah ampunan kepada
Yang dari-Nya engkau mengharapkan ampunan
Pelajaran Dari Kematian
Telah diriwayatkan bahwasanya ada seorang Arab Badui yang mengadakan perjalanan dengan mengendarai unta yang dimilikinya, tiba-tiba untanya tersungkur mati, maka turunlah ia dari untanya, kemudian ia mengelilinginya sambil berpikir, seraya berkata:
Mengapa engkau tidak bangkit?
Mengapa engkau tidak bangun?
Padahal seluruh anggota badanmu sempurna?
Seluruh anggota tubuhmu tidak ada yang berkurang?
Apa yang terjadi pada dirimu?
Apa yang membuatmu tersungkur diatas bumi ini?
Apa yang menahan gerakan anggota badanmu?
Kemudian ia meninggalkan untanya dalam keadaan heran (ta’ajub), sambil berfikir apa yang telah terjadi terhadap untanya.
Ibnu Samak berkata, “Suatu hari ada seorang pemancing yang ingin memancing ikan, ketika ia melemparkan jalanya kedalam laut, kemudian ia menariknya maka keluarlah tengkorak (kerangka) manusia. Terpakulah ia melihat tengkorak manusia tersebut, seraya menangis ia berkata:
Kemuliaan, maka tiada ada lagi kemuliaanmu!
Kefakiran, maka tiada ada lagi kefakiranmu!
Kekayaan, maka tiada ada lagi kekayaanmu!
Kekuatan, maka tiada ada lagi kekuatanmu!
Kepandaian, maka tiada ada lagi kepandaianmu!
Ia terus mengulangi perkataannya sambil terus menangis.
Ingatlah Selalu Pemutus Segala Kenikmatan
Wahai saudaraku!
Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam senantiasa menganjurkan kepada kita agar senantiasa mengingat kematian, dan memperbanyak mengingat kematian tersebut.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda:
Artinya, “Perbanyakalah oleh kalian mengingat pemutus segala kenikmatan”. (HR. at Turmudzi, dan ia berkata: hadits hasan)
Imam al Qurthuby dalam mengomentari hadits ini berkata: Telah berkata para Ulama’ kami; Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam “Perbanyakalah mengingat pemutus segala kenikmatan” adalah kalimat yang singkat dan padat, di dalamnya terkumpul peringatan yang mengandung nasehat yang sangat mendalam. Karena barangsiapa yang mengingat kematian dengan sebenar-benarnya, maka berkuranglah nikmat dunia ini pada dirinya, dan ia pun tidak akan berangan-angan banyak terhadap kenikmatan dunia, sehingga ia akan zuhud terhadapnya. Namun sayang jiwa yang sakit dan hati yang lalai membutuhkan wejangan yang panjang dan kalimat-kalimat yang indah, jika tidak maka sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam, ““Perbanyakalah oleh kalian mengingat pemutus segala kenikmatan” dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran (3): 185). Telah cukup bagi mereka yang telah mendengarnya dan bagi orang-orang yang berakal untuk mempersiapkan bekal untuknya.
Sungguh indah perkataan seseorang:
Bersiaplah untuk kematian yang pasti akan datang!
Ingatlah kematian, pemutus akan segala kenikmatan!
Dan juga berkata yang lain:
Mengingat kematian akan memupuskan angan-angan!
Ingatlah kematian, niscaya engkau akan mendapatkan ketenangan!
Mereka Yang Cerdas
Dari Ibnu Umar Radiyallahu 'anhuma berkata: Aku mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam sebagai orang yang kesepuluh (dalam sebuah majlis), maka berdirilah seorang laki-laki dari shahabat Anshar seraya berkata; ‘Wahai nabi Allah siapakah secerdik-cerdik dan seteguh-seteguh manusia itu? Maka beliau bersabda; “Mereka yang banyak mengingat kematian, dan mereka yang banyak mempersiapkan bekal untuknya, itulah manusia yang paling cerdik, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan keutamaan akhirat”. (HR. ath Thabrany dan dihasankan oleh Imam al Mundziry)
Manfaat Mengingat Kematian
Saudaraku yang kucintai!
Ketahuilah! Mengingat kematian banyak mengandung hikmah dan manfaat yang besar, diantaranya:
1. Mengingatkan kita untuk senantiasa mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian sebelum kedatangannya.
2. Mengingat kematian akan mengurangi angan-angan kita untuk lebih lama hidup didunia, karena panjang angan-angan merupakan faktor terbesar yang membuat diri ini lalai terhadap negeri akhirat.
3. Mengingat kematian membuat diri kita zuhud terhadap dunia, dan qana’ah terhadap apa yang telah Allah berikan kepada kita.
Dari Anas bin Malik Radiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam pernah melewati sebuah kerumunan orang yang sedang tertawa, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda: “Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus segala kenikmatan”. Anas berkata; kalau tidak salah beliau bersabda lagi: “Karena tidaklah seseorang mengingat kematian ketika ia dalam keadaan sempit melainkan akan membuat dirinya menjadi lapang, dan tidaklah ia mengingatnya ketika lapang, melainkan akan membuat dirinya menjadi sempit”. ( HR. al Bazzar, dan dihasankan oleh: al Mundziry).
4. Mengingat kematian akan membuat diri kita cinta terhadap kampung akhirat, dan mendorong kita untuk senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
5. Mengingat kematian menjadikan diri kita merasa ringan terhadap cobaan-cobaan didunia.
6. Mengingat kematian akan mencegah diri kita dari berbuat kejahatan, meremehkan kebaikan dan bersenang-senang terhadap kenikmatan dunia.
7. Mengingat kematian akan mendorang diri kita untuk segera bertaubat kepada Allah dan memperbaiki diri dari segala kesalahan dan perbuatan dosa.
8. Mengingat kematian membuat hati menjadi lembut dan membuat mata akan menangis, membangkitkan ghirah terhadap ajaran-ajaran agama dan melemahkan bisikan-bisikan hawa nafsu.
9. Mengingat kematian menjadikan jiwa ini tawadhu’, tidak sombong dan tidak berlaku dzalim.
10. Mengingat kematian akan mencegah lahirnya sifat dengki terhadap saudara-saudara kita, sehingga kita akan senantiasa memaafkan kesalahan-kesalahan mereka dan menerima kelemahan-kelemahan mereka.
Kematian Yang Telah Ditentukan
Dari Ibnu Mas’ud Radiyallahu 'anhu berkata: “Rasulullah membuat garis segi empat, lalu membuat sebuah garis panjang ditengah-tengahnya, hingga keluar gari garis segi empat tersebut, kemudian membuat garis-garis kecil yang ditarik dari samping garis yang ada ditengah segi empat tersebut, lalu bersabda: “Ini adalah gambaran manusia, dan ini (yang segi empat adalah ajalnya yang telah ditetapkan, dan garis yang tengah ini adalah angan-angannya, dan garis-garis kecil (yang banyak ini) adalah gangguan-gangguan yang selalu menghinggapi manusia, maka bila ia selamat dari yang pertama, mungkin akan terkena yang kedua, jika ia terhindar dari yang satu terkena yang lain. (HR. Bukhari)
Dan inilah bentuk gambar garis tersebut:
Ajal Manusia
Angan-angan
Gangguan-gangguan
Imam al Qurthuby berkata: “Para ulama’ telah ijma’ (sepakat) bahwasanya kematian tidak pernah megenal usia tertentu, waktu khusus, dan penyakit tertentu pula, hal itu disebabkan agar manusia waspada terhadap kematian (yang sewaktu-waktu akan datang menjemputnya) sehingga iapun bersiap-siap untuk menyambut kedatangannya.
Sebagian orang-orang shalih senantiasa menyeru dari atas tembok Madinah “kepindahan, kepindahan”. Ketika orang shalih tersebut meninggal dunia, dan tiada lagi terdengar suaranya, maka bertanyalah penguasa Madinah kemana orang shalih tersebut? Lalu dikabarkan kepadanya, bahwasanya orang tersebut telah meninggal dunia, lalu gubernur Madinah tersebut bersenandung:
Ia senantiasa menyebut kepidahan dan mengingatnya
Hingga ia menderumkan untanya didepan pintunya
Lalu iapun terjaga (dari tidurnya) kemudian iapun berjalan dengan cepat
Ia senantiasa memiliki rasa takut (kepada Allah) dan tidak dilalaikan oleh angan-angannya
Yazid Ar Raqasyi berkata pada dirinya, “Celakalah engkau wahai Yazid! Siapa yang akan meneruskan shalatmu, setelah kematianmu,?, siapakah yang akan meneruskan puasamu setelah kematianmu,?, dan siapa pulakah yang akan mencari keridhaan Rabb-mu setelah kematianmu,?.” Kemudian ia berkata, “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian menangis dan bersedih atas diri kalian akan sisa-sisa hidup kalian?
Wahai manusia! Siapakah yang kematian senantiasa menguntitnya?, Siapakah yang kelak rumahnya adalah kuburan?, Siapa pulakah yang kelak pembaringannya adalah tanah dan penghiburnya adalah cacing-cacing?, Beginilah dia terus akan menanti al-faza’ al-akbar….., agar keadaannya seperti ini.” Kemudian beliau menangis.
Ketikan seorang pemuda mengayunkan langkahnya, nampaklah dia bergembira dengan apa yang diusahakannya.
Ingatlah ketika dikatakan kepadanya, bahwa dia sedang sakit.
Ingatlah ketika dia sedang bermalam, dia tak bisa tidur.
Ketika pagi hari, dia masih terkantuk karena menunda untuk tidur.
Ketika pagi hari berlalu….
Dia menerangkan sebabnya…
At-Tamimi berkata, “Dua hal yang telah memupus kelezatan duniaku; dzikrul maut (mengingat kematian) dan mengingat kedudukanku di sisi Allah.”
Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan kematian, hari kiamat dan akhirat. Mereka semua menangis, hingga seolah-olah ada orang yang sedang meninggal di antara mereka!.
Ad-Daqaq berkata, “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka dia akan dimuliakan dengan tiga hal; disegerakan taubatnya, qana’ah (sifat merasa cukup dengan pemberian yang ada padanya) dalam hatinya, semangat dalam beribadah. Dan barangsiapa yang melupakan kematian, maka dia akan ditimpa tiga hal; ditangguhkan taubatnya, tidak ridha (tidak merasa cukup) dengan pemberian yang ada dan bermalas-malasan dalam beribadah.”
Al-Hasan al-Bashri berkata,“Sesungguhnya kematian itu telah merusak kenikmatan orang-orang yang diberi kenikmatan. Carilah kehidupan di waktu malam yang tak pernah ada kematian untuk beribadah.”
Aku mengingat kematian dan tidak takut kepadanya
Sesungguhnya hatiku benar-benar keras bagaikan batu
Aku mencari dunia seolah aku kekal di dalamnya
Padahal di belakangnya ada kematian yang menguntitnya
Ketahuilah, cukuplah kematian sebagai penasehat
Siapa saja telah ditakdirkan kematiannya
Cobaan di sekitarnya senantiasa mengintainya
Bukanlah lari darinya sebagai penyelamat
Nasehat
Wahai orang yang tertipu, berpikirlah tentang kematian dan sakaratnya, serta kesulitan untuk meraih piala dan melewatinya
Wahai yang hidup, kematian merupakan janji yang paling benar, penguasa yang paling adil. Cukuplah ia sebagai peluka bagi hati, membuat menangis mata, memisahkan diri dari perkumpulan, memecah kenikmatan dan memupus angan-angan.
Wahai pengumpul harta, yang rajin dan bersungguh-sungguh dalam pembangunan. Demi Allah, tidaklah kamu memiliki dari hartamu, melainkan sepotong kain kafan. Demi Allah, bahkan iapun akan hancur dan lenyap. Jasadmu kepunyaan tanah dan sebagai tempat kembalinya, maka dimanakah harta yang kau kumpulkan itu,? Apakah ia menyelamatkanmu dari kengerian,? Sekali-kali tidak…….akan tetapi kamu meninggalkannya untuk orang yang tidak memberian pujian kepadamu. Kamu persembahkan dosa-dosamu untuk orang yang tidak memberikan alasan kepadamu.
Sungguh telah benar orang yang menafsirkan firman Allah:
(( ولاَتَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ))
Artinya, “Dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi,”
Dengan tafsiran kafan, ia merupakan peringatan yang berkesinambungan dari ayat sebelumnya.
(( وَابْتَغِ فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ ))
Artinya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,” (QS. Al-Qashash (28): 77)
Maksudnya, yaitu carilah apa-apa yang telah Allah berikan dari dunia ini berupa negeri Akhirat, jannah. Sesunggunya hak seorang mukmin untuk memalingkan dunianya dengan apa yang dapat memberikan manfaat baginya di Akhirat. Bukan untuk tanah dan air, kesombongan dan pembangkangan. Seolah mereka berkata, “Jangan lupa untuk meninggalkan seluruh hartamu, kecuali yang menjadi bahagian darimu, yaitu kain kafan.”
Dalam sebuah syair disebutkan;
Di dalamnya ada kenikmatan dan juga peristirahatan bagi badan
Yaitu qona’ah dan jangan mencari yang lainnya
Apakah dia bisa beristirahat darinya tanpa kapas dan kain kafan
Lihatlah, milik siapa orang yang selalu mengumpulkan dunia.
Wahai saudaraku yang tercinta:
- Mana persiapanmu untuk menghadapi kematian dan sakaratnya?
- Mana persiapanmu untuk menghadapi alam kubur dan rengkuhannya?
- Mana persiapanmu untuk menghadapi malaikat Mungkar dan Nakir?
- Mana persiapanmu untuk menghadapi Rabb Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa?
Sa’id bin Jubair berkata, “Seseorang dikatakan lalai kepada Allah, apabila ia terus-menerus bermaksiat kepada Allah namun berangan-angan mendapatkan ampunan dari-Nya.”
Apakah ketaqwaan akan bertambah…………?
Sesungguhnya kamu tidak mengetahui, jika malam tiba “apakah kamu masih bertahan hidup sampai waktu fajar?”
Berapa bayak orang yang sehat dan ia meninggal dunia seketika, tanpa diketahui penyebabnya?
Berapa banyak orang yang sakit, namun ia masih tetap hidup dan tak kunjung meninggal?
Dan berapa banyak bayi-bayi yang tidak mengalami umur yang panjang?
Sebab-sebab yang akan membangkitkan jiwa untuk mengingat kematian
1. Ziyarah kubur.
Rasulullah saw bersabda:
(( زُورُوا الْقُبُوْرَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْآخِرَةَ ))
Artinya, “Berziarahlah kalian semua ke kubur, karena sesungguhnya ia akan mengingatkan kalian pada kematian.!”(HR Ahmad dan Abu Daud serta dishahihkan oleh syaikh al-Albani).
2. Menziarahi mayat yang dimandikan dan melihatnya ketika ia dimandikan.
3. Menyaksikan orang yang menuntun orang yang sakarat dan mentalqinnya dengan kalimat syahadat.
4. Meliputi jenazah, menshalatkannya dan menghadiri pemakamannya.
5. Membaca al Qur’an, terutama ayat-ayat yang berkenaan dengan kematian dan sakaratnya. Seperti firman Allah: QS. Qaaf: 19.
(( وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ ))
Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS. Qaaf (50): 19)
6. Uban dan sakit, karena keduanya merupakan utusan dari Malakul maut (Malaikat pencabut nyawa) kepada para hamba.
7. Kenampakan-kenampakan yang telah Allah sebutkan sebagai peringatan bagi hamba-hamba-Nya. Dengan kematian dan mendatangkan kegoncangan pada bumi (gempa), banjir, bencana alam dan badai yang membinasakan.
8. Menelaah kejadian-kejadian yang telah terjadi umat manusia terdahulu dan golongan-golongan yang telah dibinasakan oleh kematian atau ditimpa bencana.
Sakaratul maut dan kedasyatannya
Saudaraku yang beriman;
Sesungguhnya bagi orang yang mati ada rasa sakit yang tidak diketahui, kecuali oleh orang yang mengobatinya dan merasakannya……..!, maka orang yang mati terputuslah suaranya, lemahlah kekuatannya dari pekikan karena dasyatnya rasa sakit dan kesulitan bagi hati. Sesungguhnya kematian itu telah merobohkan setiap bagian dari bagian-bagian badannya. Melemahkan setiap anggota badan, maka tidak ada kekuatan yang tersisa darinya untuk meminta pertolongan.
Adapun akal, maka ia telah diselubungi oleh rasa was-was, lisan telah dibungkam olehnya. Sedangkan seluruh sisinya, maka telah dilemahkan olehnya dan sangat menyenangkan sekiranya ia mampu untuk istirahat dengan rintihan dan pekikan. Akan tetapi ia tidak mampu untuk melakukannya. Jika masih tersisa baginya kekuatan, niscaya ia akan mendengar ketika dicabutnya ruh, muaranya akan menarik dengannya. Begitu pula ketika sekarat keluar dari kerongkongan dan dadanya.
Telah berubah warnanya dan tak terputus. Setiap bagian dari anggota badannya akan merasakan sakarat demi sekarat, kesulitan demi kesulitan, hingga ruhnya sampai pada kerongkongan, maka ketika itu terputuslah pandangannya dari dunia dan keluarganya.
Terliput olehnya segala kerugian dan penyesalan jika ia termasuk orang-orang yang merugi, ataupun rasa bahagia dan gembira jika ia termasuk orang-orang yang bertaqwa.
‘Aisyah ra berkata, “Di tangan Rasulullah ada griba yang berisi air, kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalamnya. Lalu membasuh wajahnya dengan air dan bersabda:
(لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٌ)
“Tiada ilaah yang hak untuk disembah selain Allah, sesungguhnya setiap kematian itu ada sakaratnya.”(HR Al-Bukhari)
Dan dalam lafadzh yang lain disebutkan:
(( اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى سَكَرَاتِ الْمَوْتِ ))
“Ya Allah, tolonglah aku dalam (menghadapi pedihnya) sakaratul maut.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi serta dihasankan oleh al-Hakim) dan Sakarat adalah kedasyatan dan kesulitan menjelang kematian.
Allah swt juga memberikan kepada para Nabi-Nya rasa pedih dan sakit tatkala kematiannya karena ketinggian keadaan dan kesempurnaan derajat mereka, dan tidak ada yang memahami tentang hal ini, bahwa Allah swt memberikan kepada para nabi-Nya rasa sakit tatkala kematiannya lebih banyak dibandingkan dari apa yang Allah berikan kepada ahli maksiat dan orang-orang yang banyak bersenda gurau. Hal itu karena Allah ingin menghapuskan dosa-dosa dan kesalahan mereka.
Wahai orang yang tertipu,!
Apa yang terjadi pada dirimu?, kenapa tidak ada yang menjadi pemberi peringatan bagi dirimu?
Tiada pula yang membuat dirimu takut, seakan-akan kamu adalah benda mati.?!
Niscaya kamu akan menyesal, jika menempuh suatu tujuan tanpa membawa bekal!
Dan engkau akan sengsara ketika suatu saat ada yang memanggilmu…………!
Maka janganlah engkau merasa aman dengan keindahan-keindahan dunia!
Karena sesungguhnya keindahan-keindahan dunia ini hanyalah sebagai sumber kerusakan!
Dan janganlah engkau merasa gembira dengan harta yang kau usahakan!
Karena sesungguhnya dirimu akan mendapatkan kebalikan dari semua itu!
Kecelakaanlah yang akan engkau peroleh, sedang engkau merasa kasihan pada dirimu!
Jadilah orang yang berhat-hati sebelum kematian menjemputmu!
Apakah engkau senang menjadi teman setia bagi suatu kaum?
Yang mereka membawa perbekalan sedangkan dirimu tanpa bekal sama sekali?!
Wahai orang yang banyak bermaksiat, besok kamu akan melihat segala amalanmu.!
Wahai orang yang selalu mendatangi keharaman, sampai kapan kamu akan terus dalam kegelinciranmu.?
Adakah engkau mengetahui, bahwa kematian berusaha menganggu penampilanmu.? Tidakkah engkau merasa takut, bila kelak amalan burukmu akan dihitung?
Sungguh mengherankan bila engkau sedang menempuh suatu perjalanan, engkau justru meninggalkan bekal yang seharusnya kamu persiapkan.?!!
Mana kecerdasanmu, mana ketergugahanmu dan mana kecerdikan akalmu.?
Apabila engkau melakukan kejahatan, adakah dirimu merasa sedih?
Tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah mengetahui yang tersembunyi dan yang dzahir? Kelak engkau akan mengetahui keadaanmu, pada hari perpindahanmu dari dunia ini dan kamu akan berhati-hati terhadap kematian serta condong kepada kepentinganmu.
Yazid bin Tamim berkata, “Barangsiapa yang kematian dan al-qur’an tidak mencegahnya (dari perbuatan maksiat), kemudian ia dibenturkan dengan gunungpun maka itupun tidak akan mencegahnya (dari perbuatan maksiat).…..!!”
Utusan Malakul Maut
Tersebut dalam sebagian khabar, bahwa ada seorang Nabi dari Nabi-Nabi Allah, berkata kepada Malakul Maut, “Apakah engkau memiliki para utusan yang engkau kirimkan dari sisi engkau agar menjadi peringatan bagi manusia?” Malaikat tersebut berkata, “Benar, demi Allah di sisiku ada banyak utusan; penyakit, sakit, uban, kesedihan, berubahnya pendengaran dan penglihatan.”
Di dalam shahih al-Bukhari disebutkan hadits dari Abi Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda:
( أَعْذَرَ اللهُ إِلَى امْرِئٍ بَلْغَةَ سِتِّيْنَ سَنَةً )
Artinya, “Allah memberikan keringanan kepada seseorang tatkala usianya telah mencapai enam puluh tahun.”
Keringanan yang paling besar, yang Allah berikan kepda Bani Adam adalah dengan diutusnya para rasul kepada mereka, untuk menyempurnakan hujjah atas mereka, sebagaimana firman-Nya:
(( وَمَاكُنَّا مُعَذَّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً ))
Artinya, “Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Israa’: 15)
Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
(( وَجَآءَكُمُ النَّذِيرُ ))
Artinya, “dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan.”(QS. Fathir (35): 37)
Sebagian ulama mengatakan bahwa maksudnya dari ayat di atas adalah al-qur’an. Ada pula yang mengatakan pula Para rasul. Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan, “Ia adalah uban.”
Bagaiman merek meninggal.?
Saudaraku yang tercinta;
Ketahuilah, bahwa husnul khatimah (akhir hayat yang baik) tidak akan terjadi melainkan bagi orang-orang yang istiqamah secara nyata dan baik batinnya. Sedangkan su’ul khatimah (akhir hayat yang buruk) itu akan terjadi bagi orang yang rusak akalnya, senantiasa melakukan dosa besar, dan mengedepankan kebesaran (ketenaran). Sekiranya ia terkalahkan oleh hal-hal tersebut sementara ia belum bertaubat dan meninggal dunia dalam keadaan demikian, ataupun yang pada awalnya ia istiqamah namun kemudian berubah dan keluar dari kebaikan serta justru berbuat kemaksiatan, maka yang demikian itu dari penyebab su’ul khatimah. Wal ‘iyaadzu billah.
Gambaran dari su’ul khatimah
Dikatakan kepada seseorang yang akan meninggal, “Ucapkanlah “laa ilaaha illallahu”, Karena dia seorang makelar, justru berucap, “Tiga…., setengah…, empat…, setengah…” Dia terkalahkan oleh makelarnya.
Dikatakan kepada yang lain, “Ucapkanlah laa ilaaha illallahu, orang tersebut justru mengucapkan, “Negeri si dia, mereka mengadakan perbaikan di dalamnya demikian dan demikian. Kebun si dia, memperkerjakan di dalamnya demikian dan demikian.” Hingga dia meninggal dunia.
Dikatakan kepada salah seorang diantara mereka; ketika kematian hampir menjemputnya,“Ucapkanlah laa ilaaha illallahu, akan tetapi orang tersebut bernyanyi, karena ia seorang pakar dalam nyanyian. Wal ‘iyaadzu billah.
Dikatakan kepada orang yang suka meneguk khamr, ketika ajal akan menjemputnya, “Ucapkanlah laa ilaaha illallahu, akan tetapi dia mengucapkan, “Minumlah…., siramilah aku…!”. Nas’alullahal ‘afiyah.
Gambaran dari husnul khatimah
Shafwan bin Salim menghadap Muhammad bin al Munkadir, sedang ia berada di ambang kematiannya, seraya berucap kepadanya, “Wahai Abu Abdillah.! Seolah aku melihatmu benar-benar merasakan beratnya sakarat,” Dia masih saja menghinakannya dan menampakkan wajah yang terpuji, hingga seolah wajahnya bagaikan lentera. Kemudian berkata kepadanya, “Seandainya engkau melihat apa yang aku lihat, niscaya matamu akan berlinang.” Kemudian dia meninggal dunia.
Muhammad bin Tsabit al-Bannani berkata, “Aku mentalqin ayahku ketika dia dalam sakarat. Maka kukatakan kepadanya, “Wahai ayahku, ucapkan laa ilaaha illallahu, kemudian dia mengucapkan, “Wahai anakku, menyingkirlah dariku.! Sesungguhnya aku berada di tingkatan keenam atau ketujuh.!!”
Tatkala Abdurrahman bin al-Aswad ditalqin, dia menangis. Dikatakan kepadanya, “Mengapa anda menangis,” Beliau mengucapkan, “Duhai kasihan…shalat, puasa.” Sementara beliau tak henti-hentinya melantunkan ayat al-Qur’an hingga ajal tiba.
Amir bin Abdullah mendengar lantunan adzan sedangkan beliau dalam keadaan sakit yang parah -hampir meninggal-, maka berucaplah beliau, “Bawalah aku ke masjid,!” Lalu beliau masuk masjid dan mendapatkan shalat Maghrib bersama imam, ketika sedang ruku’, mendadak beliau meninggal. Semoga Allah merahmatinya.
Perjalanan menuju kematian
Berapa banyak orang yang selalu disebut oleh kaumnya
Namun ketika dia telah tiada, merekapun melupakannya
Setiap orang pasti akan musnah
Demikian pula dengan yang lainnya
Terkadang seseorang itu…………
Ditangisi oleh kerabatnya
Seolah suatu kaum itu, telah mati
Dan berkata, “Susullah dia,”
Bertanyalah dan berbicaralah dengannya
Gerakkanlah dan talqinlah dia
Tatkala mereka berputus asa darinya
Bakarlah dia
Palingkanlah wajahnya
Bentangkan dan pejamkan matanya
Segerakanlah untuk berpindah
Segerakanlah dan janganlah gagap
Angkatlah dan mandikanlah
Kafanilah dan urus jenazahnya
Apabila telah selesai mengkafaninya
Berkatalah mereka, “Bawalah segera dia,!”
Keluarkanlah dia segera
Antarlah menuju tempat kembalinya
Jika dia telah dishalatkan
Marilah segera dikuburkan mayatnya
Apabila telah dikuburkan mereka meninggalkannya
Menggadaikannya dengan tanah
Mereka lewati di atas kuburan
Ringankan seluruh bebannya
Bebaskan dan jauhkanlah dia
Dari hukuman dan kesendirian
Tinggalkanlah dan pisahkanlah dia
Selamatkanlah dia dari prahara yang dilewatinya
Mereka meninggalkannya dan mengosongkannya
Seolah mereka tidak pernah mengetahuinya
Seolah suatu kaum itu………
Terhadap seseorang berlalu begitu saja
Oleh: Qismul Ilmi Darul Wathan
Kitab-kitab yang kami jadikan rujukan adalah sebagai berikut;
1. Jami’ul Bayan, Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari
2. Al-Jami’ li ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurthubi
3. Al-Quran al-Azhim, Imam Ibnu Katsir
4. Fathul Qadir, imam asy-Syaukani
5. Sahih Muslim, Imam Muslim.
6. Sunan At-Tirmidzi, Imam at-Tirmidzi.
7. Sunan Abu Daud, Imam Abu Daud.
8. Sunan An-Nasa’i, Imam An-Nasa’i.
9. Jami’ul Ushul fii Ahaditsir-Rasul, Imam Ibnul Atsir al-Jazari.
10. Shahihul Jami’ ash-Shaghir, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.
11. Irwa’ul Ghalil, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.
12. Ahkamul Janaiz, Syaikh al-Albani.
Semoga Allah memberikan kepada akhir hidup yang baik dan menjauhi kita dari akhir hidup yang jelek. Wallahul Musta’an.
Penerjemah
Abdulloh